Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Uji Perolehan Kembali Recovery

30 Mengkonsumsi es balok yang mengandung kadmium secara terus-menerus akan mengakibatkan penumpukkan kadmium dalam tubuh yang memiliki dampak sangat berbahaya yaitu kerusakan sistem reproduksi, sistem syaraf, kerusakan ginjal bahkan kematian Widowati, dkk., 2008. Menurut Permenkes RI 2010, batasan cemaran logam tembaga untuk air minum, adalah 2mgL. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan kadar tembaga yang terdapat dalam sampel A, yaitu 9,6383 ± 0,7805 x 10 -2 mgL;sampel B, yaitu 9,0511 ± 0,4851 x 10 -2 mgL; sampel C, yaitu9,1163 ± 0,8061 x 10 -2 mgL; dan sampel D, yaitu 9,7688 ± 0,7804 x 10 -2 mgL. Jadi, kadar tembaga yang mencemari es balok tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh Permenkes sehingga es balok masih layak dan aman dikonsumsi Permenkes RI, 2010.Menurut Almatsier 2004 Kelebihan tembaga dapat menyebabkan penumpukan tembaga di dalam hati yang dapat menyebabkan nekrosis hati atau sirosis hati.

4.2 Analisis Data Secara Statistik

4.2.1 Analisis data dengan uji t

Hasil analisis data dengan uji t pada es balok dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 51 untuk timbal, Lampiran 9 halaman 60 untuk kadmium, dan Lampiran 10 halaman 68 untuk tembaga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua data dengan Ho diterima atau semua data diterima dengan interval kepercayaan 99 dan nilai �= 0,01.

4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Berdasarkan data kurva kalibrasi timbal, kadmium, dan tembaga dilakukan perhitungan batas deteksi Limit of Detection, LOD dan batas kuantitasi Limit of Universitas Sumatera Utara 31 Quantitation, LOQ yang dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 77 hingga halaman 79.Batas deteksi dan batas kuantitasi timbal, kadmium, dan tembaga dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Batas deteksi dan batas kuantitasi timbal, kadmium, dan tembaga Mineral Batas Deteksi Batas Kuantitasi Timbal 9,8816 ngmL 32,9386 ngmL Kadmium 0,5812 ngmL 1,9375 ngmL Tembaga 26,1 ngmL 87 ngmL Dengan melihat batas deteksi dan batas kuantitasi dari masing-masing logam dan membandingkannya dengan data hasil pengukuran konsentrasi sampel dapat disimpulkan bahwa data tersebut masih berada di atas batas deteksi dan batas kuantitasi.

4.4 Uji Perolehan Kembali Recovery

Hasil uji perolehan kembali recovery kadar timbal, kadmium, dan tembaga setelah penambahan masing-masing larutan baku timbal, kadmium, dan tembaga dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Persen perolehan kembali recovery kadartimbal, kadmium, dan tembaga Mineral Persen Recovery Syarat rentang persen recovery Timbal 100,55 80 – 120 Kadmium 104,39 80 – 120 Tembaga 95.92 80 – 120 Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali recovery berturut-turut timbal 100,55, untuk kadmium 104,39, dan untuk tembaga 95,92. Persen recovery tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang memuaskan pada saat pemeriksaan kadarbesi, kalium, kalsium dan natrium dalam sampel. Hasil uji perolehan kembali recovery ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali recovery Universitas Sumatera Utara 32 berada pada rentang 80-120 Ermer dan McB. Miller, 2005. Hasil uji perolehan kembali recovery kadar besi, kalium, kalsium dan natrium setelah penambahan masing-masing larutan baku dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13 Halaman 81 – 83.

4.5 Simpangan Baku Relatif