7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Spiritualitas
1.1 Defenisi Spiritualitas Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta Hamid, 2008. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Menurut Stanley dan
Beare 2007 spiritualitas adalah hubungan transenden antara manusia dengan yang Maha Tinggi, sebagai kualitas yang berjalan di luar afiliasi agama tertentu,
yang berjuang keras untuk mendapatkan penghormatan, kekaguman dan inspirasi dan yang memberi jawaban tentang sesuatu yang tidak terbatas. Spiritual telah di
gambarkan sebagai sumber kekuatan dan harapan. Banks 1980 dalam Stanley dan Beare, 20007 menyebutkan bahwa spiritualitas sebagai kekuatan yang
menyatukan, memberi makna pada kehidupan dan terdiri dari nilai-nilai individu, persepsi dan kepercayaan juga keterikatan diantara individu.
Mickley et al 1992 dalam Hamid, 2008 menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi
eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehiduan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
Stoll 1998 dalam Hamid, 2009 juga menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal.
Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan yang Maha Kuasa atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang. Sedangkan dimensi horizontal
adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut. Aspek perilaku dari dari spiritualitas meliputi cara seseorang memanifestasikan
kepercayaannya. Bentuk kebutuhan spiritulitas tersebut meliputi arti dan tujuan hidup, kepercayaaan, harapan, cinta dan pengampunan Dewi, 2014.
Menurut Burkhardt 1993 dalam Hamid, 2008 spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: 1 berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan; 2 menemukan arti dan tujuan hidup; 3 menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi. Spiritualitas adalah bagian integral dari kesehatan dan kesejahteraan kaum
usia lanjut, terutama disaat mereka menghadapi tantangan masa tua. Agama dan spiritualitas menyediakan bagi kaum lelaki dan perempuan strategi-strategi efektif
dalam kasus-kasus kehilangan, kesulitan-kesulitan peersonal, stress, penyakit, pembedahan dan kematian Young Koopsen, 2007.
1.2 Teori-teori Spiritualitas 1.2.1 Teori teologis
Mendeskripsikan spiritualitas sebagai iman seseorang pada Tuhan yang diungkapkan melalui rumusan iman dan praktik keagamaan.
1.2.2 Teori psikologis Spiritualitas merupakan ekspresi dari motivasi dan dorongan dalam diri
manusia yang diarahkan pada kedalaman hidupnya dan pada Tuhan. Spiritualitas disebut juga sebagai usaha seseorang dalam mencari makna, tujuan dan arah
hidup.
Universitas Sumatera Utara
1.2.3 Teori sosiologi Menurut sosiologi seseorang dapat dipengaruhi oleh orang-orang yang
disekitarnya, ataupun oleh kelompok orang yang ada disekitarnya. Menurut sosiologi spiriualitas tidak hanya pada praktik spiritual dan ritual, tetapi juga
sebagai moralitas sosial yang terdapat dalam relasi personal Meraviglia,1999
dalam Young Koopsen, 2007.
1.2.4 Teori kedokteran Ilmu kedokteran hingga akhir ini, memberikan sedikit sekali perhatian
pada dimensi spiritual, karena hal ini dianggap kurang berperan dalam proses penyembuhan. Akan tetapi, kini ilmu kedokteran memusatkan perhatian pada
penjelajahan hubungan antara kebutuhan spiritual pasien dan aspek perawatan kesehatan tradisional. Mereka mulai menawarkan mata kuliah tentang
spiritualitas, agam dan kesehatan Hiatt,1986; Koenig et al,1999 dalam Young Koopsen, 2007.
