Lanjut Usia Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

2. Lanjut Usia

2.1 Defenisi Lansia Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur perkembangan kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun Dewi, 2014. Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karene itu perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat diukur serta berperan aktif dalam pembangunan UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 19 ayat 1, dalam Fatmah, 2010 2.2 Klasifikasi Lansia Depkes RI mengklasifikasikan lansia dalam beberapa kategori yaitu pralansia prasenelis seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia risiko tinggi yang berusia 70 tahun atau lebihseseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial yaitu lansia yang mampu melakukan pekerjaan danatau kegiatan yang dapat menghasilkan barangjasa, dan lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. Universitas Sumatera Utara Menurut organisasi kesehatan dunia WHO lanjut usia diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu usia lanjut 60-74 tahun, usia lanjut tua 75-89 tahun, usia sangat tua lebih dari 90 tahun. Menurut Nugroho 2000, dalam Dewi, 2014, ditemukan beberapa macam tipe lansia: 2.2.1 Tipe arif bijaksana, lansia ini kaya dengan hikmah pangalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sedehana, dermawan, memnuhi undanagna dan menjadi panutan 2.2.2 Tipe mandiri, lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari oekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan 2.2.3 Tipe tidak puas, lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut sulit dilayani, dan pengkritik 2.2.4 Tipe pasrah, lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, melakukan berbagi jenis pekerjaan 2.2.5 Tipe bingung, lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh. Universitas Sumatera Utara 2.3 Teori Proses Menua 2.3.1 Teori genetic clock Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies- spesies tertentu. Jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti maka kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit awal yang katastrofal. Namun secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan penagruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit denagan obat-obat atau tindakan-tindakan tertentu. 2.3.2 Mutasi somatik teori error Catastrophe Faktor peneyebab proses menua dalam hal ini adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik seperti radiasi dan zat kimia yang dapat memperpendek umur. Terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut Suhana Constantinides, 1994 dalam Darmojo Martono, 2006. 2.3.3 Rusaknya sistem imun tubuh Mutasi yang berubah atau perubahan protein pascatranslasi menyebankan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri self recognition. Mutasi somatik menyebabkan kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein,1989 dalam Darmojo Martono, 2006. Universitas Sumatera Utara 2.3.4 Teori menua akibat metabolisme Perubahan yang disebabkan oleh kalori yang berlebihan atau kurangnya aktivitas. Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori, menyebabkan menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme yang menyebabkan penurunan penegeluaran hormon yang merangsang prolifersi sel, misalnya insulin dan hormon pertumbuhan Mckay, et al, 1935 dalam Darmojo Martono, 2006. 2.3.5 Kerusakan akibat radikal bebas Dalam teori ini dijelaskan bahwa walaupun telah ada sistem penangkal dala sistem tubuh manusia, namun sebagian radikal bebas tetap lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati Oen,1993 dalam Darmojo Martono, 2006. 3. Spiritualitas pada Usia Lanjut 3.1 Manfaat Spiritualitas dalam Penuaan Spiritualitas dapat memberikan kenyamanan disaat kesendirian atau tekanan, pemulihan dari kecemasan dan memberikan suatu perasaan berarti, tujuan, produktivitas, dan integrasi diri. Ia dapat memberikan kepada lanjut usia suatukemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah seperti dari lingkungan rumah ke fasilitas perawatan di rumah sakit. Spiritualitas memberikan perasaa harga diri, dan ini adalah suatu daya yang penting untuk menanggulangi kegelisahan disaat sakit dan mempersiapkan diri menghadapi kematian Fehring, Miller, Shaw,1997; Isaia, et al,1999; Levin, Taylor Chatters, 1994, dalam Young Koopsen, 2007. Universitas Sumatera Utara Meskipun fungsi fisik menurun setara dengan pertambahan usia, fungsi- fungsi spiritual tak perlu menurun. Iman memberikan orang yang lanjut usia suatu kekuatan batin yang dibutuhkan untuk melampaui ketidakmampuan fisik yang dikaitkan dengan penuaan dan untuk mengembangkan keuletan emosional yang dibutuhkan untuk mencapai umur panjang Koenig, 1999 dalam Young Koopsen, 2007. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Panggabean 2014 terdapat hubungan yang bermakna antara spiritualitas dengan kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan r=0,528. Semakin tinggi spiritualitas seorang lansia, maka semakin tinggi pula lah kualitas hidup lansia tersebut. Spiritualitas lansia meningkat dikarenakan lansia tinggal bersama keluarga dan adanya dukungan keluarga yang meningkatkan spiritualitas lansia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia itu sendiri. Beliau mengasumsikan bahwa spiritualitas menjadi sumber koping bagi lansia dala mengatasi perubahan atau stress yang terjadi dalam kehidupannya. Sipayung 2014 menyatakan bahwa spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai berada dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 27 orang 65.9. Dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori rendah sebanyak 24 orang responden 58.5. Universitas Sumatera Utara Dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori tinggi sebanyak 27 orang responden 65.9. Dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori tinggi sebanyak 31 orang responden 75.6. Dimensi spiritualitas: hubungan dengan lingkunganalam pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori tinggi sebanyak 32 orang responden 78. 3.2 Perkembangan Spiritualitas pada Orang Lanjut Usia Pertumbuhan spiritualitas mencakup perkembangan identitas, penciptaan dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan yang ilahi, menghargai alam, dan mengembangkan suatu kesadran yang transendental. Spiritualitas pada paruh kedua kehidupan mencakup kemampuan berpikir abstrak, toleransi terhadap ambiguitas dan pertentangan, mengalami fleksibilitas emosional, dan komitmen terhadap nilai-nilai unuversal yang sejati McFadden Gerl,1990, dalam Young Koopsen,2007. Tugas-tugas perkembangan masa lanjut usia mencakup penemuan makna dan kepenuhan didalam tugas dan menjelajahi aspek-aspek positif dari kehidupan. Tugas perkembangan mencakup hal-hal berikut: Pengakuan dan penerimaan keterbatasan-keterbatasan diri, Merencanakan untuk mengatur hidup yang aman, Mewujudkan gaya hidup sehat, Melanjutkan relasi hangat dengan keluarga dan teman-teman, Membangun afiliasi dengan orang lain di kelompok usia yang sama, serta Menghadapi realitas tak terelakkan dari kematian dan kematian dari orang- orang yang dicintai Hitchcock et al,1990 dalam Young Koopsen,2007 Universitas Sumatera Utara 3.3 Kehilangan, Harapan, Spiritualitas Dan Usia Lanjut Pengalaman kehilangan seperti masa pensiun, kematian pasanga hidup, atau penderitaan penyakit pada stadium akhir membuat penrjalanan spiritual kaum lanjut usia semaklin kompleks Berggren-Thomas Griggs, 1995 dalam Young Koopsen 2007. Kematian adalah salah satu tantangan spiritual terbesar dalam kehidupan manusia Kremer,2002 dalam Young Koopsen, 2007. Bagi kaum lanjut usia, situasi mereka yang semakin mendekati ajal dapat memunculkan kebutuhan akan pengampunan sebagaimana juga sebagai sarana pembaruan diri dan penerimaan atas prestasi yang telah diraih. Orang-orang yang religius tidak begitu takut akan kematian dibandingkan mereka yang tudak cukup religius, tetapi mereka sama-sama takut akan proses menjelang ajal Young Koopsen, 2007 3.4 Tantangan Spiritual yang Unik pada Usia Lanjut Bagi beberapa orang di Amerika Serikat, penuaan disederhanakan dalam perspektif fisiologis. Penuaan digambarkan sebagai saat penurunan, saat kektika sistem tubuh menjadi rusak dan pikiran semakin lemah, orang-orang lanjut usia kerap kehilangan atau menyangkal hubungan jiwa-tubuh-roh mereka dan tidak ingin dikaitkan dengan tubuh mereka yang sudah renta, terutam ketika semua anggota tubuh kehilangan kemampuan. Beberapa orang Amerika sangat cmas tentang kehidupan di panti jompo ketika mereka menjadi lemah secara fisik maupun mental atau terserang penyakit kronis Koenig, 1999 dalam Young Koopsen, 2007 Universitas Sumatera Utara Spiritualitas adalah komponen penting bagi kesehatan dan kesejahteraan bagi kaum lanjut usia dan akan menjadi lebih penting ketika seseorang semakin tua. Elemen kunci dari spiritualitas adalah perspektif realitas dari apa yang terjadi dalam proses penuaan. Dengan demikian realitas tidaklah diabaikan atau dinilai berlebihan. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang