tingkatan micro atau lokal yaitu dalam batasan wilayah lingkungan sekitar masyarakat tersebut atau pada tataran desa atau sekitar tempat tinggal. Tingkatan meso atau
intermediary meliputi wilayah kota, jaringan atau hubungan antar organisasi dan pihak eksternal lain. Tingkatan macro adalah tingkatan yang lebih luas dari tingkatan-
tingkatan sebelumnya, yaitu setingkat pengambilan keputusan dalam lingkup nasional.
2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat
Konsep pemberdayaan dalam paradigma pembangunan masyarakat pada sebuah komunitas bisa dianggap sebagai konsep yang relatif lebih baik dan membawa manfaat
yang lebih besar, namun dalam implementasinya masyarakat tidak akan serta merta ikut dan berpartisipasi penuh dalam program tersebut. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat, yang oleh Sumaryadi 2005: 154-158 dijabarkan menjadi 8 faktor yang berpengaruh sebagai berikut:
1. Kesediaan suatu komunitas untuk menerima pemberdayaan bergantung pada situasi yang dihadapinya.
2. Pemikiran bahwa pemberdayaan tidak untuk semua orang, dan adanya persepsi dari pemegang kekuasaan dalam komunitas tersebut bahwa pemberdayaan dapat
mengorbankan diri mereka sendiri. 3. Ketergantungan adalah budaya, dimana masyarakat sudah terbiasa berada dalam
hirarki, birokrasi dan kontrol manajemen yang tegas sehingga membuat mereka terpola dalam berpikir dan berbuat dalam rutinitas.
Universitas Sumatera Utara
4. Dorongan dari para pemimpin setiap komunitas untuk tidak mau melepaskan kekuasaannya, karena inti dari pemberdayaan adalah berupa pelepasan sebagian
kewenangan untuk diserahkan kepada masyarakat sendiri. 5. Adanya batas pemberdayaan, terutama terkait dengan siklus pemberdayaan yang
membutuhkan waktu relatif lama dimana pada sisi yang lain kemampuan dan motivasi setiap orang berbeda-beda.
6. Adanya kepercayaan dari para pemimpin komunitas untuk mengembangkan pemberdayaan dan mengubah persepsi mereka tentang anggota komunitasnya.
7. Pemberdayaan tidak kondusif bagi perubahan yang cepat. 8. Pemberdayaan membutuhkan dukungan sumber daya resource yang besar, baik dari
segi pembiayaan maupun waktu. Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka hasil dari sebuah upaya
pemberdayaan akan sangat tergantung dari kondisi masyarakat dan peran serta semua
stakeholder yang terlibat dalam program pemberdayaan tersebut.
Menurut Subejo dan Supriyanto dalam Sukmawati, 2008, pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal
dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui tindakan bersama dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki
kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial. Pendekatan utama
Universitas Sumatera Utara
dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan obyek dari pelaksanaan proyek, namun juga merupakan subjek dari proyek tersebut.
Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif, walaupun pada beberapa situasi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual. Pada konteks
pekerjaan sosial, proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras, yaitu Suharto, 2005:66:
1. Aras mikro, dimana pemberdayaan dilakukan terhadap individu melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervention.
2. Aras mezzo, dimana pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok individu melalui pendidikan dan pelatihan, serta dinamika kelompok.
3. Aras makro, dimana pemberdayaan dilakukan dalam sistem lingkungan yang lebih luas melalui perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik dan sebagainya. Dalam melakukan proses pemberdayaan masyarakat, Dubois dan Miley
memberikan beberapa tehnik yaitu: 1. Dengan membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati,
menghargai hak dan pilihan individu, menghargai pendapat individu serta menekankan adanya kerjasama antar individu
2. Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri individu, serta mempertimbangkan keragaman individu
Universitas Sumatera Utara
3. Terlibat dalam pemecahan masalah dengan menghargai hak-hak individu serta melibatkan individu dalam pembuatan keputusan dan evaluasi
4. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial salah satunya melalui penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan. Suharto,
2005:68 Secara singkat dapat disimpulkan, bahwa tehnik-tehnik yang disarankan diatas
terkait dengan pengembangan masyarakat yang sangat memperhatikan modal manusia dari masing-masing anggota masyarakat. Dimana salah satu modal manusia yang
penting dalam pengembangan organisasi komunitas adalah modal sosial. Modal sosial merujuk pada kemampuan individu dalam membentuk jaringan hubungan dalam suatu
organisasi yang dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan organisasi tersebut. Modal sosial tersebut merupakan hak istimewa yang dapat digunakan untuk
keperluan misalnya mengakses informasi, atau membentuk status sosial dan sebagainya. Terdapat tiga dimensi modal sosial, yaitu Pendit, 2006
2. 2. 3. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat