4.2.3. Kondisi Sarana dan Prasarana
Kondisi sarana dan prasarana lingkungan di Desa Saitagaramba masih belum cukup baik dan masih kurang memadai memadai. Sarana dan prasarana jalan yang ada
di Desa Saitagaramba hanyalah jalan poros antar desa dan jalan lingkungan, dan tidak terdapat ruas jalan kecamatan, maupun jalan kabupaten. Kondisi jalan poros saat ini
masih menggunakan konstruksi jalan berbatu-batu dan kondisinya tidak cukup baik. Sarana ibadah dan pendidikan yang terdapat di Desa Saitagaramba tidaklah
banyak, dimana terdapat 1 bangunan Gereja dan 1 Mushola, 1 buah SD dan 1 buah PAUD. Tidak terdapat Sarana olahraga yang terdapat di Desa Saitagaramba hanya
sebidang tanah bekas persawahan yang dijadikan sarana bermain sepak bola dan bermain bola volly oleh masyarakat. Sarana kesehatan yang ada yaitu poliklinik desa,
yang lokasinya menyatu dengan kantor balai desa.
4.2.4. Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Saitagaramba 4.2.4.1 Struktur Organisasi kegiatan PNPM Mandiri di desa Saitagaramba
Kegiatan PNPM Mandiri di desa Saitagaramba Kecamatan Gido Dibawahi oleh Unit Pengelola Kegiatan UPK yang berkoordinasi dengan Pemerintah Kecamatan
Gido. Dalam mengelola kegiatan PNPM Mandiri di desa Saitagaramba, masyarakat desa setempat yang merupakan subjek penting dari pengerjaan setiap kegiatan PNPM
Mandiri akan dibantu oleh pemerintah daerah setempat untuk membentuk struktur kerja dari setiap kegiatan PNPM Mandiri. Struktur kerja ini yang nantinya akan dibawahi oleh
Universitas Sumatera Utara
UPK Kecamatan untuk diarahkan dan dipantau kinerjanya di lapangan dalam mengelola dan menjalankan proyek PNPM Mandiri.
Di Desa Saitagaramba, telah terbentuk struktur kerja desa yang dinamakan BKM “Lalawanolo”. BKM ini dibawahi langsung oleh UPK kecamatan dan tergabung dalam
BKAD Badan Kerjasama Antar Desa di setiap desa yang terdapat di Kecamatan Gido.
4.2.4.2. Peran Modal Sosial Dalam Tahap Sosialisasi dan Implementasi 4.2.4.2.1. Tahapan Sosialisasi Kegiatan Program PNPM Mandiri Perdesaan
Masyarakat Desa Saitagaramba Kecamatan Gido memiliki peran yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan pengelolaan program PNPM Mandiri Perdesaan.
Keberadaan masyarakat dalam menunjang terselenggaranya tahapan demi tahapan kegiatan Program PNPM Mandiri sangatlah memiliki andil yang besar. Dalam tahapan
sosialisasi, kesadaran akan pentingnya pembentukan kelembagaan dalam mendorong partisipasi aktif masyarakat menjadi tolak ukur utama yang akan menentukan jalannya
keberhasilan tahap awal dari proses pengenalan awal bagi masyarakat akan apa itu program PNPM Mandiri. Terangkumnya aspirasi dari seluruh masyarakat Desa
Saitagaramba dalam memusyawarahkan pemilihan jenis kegiatan PNPM Mandiri yang akan dilaksanakan menjadi patokan terhadap mampu tidaknya masyarakat memainkan
perannya sebagai subsistem dari pelembagaan dalam tata kelola kegiatan sosial di sekitar lingkungan daerahnya.
Dalam memulai setiap kegiatan yang bersifat sosial dan menyeluruh bagi warga masyarakat seperti halnya kegiatan pengelolaan program PNPM Mandiri, diperlukan
Universitas Sumatera Utara
unsur trust atau sikap percaya terhadap struktur kelembagaan dan perilaku individu yang tergabung didalamnya. Begitu pula halnya dalam pengelolaan kegiatan program PNPM
Mandiri. Masyarakat dan seluruh subsistem sosial yang ada didalamnya diharapkan mampu menembus batas sisi individualisme dalam mengarahkan jalannya program
PNPM Mandiri ke arah keberhasilan. Kesadaran akan besarnya nilai kolektifitas dan kebersamaan dalam proses pembangunan merupakan poin penting dari siapnya
masyarakat menjadi agen perubahan dan pembangunan bagi daerahnya. Nilai-nilai dari sikap percaya masyarakat terhadap kemufakatan bersama dalam
pembentukan kelembagaan kegiatan PNPM Mandiri dijumpai dalam peninjauan penulis di lokasi penelitian ini dilakukan. Desa Saitagaramba yang memiliki jumlah penduduk
sebesar 1536 jiwa dengan jumlah rata-rata penduduk berusia 17 tahun ke atas berjumlah 1093 jiwa mampu dimaksimalkan oleh pemerintah dan tokoh masyarakat setempat
untuk bermusyawarah dalam memufakatkan dan memantapkan langkah awal dari tahapan sosialisasi PNPM Mandiri. Temuan penulis ketika melakukan penelitian di desa
Saitagaramba dapat digambarkan dengan kekompakan dan antusiasme masyarakat dalam memilih dan menentukan pengurus BKM Badan Keswadayaan Masyarakat
untuk menjalankan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Saitagaramba serta dalam menentukan program kegiatan apa yang tepat dan memang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat desa setempat.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : UPK Kecamatan Gido Gambar : 1.4
Struktur Organisasi BKM Lalawanolo Desa Saitagaramba
Unit Pengelola Kegiatan UPK Kecamatan Gido
BKM Lalawanolo
Arozatulo Giawa Moniati Ndruru
Torotodo Harefa Berkat Selamat Zai
Imanueli Harefa Kesekretariatan
Wa’oziduhu Laoli
Pengawas Faogolo Harefa Tuhenori
Tuhenori
Unit Pengelola Sosial Sadarman Hia
Unit Pengelola Keuangan Juliani Laoli
Unit Pengelola Lingkungan Nifaema Hulu
Masyarakat Pelaksana Kegiatan
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Desa Saitagaramba sebagian besar memeluk agama kristen protestan dan hanya menyisakan sekitar 15 persen penduduk yang memeluk agama islam. Namun
dalam tahapan awal Sosialisasi PNPM Mandiri di desa tersebut penulis tidak mendapati perbedaan keyakinan menjadi faktor pembeda dan penghambat dalam pengambilan
keputusan. Kejadian sebaliknya yang didapati oleh penulis ketika mengikuti jalannya tahapan proses sosialisasi, yaitu masyarakat Kristen dan Muslim yang berdomisili di
Desa Saitagaramba terlihat duduk bersama dan secara bersama pula mengesampingkan perbedaan yang memisahkan keyakinan masing-masing untuk memufakatkan
kepentingan bersama dalam Program PNPM Mandiri di Desa Saitagaramba. Fakta
dilapangan yang
penulis temukan
terkait dengan
fenomena pengesampingan sisi perbedaan dalam masyarakat, menjadi tolak ukur penting akan
jalannya modal sosial dalam masyarakat. Sikap partisipastif, sikap saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, saling percaya mempercayai dan
diperkuat oleh nilai-nilai dan norma yang mendukungnya, merupakan beberapa nilai dan unsur modal sosial. Seperti yang telah ditunjukkan oleh masyarakat Desa Saitagaramba
dari sikap dan perilaku masyarakatnya dalam menjalankan dan merumuskan tujuan sosialisasi program PNPM Mandiri. Nilai-nilai sosial yang positif dapat dilihat dari
besarnya tingkat kepercayaan dalam masyarakat yang bertahan dan dikembangkan oleh setiap warga desa.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4.2.2. Tahap Implementasi Kegiatan Program PNPM Mandiri Perdesaan
Proses pembentukan BKM Badan Keswadayaan Masyarakat merupakan proses penumbuhan kesadaran kritis masyarakat terhadap hakikat kelembagaan masyarakat
menuju masyarakat yang madani. Keberadaan BKM sebagai representasi dari kesatuan fikiran masyarakat dalam membangun dan mengembangkan potensi SDM desa adalah
awal dari pengembangan kesadaran berorganisasi dan bermusyawarah dengan mengesampingkan status sosia dan strata sosial yang kerap terdapat dalam struktur sosial
masyarakat. Proses awal dalam pembangunan BKM adalah menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya membangun organisasi masyarakat untuk menanggulangi
persoalan bersama yaitu
penanggulangan kemiskinan
melalui pembentukan
kelembagaan masyarakat dan pemilihan pemimpin-pemimpin masyarakat yang mengakar dan representatif. Proses pembangunan BKM ini terdiri dari penyusunan
Anggaran Dasar organisasi BKM, penyusunan panitia pembentukan BKM dan pemilihan anggota BKM.
Tahap selanjutnya dari pelaksanaan Program PNPM Mandiri desa Saitagaramba adalah tahapan implementasi dari kekompakan masyarakat dalam menjalankan dan
melaksanakan program PNPM Mandiri yang telah dipilih sebagai Program PNPM Mandiri di desanya. Dalam tahapan inplementasi terhadap kegiatan pengelolaan
program PNPM Mandiri di Desa Saitagaramba penulis memfokuskan pengamatan terhadap kuatnya jaringan kelembagaan antara masyarakat dengan pemerintahan desa
dan kecamatan serta dengan pelaku-pelaku stake holder PNPM Mandiri lainnya. Kelmbagaan PNPM Mandiri yang telah terbentuk akan terlihat memiliki faktor
Universitas Sumatera Utara
pedorong kemajuan sistem kerja apabila tercipta keharmonisan hubungan kelembagaan antara warga masyarakat yang dibawahi oleh BKM sebagai kesatuan kelompok kerja
masyarakat, pemerintah desa dan kecamatan serta stake holder atau pelaku-pelaku PNPM Mandiri lainnya.
Jaringan yang terbentuk antara warga masyarakat desa setempat dengan pemerintah desa dan kecamatan serta dengan pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perdesaan
yang PNPM Mandiri di Kecamatan Gido adalah salah satu faktor penting dalam kelanjutan tahapan implementasi kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Penulis mendapati
bahwa dalam struktur sosial masyarakat Desa Saitagaramba yang mengenal fondrakho sebagai tata hukum masyarakat yang mengatur sistem sosial yang ada di dalamnya dan
mengedepankan kekompakan dan kebersamaan dalam membangun desa. Azas fondrakho yang mngedepankan hakikat kebersamaan dan sanksi yang berat terhadap
pelanggaran tata kehidupan yang tercantum sebagai peraturannya menjadi dasar terhadap mudahnya masyarakat mengambil langkah bersama dan mengesampingkan
perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam struktur sosial masyarakat Desa Saitagaramba.
Wujud nyata pelaksanaan aturan-aturan fondrakho dalam pengelolaan PNPM Mandiri Perdesaan yang dilaksanakan di Desa Saitagaramba Kecamatan Gido didapati
dalam keseharian pelaksanaan kegiatan pengerjaan program PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Saitagaramba. Bentuk wujud nyata dari kesetiaan masyarakat mengelaborasikan
aturan-aturan fondrakho dalam pengerjaan program PNPM Mandiri adalah kebiasaan masyarakat memusyarahkan setiap permasalahan yang terjadi disaat pengerjaan program
Universitas Sumatera Utara
PNPM Mandiri sedang dilaksanakan. Musyawarah pada hakikatnya dilakukan agar penyelesaian masalah yang terjadi dapat diselesaikan dengan jalan kemufakatan yang
mencerminkan keadilan terhadap pihak manapun yang bersengketa didalamnya. Cara- cara yang seperti ini didapati ketika terjadi mark up dana pembayaran HOK yang telah 1
bulan berturut-turut diduga telah dilakukan oleh Unit Pengelola Keuangan BKM. Permasalahan ini telah diselesaikan dengan jalan musyawarah dengan
mempertemukan oknum yang menjabat sebagai Unit Pengelola Keuangan dengan masyarakat Unit Pengelola Kegiatan yang membawahi setiap kegiatan PNPM Mandiri
Kecamatan Gido. Hasil yang diperoleh adalah penetapan sanksi bagi oknum tersebut dengan konsekuensi mencabut kembali jabatan Unit Pengelola Keuangan yang
diembannya dan bertanggungjawab penuh mengembalikan setiap dana yang telah di- mark up oleh oknum tersebut. Cara-cara musyawarah seperti ini mencerminkan
tingginya nilai kultus fondrakho yang tetap dijalankan di segala bidang kegiatan sosial pada masyarakat Desa Saitgaramba Kecamatan Gido.
PNPM Mandiri pada hakikatnya adalam program pemerintah yang mencoba memberdayakan dan mendayagunakan setiap SDM dan SDA serta kebiasaan dan
kearifan lokal masyarakat sebagai faktor pendorong terselenggaranya pengelolaan PNPM Mandiri yang tertata rapi dan sukses. Sejalan dengan tujuan PNPM Mandiri,
fondrakho juga dapat dielaborasikan penerapannya dalam pengimplementasian setiap kegiatan pengerjaan program PNPM Mandiri di Desa Saitagaramba Kecamatan Gido.
Fondrakho yang sejatinya dapat menyesuaikan dengan keadaan kekinian dari struktur
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Nias terasa pantas dan layak jika diimplementasikan dalam pengelolaan PNPM Mandiri.
Nilai modal sosial yang tercermin dari trust masyarakat terhadap BKM yang berfungsi sebagai lembaga pengelola kegiatan PNPM Mandiri Desa Saitagaramba
tampak pada kepercayaan masyarakat dalam menjadikan lembaga BKM “Lalawanolo” sebagai mediator konflik dan pengabil keputusan yang adil dan tidak memihak kepada
siapapun yang bersalah di dalamnya.
4.2.4.3. Partisipasi Masyarakat Dalam Tahap Pengawasan Dan Pelestarian Program PNPM Mandiri Perdesaan
Pengendalian PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan melalui kegiatan pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan serta tindak
lanjutnya.
4.2.4.3.1. Pemantauan dan Pengawasan
Pemantauan dan pengawasan adalah kegiatan pengumpulan informasi dan mengamati perkembangan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan secara periodik
untuk memastikan apakah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan pemantauan dan pengawasan juga untuk
memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prinsip dan prosedur PNPM Mandiri Perdesaan, melihat kinerja semua pelaku PNPM Mandiri Perdesaan, serta melakukan
identifikasi dan mengantisipasi timbulnya permasalahan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pengelolaan program PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Saitagaramba Kecamatan Gido, semua pihak baik itu masyarakat dan pemerintah kecamatan dan desa
serta para stake holde atau Pelaku-pelaku PNPM Mandiri bertanggungjawab mengawasi dan memantau jalannya setia kegiatan dan pendanaan program PNPM Mandiri. Tugas
pemantauan dan monitoring kegiatan, administrasi dan keuangan diemban oleh Badan Pengawan Unit Pengelola Kegiatan BP-UPK. Badan ini sekurang-kurangnya
beranggotakan 3 orang yang dipilih pada sosialisasi MAD I. Khususnya di Desa Saitagaramba Kecamatan Gido, BP-UPK terdiri dari 5 orang
anggota dengan dua diantaranya adalah salawa tokoh adat dari yang ditunjuk oleh masyarakat untuk diposisikan sebagai pengawas terhadap jalannya kegiatan pengelolaan
program PNPM Mandiri Perdesaan. Penempatan 2 salawa dan 3 anggota BP-UPK yang merupakan masyarakat biasa merupakan bentuk tingginya kepercayaan masyarakat
terhadap kredibilitas tokoh masyarakat. Penghunjukan tokoh masyarakat di posisi pengawasan kegiatan pengelolaan
program PNPM Mandiri sesuai dengan penjelasan PTO PNPM Mandiri yang menegaskan bahwan “Keberadaan tokoh masyarakat, tokoh adat dan pemuka agama
merupakan representasi dari kepercayaan masyarakat terhadap existensi dan kredibilitas mereka ditengah-
tengah masyarakat.” Penjelasan PTO PNPM Mandiri, 2010
Pemantauan dan pengawasan merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap pelaku PNPM Mandiri Perdesaan, yaitu: masyarakat, aparat
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan di berbagai tingkatan, konsultan, fasilitator, LSM, wartawan, lembaga donor, dan lain-lain.
