Pelaksanaan Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spritual Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang

(1)

PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL REMAJA

DI YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan komunikasi untuk Memenuhi Syarat-Syarat mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam

Oleh:

ARIE MUTYA WULAN SARI NIM : 0052019823

Dibawah bimbingan :

Dra.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A

NIP : 150 299 324

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa Diyayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang telah di ujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakrta pada tanggal 20 oktober 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana social Islam ( S.SOS.I ) pada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta,20 Oktober 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr.Arief Subhan,MA Wati Nilam Sari,M.Si Nip:150 262 442 Nip:150 293 223

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs.M.Lutfi,M.Ag Nasichah,MA. Nip:150 628 782 Nip:150 276

298

Pembimbing

Dra.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A Nip:150 299 324


(3)

ABSTRAKSI

ARIE MUTYA WULAN SARI

Pelaksana Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di ayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang

Saat ini fenomena yang terjadi di masyarakat bukanlah sesuatu hal yang baru yaitu adanya kemiskinan Intelektual dan material di kalangan masyarakat, di dalam bahasa agama mereka di sebut kaum dhuafa yang didalamnya terdapat anak tidak atau kurang mampu baik secara moril maupun materil, anak yatim fakir miskin, kaum manula.

Secara umum kaum dhuafa biasanya lemah dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan agama, informasi, kesehatan dan lain-lain, oleh karena itu mengembangkan kualitas kaum dhuafa, yaitu salah satunya kecerdasan spiritual, melalui bimbingan Islam berarti memberdayakan mereka agar merka menjadi manusia seutuhnya ( hant ) dan memiliki pola pemikiran tauhidi serta berperinsip hanya karena Allah.

Penelitian ini dilakukan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual terhadap kaum dhuafa agar menjadi insane bertakwa dan untuk menjelaskan factor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa.

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode diskritif dengan penelitian skripsi ini adalah metode diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian diskriptif bertujuan untuk mendekripsikan apa-apa yang saat ini berlaku didalamnya, mencatat analisis dan dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi.

Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa proses bimbingan Islam terjadi dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan secara kekeluargaan dan pendekatan melalui pemahaman Islam.

Dengan dua tahap ini kaum dhuafa diarahkan untuk mempermudah proses bimbingan Islam dan selanjutnya diharapkan adanya hasil terbaik untuk kaum dhuafa setelah mengikuti proses bimbingan Islam.


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 Oktober

2008

Arie Mutya Wulan Sari


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kaharibaan Allah SWT yang senantiasa melindungi, memberi kekuatan, kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhamad SAW, sebagai panutan dalam menjalani hidup ini.

Penulis menyadari selama pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini tidak jauh dari kendala dan kesulitan yang terjadi, namun berkat bantuan dari semua pihak serta rahmat Allah SWT, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yahg sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Murodi, MA.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. M. Luthfi, M.Ag. dan Dra. Nasichah, M.Ag., terima kasih atas bimbingan dan arahannya dalam menghadapi penulis.


(6)

3. Pembimbing skripsi ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. Terima kasih atas bimbingan, arahan dan kesabaran dalam menghadapi penulis. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta, terima kasih atas sumbangan ilmunya.

5. Ayah dan ibunda tercinta M. Ridwan dan Chalimah, yang telah begitu banyak memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Pimpinan dan staff perpustakaan UIN, perpustakaan Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, terima kasih telah membantu

mempermudah penulisan dalam mendapatkan referensi dan inspirasi.

7. Pimpinan, Staff Yayasan Irtiqo Kebajikan dan Pembina serta guru yang mau menyediakan waktu disela-sela kesibukannya membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Keluarga besar BPI A dan B 2000, teman-teman baik penulis dan special : Mitri, Diana, Umi, Linda, Sri, Nur, Eva, Kokom, Azka, Elli, Uun, Neni, Ais, Mimi, Yanti, Winda, Indah, dan Muthmainnah terima kasih atas semua ketulusannya.


(7)

9. Keluarga besar Bapak Musonif, Keluarga besar Bapak Satiri dan keluarga besar Bapak Makudi, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

Akhir kata, semoga kepada semua pihak yang telah membantu penulis, diberikan pahala yang selayaknya oleh Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Jakarta, 20 Oktober 2008


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN... i

ABSTRAKSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metologi Penelitian ... 5

E. Sistematika Penelitian... 7

BAB II. KERANGKA TEORI A. Bimbingan Islam 1. Pengertian Bimbingan Islam ... 9

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam... 11

3. Metode bimbingan Islam ... 16 V


(9)

1. Pengertian Kaum Dhuafa ... 18 2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Adanya Mustadhafin ... 20 3. Tanggung Jawab Sosial terhadap Dhuafa ... 21 C. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 24 2. Unsur-unsur kecerdasan Spiritual ... 26 3. Cara Mengingkatkan Kecerdasan Spiritual ... 29

BAB III. GAMBARAN UMUM YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN

A. Sejarah Berdirinya ………. 31

B. Struktur Yayasan Irtiqo Kebajikan... 32 C. Visi dan Misi ……… 33

D. Sarana dan Prasarana ... 33 E. Keadaan Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan ... 34 F. Program Kegiatan ... 37


(10)

BAB IV. PELAKSANAAN BIMBINGAN ISLAM DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL KAUM DHUAFA

A. Pelaksanaan Bimbingan Islam terhadap Kaum Dhuafa di

Yayasan Irtiqo Kebajikan ... 42 B. Metode Bimbingan Islam ... 44 C. Faktor Penghambat dan Pendukung Bimbingan Islam di

yayasan Irtiqo Kebajikan ... 46 D. Tujuan Analisa Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di

Yayasan Irtiqo Kebajikan ... 48

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

VII


(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum kondisi rakyat Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang berantai, seolah tidak diketahui pangkal dan kapan akan berujung. Salah satu dari banyak persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan.

Kondisi ini diperparah dengan banyak terjadi berbagai macam bencana semakin manambah berat beban masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) banyak terjadi, melambungnya harga-harga pangan yang kian hari kian meningkat mengakibatkan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.

Dalam kehidupan tatanan social, manusia banyak memiliki keanekaragaman. Ada masyarakat atau individu yang hidup dengan perekonomian yang cukup atau bahkan lebih, tetapi ada juga masyarakat atau individu yang serba kekurangan dalarn rnaterinya (masyarakat miskin).1

Kaum Dhuafa adalah orang-orang yang benar-benar tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan harta dan tenaga yang dimiliki atau orang yang tidak mampu mencukupi kehidupannya.

Kondisi ini pun memaksa kaum dhuafa untuk menghadapinya,

1


(12)

kaum dhuafa dituntut untuk bisa lebih mandiri bertahan di tengah himpitan hidup. Melihat fenomena di atas, diperlukan adanya sesuatu pembinaan Islam secara intensif yang dapat mengarahkan dan mengembangkan potensi-potensi dan fitrah kaum dhuafa, salah satunya kecerdasan spiritual.

Kecerdasan spiritual merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan nilai-nilai dan kualitas-kualitas kehidupan spirituainya. Kehidupan spiritual di sini meliputi hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) yang memotivasi kehidupan manusia untuk senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life) dan mendambakan hidup bermakna (the meaning of life).2

Dengan adanya pengembangan kecerdasan spiritual melalui bimbingan Islam secara intensif terhadap kaum dhuafa, diharapkan pengembangan kecerdasan spiritual melalui bimbingan Islam secara intensif ini mampu mendidik kaum dhuafa menjadi manusia yang tentram, damai, tabah, tawakal dan percaya pada diri sendiri serta dapat membentuk manusia menjadi berani berjuang. Dhuafa pun mampu memberdayakan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraannya secara mandiri.

Bimbingan-bimbigan secara intensif ini pun dapat terbentuk dalam lembaga formal maupun non formal. Lembaga pembinaan

2 Danah, Zohar dan Marshall, lan, kecerdasan spiritual (spiritual Intelegensi : the ultimate Intelegence), terjemahan Rahmati Astuti, Ahmad Wajib, Burhani dan Ahmad baiquni, Bandung : Mizan, 2001, h.56


(13)

formal ini seperti lembaga pendidikan atau sekolah, sedangkan non formal adalah pembinaan yang dilaksanakan alas kesadaran masyarakat, baik terbentuk secara lembaga maupun dengan adanya berbagai macam yayasan atau pesantren.

Yayasan Irtiqo kebajikan adalah salah satu dari sekian banyak yayasan yang ada dan bergerak dalam bidang sosial dan agama. Penulis merasa tertarik untuk mengkaji pembinaan agama yang dilakukan oleh Yayasan Irtido Kebajikan, sehingga didasari latar belakang tersebut penulis menyusun karya ilmiyah ini dengan judul

"Pelaksanaan Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan

Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang".

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi masalah sebagai berikut :

a. Bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di yayasan lrtiqo Kebajikan.

b. Kecerdasan spiritual kaum dhuafa pada usia remaja usia 16 tahun sampai 18 tahun.

2. Perumusan masalah

Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :


(14)

a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa yang diterapkan di yayasan Irtiqo Kebajikan ?

b. Apa sajakah metode yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan Islam di Yayasan Irtqo Kebajikan ?

c. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan di Yayasan Irtiqo Kebajikan ?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan later belakang dan gambaran masalah di atasmaka tujuan penelitian ini adalah sebagaiberikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa terhadap anak asuh agar menjadi insan yang bertakwa,

b. Untuk menjelaskan faktor dan pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa.

2. Manfaat Penelitian a. Teoritis

1) Dapat dijadikan pengembangan teori-teori keilmuan dakwah khususnya dalam bimbingan Islam.

2) Sebagai bahan rujukan bagi perpustakaan UIN atau fakultas sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkenaan


(15)

dengan konseling.

b.

Praktis

1 ) Sebagai input bagi yayasan dalam mengembangkan pelaksanaan pembinaan terhadap anak asuhnya.

2 ) Bagi penulis untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah mereka yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan Islam Yayasan Irtiqa Kebajikan yang terdiri dari pembimbing Islam Yayasan Irtiqa Kebajikan dan 4 orang kaum dhuafa yang berada di Yayasan Irtiqa Kebajikan.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat tentang suatu keadaan tertentu yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas. Kemudian penulis akan menganalisis, mengembangkan konsep dan fakta yang relevan serta memaparkan secara mendalam sehingga diperoleh gambaran


(16)

yang menyeluruh.

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa yayasan ini telah cukup lama dikelola secara professional yang menggunakan tenaga ahli dibidangnya dan di Yayasan Irtiko Kebajikan ini telah diberikan kegiatan bimbingan Islam.

2. Teknik Pengumpulan Data

Ada heberapa teknik pengumpulan data dalam penyusunan penelitian ini, yaitu :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung dengan orang-orang yang dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini. Wawancara ini dimaksud untuk fokus mendapatkan data tentang pelaksanaan bimbingan Islam. Data ini diambil dari pembimbing yang berjumlah 2 orang, serta untuk mengetahui hasil bimbingan Islam dan data ini di ambil dari kaum dhuafa pada usia remaja, usia 16 th -18 th yang berjumlah 4 orang. b. Observasi (Pengamatan)

Peneliti rnelakukan pengamatan langsung kelapangan tanpa ada partisipasi alat standar lain terhadap proses penelitian.


(17)

Dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini, selain itu telaah kepustakaan juga bertujuan untuk mernperjeias teori yang digunakan. Telaah Kepustakaan didapat dari sumber informasi seperti buku-buku, jurnal, Surat kabar dan internet.

3. Metode Analisa Data

Dalam melakukan analisa deskriptif kualitatif yaitu penulis berusaha memaparkan data yang telah tersusun sebagaimana adanya, dengan melakukan kajian dan tafsiran data-data tersebut. sehingga dapat menggambarkan permasalahan secara sistematis dan representatif faktor-faktor yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan

sistematika penulisan yaitu dengan membagi lima bab. Tiap-tiap bab terbagi sub-sub bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini dibagi menjadi lima sub bab, yaitu

mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.


(18)

BAB II : Kerangka teori, dalam hal ini meliputi pengertian bimbingan

Islam, tujuan dan fungsi bimbingan Islam, metodologi bimbingan Islam, pengertian kaum dhuafa, faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan, tanggung jawab sosial terhadap dhuafa, pengertian kecerdasan spiritual, unsur-unsur kecerdasan spiritual dan cara meningkatkan kecerdasan spiritual.

BAB III : Meliputi gambaran umum Yayasan Irtido Kebajikan, sejarah

berdirinya, visi dan misi, struktur, sarana dan prasarana dan keadaan remaja Yayasan Irtiqo Kebajikan.

BAB IV : Meliputi pelaksanaan bimbingan Islam, metode bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa, faktor pendukung dan penghambat bimbingan Islam di Yayasan Irtido Kebajikan dan tinjauan analisis pelaksanaan bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan.

BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran kemudian

selengkapnya

diawali dengan kata pengantar dan daftar isi serta diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.


(19)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Bimbingan Islam

1. Pengertian Bimbingan Islam

Secara harfiah kata bimbingan yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “to guide” ini mempunyai arti "menunjukan" atau lebih lenqkapnya adalah memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dandi masa mendatang.3

Menurut I. Djumhur dan Muhammad Surya bimbingan adalah suatu proses pemberi bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalarn memecahkan masalah yang dihadapinya agar

tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self

understanding), kemampuan menerima dirinya (self direction), kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai dengan potensi atau kernampuannya dalam mencapai menyesuian diri dengan lingkungan, baik sekolah, keluarga ataupun masyarakat, dan bantuan pun diberikan oleh orang-oranq yang memiliki pengalaman khusus dibidang tersebut.4

3

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Trayen Press, 1994), h. 1.

4

Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 28.


(20)

Secara terminologi, Rahman Natawijaya mengemukakan

bahwa bimbingan adalah suatu proses penberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinamb,ingan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara walar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah. Dengan demikian la dapat menqecap kebahagian hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.5

Islam dalarn kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat perantara, malaikat Jibril dengan mukjizat terbesarnya yaitu al-Quran al-Karim yang dijadikan sebagai pedoman utama ajaran Islam untuk kebaikan seluruh umat manusia, baik di dunia maupun akhirat.6

Sedangkan Islam secara lughowi (etimologi) adalah berasal dari kata aslamu-yuslimu-assalam, yang artinya selamat. Namun secara doktinair (terminologi) mempunyai arti bahwa Islam adalah agama yang membirnbing umat manusia rnenuju jalan yang diridhai Allah SWT. Siapa

5

Rahman Natawijaya, Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah, (Bandung: CV. Arbarqir, 1998), hal. 7

6

Poerwanto, makalah, Bimbingan dan Konselor di Perguruan Tinggi, (Jakarta: fakultas Ekonomi UI), h. 8-9


(21)

saja mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, rnaka ia akan selamat dunia dan akhirat karena kata Islam itu sendiri mempunyai arti "selamat".7

Dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama Tuhan (Allah) yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW dengan dua pokok ajarannya yakni Alquran dan Assunnah untuk membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.8

Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dari petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat.

Dengan demikian bimbingan Islam merupakan proses bimbingan lain, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasul.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan Islam merupakan proses pemberian bantuan yang tidak menentukan atau rnengharuskan, melainkan sekedar mernbantu individu dan dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam

(1) Tujuan Bimbingan Islam

Pada dasarnva tujuan dari bimbingan Islam sama halnya

7

M. Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 186

8 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2000), h. 4.


(22)

dengan tujuan bimbingan secara umum. Dalam hal ini penulis akan kemukakan tujuan-tujuan bimbingan antara lain sebagai berikut : 1.1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku. Para ahii

psikologi sepakat bahwa bimbingan bertujuan untuk

rnengadakan perubahan pads kelakuan individu, agar klien hidup lebih produktif dan menikmati kepuasan hidup dengan menghilangkan kelernahan dan ketidak puasannya dengan cara menggunakan semua kemungkinannya.

1.2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu realita. Kehidupan manusia membuktikan bahwa hampir sernua orang mengalami kesulitan, untuk itu diperlukannya kemampuan, keterampilan dan juga kemauan serta kesanggupan untuk menghadapi masalah tersebut. Hal itu tergantung dari kemampuan dan keterampilan dasar yang dimiliki, apakah ia bisa mengatasi atau tidak.

1.3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan

keputusan-keputusan akhir dari masalah klien harus rnerupakan keputusan yang ditentukan oleh klien itu sendiri dengan bantuan konselor. Membuat suatu keputusan sering kali harus

mempertimbangkan berbaqai faktor berpengaruh dan

memperhatikan cara-cara dalam meiakukan penilaian. Namun sering kali cara peninjauan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dan sistematika berpikir, rrasih sering perlu diiatih dan ditunjukan oleh orang lain dalam hal ini konselor atau pembimbing. Padahal dalam kehidupan ini kita harus mengambil keputusan, tentunya dari yang paling ringan dan sederhana, sampai yang berat dan rumit dan beresike besar. 1.4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan. Sebagai

mahluk sosial, seseorang diharapkan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya mulai dari ketika kecil di sekolah dengan teman sebayanya, rekan seprofesi dan dalam keluarga. Kegagalan dalam hubungan antar perorangan adalah kegagalan dalam penyesuaian diri yang antara lain disebabkan oleh kurang tepatnya memandang atau menilai diri sendiri atau kurangnya keterampilan untuk menyesuaikan diri.


(23)

Setiap orang pada hakikatnya memiliki kemampuan namun terkadang kemampuan tersebut kurang berfungsi atau berfungsi tapi tidak maksimal sebagaimana keadaan yang sebenarnya yang mungkin dicapai, disinilah tugas konselor atau pembimbing untuk membantu memfungsikan kemampuan klien agar dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.9

Dari beberapa tujuan bimbingan di atas secara singkat dapat dikaitkan bahwa tujuan bimbingan adalah suatu usaha yang diberikan seseorang kepada orang lain dengan maksud agar ia memiliki kemampuan untuk :

1. Mengenal dan memahami dirinya secara pribadi dengan lebih bijaksana, termasuk di dalamnya kelebihan dan kekurangannya. 2. Mengenal dan menerima lingkungannya dengan baik.

3. Menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya

4. Berusaha sebaik mungkin dengan kekuatan yang ada pada dirinya untuk mengatasi masalahnya.

5. Mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.10

Mengacu pada tujuan bimbingan secara, umum, maka dapat diketahui kemampuan dan kernatangan individu baik secara sosial, emosional, intelektual dan spiritual untuk menjadi diri yang terbaik (insan kamil) dan mengusahakan yang terbaik (ikhtiar) sesuai dengan potensi yang dimilikinya berdasarkan

9

Singgih D. Gunarsa, koseling dan Psikoterapi, (Jakarta : PT. Bpk Gunung Mulya, 1992), h.10 10 Ibid., h. 15.


(24)

ajaran-ajaran Islam. Hal ini juga merupakan suatu proses untuk meneliti dan lebih mengenal diri sendiri dalam upaya nya meraih kunci rahasia kesuksesan untuk lebih mengenal (ma'rifat) Allah SWT.11

2. Fungsi Bimbingan Islam

Dalam rangka mennsukseskan tugas dan fungsi bimbingan Islam maka, seseorang pembimbing perlu memahami dan mengenal sasaran kegiatan yang diprograrnkan rnencakup bagaimana watak klien, kehidupan keluarganya dan situasi serta kondisi yang dialaminya. Maka fungsi dari bimbingan Islam adalah :

2.1. Mengusahakan agar klien terhindar dari gangguan dan hambatan yang mengancam kelanjutan proses perkembangan dan pertumbuhan.

2.2. Mengarahkan klien agar dapat mengenali dan memahami masalah yang sedang dihadapi.

2.3. Mengungkapkan kenyataan tentang psikologis dari klien yang bersangkutan menyangkut kemampuan diri sendiri, minat dan bakat yang dimiliki serta berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapai.

2.4. Membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan agar berani dalam memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukarannya sehingga menghasilkan berupa kemajuan dari keseluruhan orang yang bersangkutan. 2.5. Bimbingan Islam juga dapat memberikan psikoterapi dari sudut

keagamaan melalui tuntunan al-Quran dan al-Hadits.

2.6. Bimbingan Islam dalam fungsinya juga lebih bersifat protektif (melindungi) dan pencegahan dalam bentuk terapi. Bimbingan Islam sangat signifikan sebagai upaya

11 Aunur rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, ( Yogyakarta : UII Press, 2001),h.4


(25)

praktis selain psikoterapi psikiatrik karena bimbingan Islam mengandung kekuatan spiritual yang membangkitkan rasa percaya diri dan sikap optimis untuk memperoleh kesembuhan rohaninya.12

Menurut Yusak Burhanuddin dalam bukunya kesehatan mental, menyatakan bahwa bimbingan Islam juga berfungsi sebagai pendamai diri dan pengendali moral. Disebut pendamai diri karena seseorang yang merasa bersalah dan berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui bimbingan Islam yang diberikan. Disebut pengendali moral, karena moral adalah kelakuan yang disesuaikan dengan nilai-nilai masyarakat yang timbul dari hati dan disertai oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan tersebut, sehingga dengan bimbingan Islam orang dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan sikap yang diridhai Allah SWT.13

Aunur Rahim pun meriambahkan. secara 'ingkas fungi dan birribingan Islam adalah sebagai berikut :

Fungsi preventif atau pencegahan kepada seseorang agar terhindar dari masalah.