1.2.5 Teori keperawatan Keperawatan melingkupi pandangan- pandangan yang telah disebut pada
teori teologi, psikologi, sosiologi, dan kedokteran. Selain itu keperawatan juga memandang spiritualitas itu dari sudut pandang lain meliputi kesehatan spiritual,
kesejahteraan spiritual, perspektif spiritual, transendensi diri, iman, kualitas hidup, harapan, kesalehan, tujuan hidup, dan kemampuan mengatasi masalah spiritual
Moraviglia, 1999 dalam Young Koopsen, 2007
Universitas Sumatera Utara
1.3 Elemen Hakiki Spiritualitas Agar dapat mengenali kebutuhan spiritual pasien dan menyelenggarakan
perawatan kesehatan yang memadai, penyelenggaraan kesehatan harus memahami eleman spritualitas dan bagaimana elemen itu diekspresikan oleh orang yang
berbeda-beda. Berikut ini dijelaskan elemen-elemen pokok spiritualitas: 1.3.1 Diri sendiri, Sesama, dan Tuhan
Relasi spiritual dengan diri sendiri, sesama, dan Tuhan dapat menjadi sumber penghiburan tak terbatas, seraya memberi dan daya yang menyembuhkan
kepada pasien. Energi ini dapat bersifat timbal balik, mandalam dan kaya makna baik bagi penyelenggara perawatan kesehatan maupun pasien Dyson et al, 1997;
Walton,1996 dalam Young Koopsen, 2007. 1.3.2 Makna dan tujuan Hidup
Pencarian akan makna dan tujuan hidup telah menjadi tema utama dalam spiritualitas. Burkhardt 1989 memberikan pengertian makna hidup sebagai suatu
misteri yang selalu menyingkap diri. Kebutuhan akan tujuan dan makna hidup merupakan ciri universal dan bahkan menjadi hakikat hidup itu sendiri. Apabila
seseorang tidak mampu menemukan tujuan dan makna hidupnya, seluruh aspek hidupnya akan rusak dan mengalami penderitaan karena kesepian dan kehampaan.
Kemudian mengalami distress spiritual, dan akhirnya fisik Burkhardt Nagai- Jacobson, 2002 dalam Young Koopsen, 2007
Universitas Sumatera Utara
1.3.3 Harapan Orang yang memperhatikan hidup spiritual cenderung berpengharapan
tinggi daripada sesamanya yang tidak memperhatikan hidup spiritual Mahoney Graci,1999 dalam Young Koopsen, 2007. Seringkali dikatakan bahwa dimana
ada hidup, disitulah ada harapan; akan tetapi, Kleindiest 1998 dalam Young Koopsen, 2007 juga percaya bahwa, dimana ada harapan, disitu ada hidup.
1.3.4 Keterhubunganketerkaitan Spiritualitas juga melibatkan hubungan dengan seseorang atau sesuatu
yang mengatasi diri sendiri. Orang atau sesuatu itu dapat menopang atau menghibur, membimbing dalam pengambilan keputusan, memaafkan kelemahan
kita, dan merayakan perjalanan hidup kita Spaniol,2002 dalam Young Koopsen, 2007.
Spiritualitas juga diungkapkan dan dialami melalui saling keterhubungan dengan alam, bumi, lingkungan, dan kosmos. Seluruh rangkaian hidup ada dalam
jejaring saling keterhubungan, apa yag terjadi pada bumi mempengaruhi tiap manusia, dan tiap perilaku manusia mempengaruhi bumi. Maka sangat penting
untuk menyadari dan menghormati jejaring saling keterhubungan hidup Dossey,1997; Spaniol, 2002 dalam Young Koopsen, 2007
Universitas Sumatera Utara
1.3.5 Kepercayaan dan Sistem Kepercayaan Iman dapat menjadi bagian penting dari kepercayaan seseorang dan
keputusan yang dibuatnya dalam hidup. Iman yang bertumbuh selalu merupakan proses aktif dan berlangsung terus-menerus serta unik bagi masing-masing orang,
karena tertanam dimasa lampau, sekarang, dan harapan akan masa depan Carson, 1989 dalam Young Koopsen, 2007
1.4 Karakteristik Spiritualitas Beberapa karakteristik yang meliputi hubungan spiritualitas antara lain
adalah hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan Tuhan Hamid, 2009.
1.4.1 Hubungan dengan diri sendiri Hubungan ini merupakan kekuatan dalam diri seseorang yang meliputi
pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan pada masa depan,
ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri Burkhdat, 1989 dalam kozier, Erb, Blais Wilkinson. 1995.
1.4.1.1 Kepercayaan Merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat
dibuktikan dengan pikiran logis. Kepercayaan memberikan kekuatan pada individu dalam menjalani kehidupan ketika individu mengalami kesulitan atau
penyakit Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 2004.
Universitas Sumatera Utara
1.4.1.2 Harapan Merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan dengan
orang lain dan Tuhan yang didasarkan pada kepercayaan. Harapan berperan
penting dalam mempertahankan hidup ketika individu sakit Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 2004.
1.4.1.3 Makna kehidupan Merupakan suatu hal yang berarti bagi kehidupan individu ketika individu merasa
dekat dengan Tuhan, orang lain dan lingkungan. Individu merasakan kehidupan sebagai sesuatu yang membuat hidup lebih terara, memiliki masa depan, dan
merasakan kasih sayang dari orang lain. Kozier, Erb, Blais Wiklinson, 2004. 1.4.2 Hubungan dengan orang lain
Hubungan ini terdiri atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Keadaaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan
sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua, dan orag yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak
harmonis berkaitan dengan konflik terhadap orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi Burkhdat, 1989 dalam kozier, Erb,
Blais Wilkinson, 1995. 1.4.3 Hubungan dengan alam
Harmoni merupakan keadaan yang menggambarkan hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan
berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut Burkhdat, 1989 dalam Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.