4.2.4.3.2. Tahap DampakPelestarian Program Pengelolaan PNPM Mandiri Perdesaan
Pelestarian Program PNPM Mandiri Perdesaan diserahkan sepenuhnya pada masyarakat setempat dengan diawasi dan dipantau oleh pemerintah kecamatan dan desa
setempat. Pelestarian dalam bahasa PTO PNPM Mandiri adalah proses dari tahapan pemanfataan dan pendayagunaan dalam jangka waktu yang lama setiap program PNPM
Mandiri Perdesaan yang telah diserahterimakan melalu rapat MDST Musyawarah Desa Serah Terima.
Program PNPM Mandiri Perbedaan yang telah diserahterimakan kepada masyarakat Desa Saitagaramba adalah pebangunan sarana jalan lintas desa yang
pengerjaannya telah selesai dilaksanakan pada bulan September 2011. Melalui rapat MDST yang difasilitasi oleh Pemerintah Kecamatan dan Fasilitator Kecamatan Gido,
diambil satu kesepakatan bahwa masyarakat setempat menerima hasil kegiatan PNPM Mandiri yang dikerjakan secara swadaya oleh masyarakat setempat dan juga menerima
tanggung jawab untuk memelihara dan mendayagunakan dengan sebaik-baiknya hasil program PNPM Mandiri tersebut.
Penunjukan terhadap pihak yang menjadi pengelola pertanggungjawaban pelestarian hasil Program PNPM Mandiri ini diserahkan pada BP-UPK Badan
Pengawas Unit Pengelola Kegiatan. BP-UPK sendiri adalah tim gabungan yang
Universitas Sumatera Utara
dibentuk sejak sosialisasi tahap awal dari kegiatan pengelolaan PNPM Mandiri yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat desa setempat. Desa Saitagaramba Kecamatan
Gido mengamanatkan Keanggotaan BP-UPK diisi oleh 5 orang anggota dengan 2 orang di antaranya salawa tokoh adat yang merupakan sosok yang disegani oleh masyarakat
Desa Saitagaramba. Penghunjukan 2 orang salawa sebagai bagian dari BP-UPK adalah legitimasi masyarakat terhadap sikap percaya pada eksistensi keberadaan salawa di
tengah-tengah masyarakat. Selain itu penghunjukan salawa juga didasari oleh hubungan relasi yang terjalin erat antara pemerintah dengan para salawa yang tidak hanya sebagai
tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh terhadap sistem sosial masyarakat desa saja melainkan keberadaan salawa juga merupakan manifestasi dari sistem sosial masyarakat
Nias pada umumnya yang memandang posisi wibawa para salawa terhadap pemerintahan di masing-masing kabupaten yang terdapat di Pulau Nias. Relasi tersebut
tercermin dari kecenderungan posisi Bupati di tiap-tiap kabupaten Nias yang merupakan anggota keluarga tuhenori ataupun salawa dari masing-masing daerahnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Saitagaramba Kecamatan Gido. Masyarakat desa setempat menjadi pioner dari setiap kegiatan
pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan yang dijalankan di desanya. Namun pada hakikatnya laju perkembangan PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Gido tidak
terlepas dari peranan tokoh masyarakat dan tokoh adat yang memiliki pengaruh besar dalam sturktur sosial masyarakat. Keberadaan tokoh masyarakat yang dihormati dan
disegani oleh masyarakat desa setempat menjadikan posisi tokoh masyarakat dan tokoh adat menjadi sangat vital dalam menengahi masalah-masalah yang didapati dalam
pengerjaan kegiatan PNPM Mandiri. Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan yang pada hakikatnya merupakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat desa sejalan dengan konsep fondrakho yang terdapat dalam hukum adat Nias. Jiwa fondrakho yang mengakar dalam sistem sosial masyarakat Nias
yang menitikberatkan pada kekompakan, saling menghormati dan menghargai serta memiliki nilai musyawarah untuk mufakat, menjadi sejalan dengan konsep
pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Pada akhirnya, keberadaan setiap stakeholder PNPM Mandiri Perdesaan yang melakukan tugasnya
dengan baik pada Kegiatan Program PNPM Mandiri menjadisangat terbantu dengan
Universitas Sumatera Utara