Universitas Sumatera Utara
1.4.4 Hubungan dengan Tuhan Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan dengan
Tuhan dapat dilakukan melalui doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari individu dan
memberikan ketenangan pada individu Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995. Selain itu doa dan ritual agama dapat membangkitkan harapan dan rasa percaya
diri pada seseorang yang sedang sakit dan dapat meningkatkan imunitas kekebalan tubuh sehingga mempercepat proses penyembuhan Hamid, 2009.
1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas Faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah
pertimbangan tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral
terkait dengan terapi, serta asuhan keperawatan yang kurang tepat Taylor, et al 1997 dalam Hamid, 2009.
1.5.1 Tahap Perkembangan Setiap individu memilki bentuk pemenuhan spiritualitas yang berbeda-
beda sesuai dengan usia, jenis kelamin, agama dan kepribadian individu. Semakin beratambah usia, individu akan memriksa dan membenarkan keyakinan
spiritualitasnya Taylor et al,1997 dalam Hamid 2009. Menurut Westerhoff’s 1976 dalam Kozier, et al, 1995, perkembangan spiritualitas berdasarkan usia
terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.1 Pada masa anak-anak Spiritualitas pada masa ini belum bermakna pada dirinya. Spiritualiatas
didasarkan pada perilaku yang didapat melalui interaksi dengan orang lain misalnya keluarga. Pada masa ini anak-anak belum mempunyai pemahaman salah
atau benar. Kepercayaan atau keyakinan mengikutu ritual atau meniru orang lain. 1.5.1.2 Pada masa remaja
Spiritualitas pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritualitas seperti keinginan melalui berdoa kepada penciptanya.
Berdoa kepada sang Pencipta yang berati sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritualitas
tidak terpenuhi, akan menimbulkan kekecewaan. 1.5.1.3 Pada masa dewasa pertengahan dan lansia
Spiritualias pada masa ini yaitu semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih
mengerti akan kepercayaan dirinya. Perkembangan spiritualitas pada tahap ini lebih matang sehingga membuat individu mampu untuk mengatasi masalah dan
menghadapi kenyataan. 1.5.2 Latar Belakang Etnik dan Budaya
Sikap keyakinan dan nilai dipengruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya sesorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
Apapun tradisi dan sistem kepercayaan yang dianut oleh individu, pengalaman
spiritual merupakan hal yang unik bagi setiap individu Hamid, 2009.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Keluarga Keluarga sangat berperan dalam perkembangan spiritualitas individu.
Keluarga merupakan tempat pertama kali individu memperoleh pengalaman dan pandangan hidup. Dari keluarga, individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan
diri sendiri. Keluarga memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan spiritualitas karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dengan individu Hamid, 2009. 1.5.4 Pengalaman Hidup Sebelumnya
Pengalaman hidup yang positif maupun negatif akan mempengaruhi spiritualitas seseorang. Pengalaman hidup mempengaruhi seseorang dalam
mengartikan secara spiritual kejadian yang dialaminya. Pengalaman hidup yang menyenangkan dapat menyebabkan seseorang bersyukur atau tidak bersyukur.
Sebagian besar individu bersyukur terhadap pengalaman hidup yang menyenangkan Hamid, 2009.
1.5.5 Krisis dan Perubahan Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritualitas pada seseorang.
Krisis sering dialami seseorang ketika mengahadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
dialami seseorang merupakan pengalaman spiritualitas yang bersifat fisikal dan emosional.
Universitas Sumatera Utara
Krisis dapat
berhubungan dengan
perubahan patofisiologi,
terapipengobatan yang diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi seseorang. Diagnosis penyakit atau penyakit terminal pada umumnya akan menimbulkan
pertanyaan tentang sistem kepercayaan seseorang. Jika dihadapkan pada kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyangberdoa lebih
tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit bukan terminal Hamid, 2009.
1.5.6 Isu Moral Terkait dengan Terapi Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan
untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada agama yang menolak intervesi pengobatan. Prosedur medik sering dapat dipengaruhi oleh penangajaran agama,
misalnya sirkumsi, transplantasi organ, pencegahan kehamilan, sterilisasi. Konflik antar jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga
kesehatan Hamid, 2009. 1.5.7 Asuhan Keperawatan yang Kurang Sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritualitas klien, tetapi dengan berbagai alasan
ada kemungkinan perawat menghindar untuk memberikan asuhan keperawatan spiritualitas. Hal tersebut terjadi karena perawat merasa kurang nyaman dengan
kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritualitas, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritualitas dalam keperawatan atau
merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spirituaitas klien bukan merupakan tugasnya tetapi tanggung jawab pemuka agama Hamid, 2009
Universitas Sumatera Utara
1.5.8 Agama Agama sangat mempengaruhi spiritualiats individu. Agama merupakan
suatu sistem keyakinan dan ibadah yang dipraktikkan individu dalam pemenuhan spiritualitas individu. Agama merupakan cara dalam pemeliharaan hidup terhadap
segala aspek kehidupan. Agama berperan sebagai sumber kekuatan dan kesejahteraan pada individu Potter Perry, 2005.
1.6. Kebutuhan Spiritualitas Setiap manusia mempunyai kebutuhan spiritual yang sama meliputi, kebutuhan
akan arti dan tujuan hidup, kepercayaan, harapan, kebutuhan untuk mencintai dan berhubungan, serta kebutuhan untuk mendapatkan pengampunan Dewi, 2014.
Hamid 2009 menjelaskan tentang ekspresi kebutuhan spiritual yang Adaftif dan Maladaptif setiap manusia sperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Ekspresi Kebutuhan Spiritual yang Adaptif dan maladaptif
Kebutuhan Tanda pola atau perilaku
Adaptif Tanda Pola atau Perilaku
maladaptif Rasa percaya
Rasa percaya terhadap diri sendiri dan kesabaran
Menerima bahwa yang lain akan mampu menerima
kebutuhan Rasa percaya terhadap
kehidupan walaupun terasa berat
Keterbukaan terhadap tuhan Merasa tiak nyaman dengan
kesadaran diri Mudah tertipu
Ketidakmampuan untuk terbuka terhadap orang lain
Merasa bahwa hanya orang tertentu dan yempat tertentu
yang aman Mengharapkan orang tidak
berbuat baik dan tidak tergantung
Tidak terbuka terhadap Tuhan
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 1
Kebutuhan Tanda pola atau perilaku
adaptif Tanda
pola atau
perilaku maladaptif
Kemauan memberi maaf
Menerima diri sendiri dan orang lain dapat berbuat salah
Tidak mendakwa atau berprasangka buruk
Memandang penyakit sebagai sesuatu yang nyata
Memaafkan diri sendiri Memberi maaf orang lain
Merasakan penyakit sebagai suatu hukuman
Merasa Tuhan sebagai penghukum
Merasa bahwa maaf diberikan hanya berdasarkan perilaku
Tidak mampu menerima diri sendiri
Menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain
Mencintai dan keterikatan
Mengekspresikan perasaaan
dicintai oleh orang lain atau Tuhan
Mampu menerima bantuan Menerima diri sendiri
Mencari kebaikan dari orang lain
Takut bergantung pada orang lain
Menolak bekerja sama dengan tenaga kesehatan
Cemas berpisah dengan keluarga Tidak mampu mempercayai diri
sendiri dicintai oleh Tuhan
Keyakinan Ketergantugan pada anugerah
Tuhan Termotivasi untuk tumbuh
Mengekspresikan kebutuhan
ritual Mengekspresikan
kebutuhan untuk
merasa berbagi
keyakinan Mengekspresikan
kebutuhan ambivalen terhadap Tuhan
Tidak percaya pada kekuasaan Tuhan
Merasa terisolasi
dari kepercayaan masyarakat sekitar
Nilai keyakinan dan tujuan hidup yang tidak jelas
Kreativitas dan
harapan Meminta informasi tentang
kondisi Membicarakan
kondisinya secara realistik
Mengekspresikan tentang
harapan masa depan Terbuka
terhadap kemungkinan
mendapatkan kedamaian
Takut terhadap terapi Putus asa
Tidak dapat
menolong atau
menerima diri sendiri Tidak dapat menikmati apapun
Telah menunda
pengambila keputusan yang penting
Arti dan
tujuan hidup
Mengekspresikan kepuasan
hidup Menjalankan kehidupan sesuai
dengan sistem nilai Menerima atau menggunakan
penderitaan sebagai cara untuk memahami diri sendiri
Mengekspresikan tidak ada alasan untuk bertahan
Tidak dapat menerima arti penderitaan yang dialami
Mempertanyakan tujuan penyakit Tidak dapat merumuskan tujuan
atau tidak mencapai tujuan
Universitas Sumatera Utara
2. Lanjut Usia