Fungsi kuratif atau korektif yakni membantu seseorang memecahkan masalah yang dihadapi atau dialaminya.

Fungsi preservatif yakni membantu seseorang menjaga situasi dan kondisi agar yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.

Fungsi developmental atau pengembangan yakni membantu seseorang mernelihara dan rnengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik atau menjadi lebih baik.14

12

Jalaludin dan Rahmayus, pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, (Jakarta : Kalam Mulia, 1993),cet 13

Yusak Burhanudin, kesehatan mental, (bandung : pusataka mulia, 1999), cet.1, hal.37 14


(26)

3. Metode Bimbingan Islam.

Dalam hal ini metode akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi, pengelompokan menjadi :

(1) Metode komunikasi langsung atau metode langsung.

(2) Metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung. 1. Metode Langsung

Adalah metode dimana pembimbing melakukan

komunikasi lansung (bertatap muka) dengan orang yang membimbingnya, metode ini dapat dirinci menjadi :

a. Metode Individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dapat diilakukan dengan mempergunakan teknik :

1. Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbingnya. 2. Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing

mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan dirumah klien sekaligus untuk mengamati keadaaan rumah klien dan lingkungannya.

3. Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau konseling jabatan melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya. b. Metode Kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung

dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik :

1. Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan


(27)

bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.

2. Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung daengan mempergunakan karya wisata sebagai forumnya.

3. Sosiodrama, yakni bimbingan atau konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah tirnbulnya masalah (psikologis).

4. Psikodrama, yakni bimbingan atau konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (psikologis).

5. Group Teaching, yakni memberikan bimbingan konseling dengan memberikan rnataeri bimbingan atau konseling tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan.15

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung ) adalah metode bimbingan atau konseling yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat

dilakukan secara individual maiipun kelompok, bahkan massal.

15


(28)

a. Metode Individual

1) Melalui surat menyurat; 2) Melalui telepon dsb;

b. Metode Kelompok atau massal 1) Melalui papan bimbingan;

2) Melalui surat kabar atau majalah; 3) Melalui brosur;

4) Melalui radio (media audio); 5) Melalui televisi;16

Metode dan teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan atau konseling tergsantung pada :

a. Masalah/problem yang sedang dihadapi/digarap b. Tujuan penggarapan masalah

c. Keadaan yang dibirnbing/klien

d. Kemampuan pembimbing/konselor menggunakan rnetode atau teknik

e. Sarana dan prasana tersedia

f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar

g. Organisasi dan administrasi layanan dan bimbingan konseiing h. Biaya yang tersedia17

B. Kaum Dhuafa

1. Pengertian Kaum Dhuafa

Dhuafa adalah bentuk jama' dari kata dha'if, artinya “orang-

16

Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,h.54. 17


(29)

orang lemah"18 Dalam literatur hukum Islam istilah dhuafa dibedakan dengan fakir, dari telaah kitab fiqih, Ali Yafie membuat rumusan definisi miskin, ialah "yang memiliki harta benda atau mata pencaharian, kedua--duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok19.

Sedangkan yang disebut fakir adalah "mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap atau mernpunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang dari seperdua kebutuhan pokok20. Ada dua golongan orang-orang yang lemah ekonominya yaitu :

a. Orang fakir adalah "orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya".

b. Orang miskin adalah "orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan"21.

Konsep Lewis (1966) tentang budaya kemiskinan bahwa"golongan miskin itu menjadi miskin karena memang mereka miskin, anak-anak rnakan tidak layak, menerima pendidikan yang minim dan menerima anggapan keluarga atau Leman sejawat bahwa kemiskinan sobagai

18

.Ahmad Zuhdi Muhdlor “Kamus konteporer Arab-Indonesia”,(Jakarta,Multi Karya Grafik,2003),h.233.

19

.Ibid,.h.235. 20

.Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 21


(30)

suatu keniscayaan"22.

2 . Faktor-faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Mustadh’afin

Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya Mustadh’afin yaitu :

a. Pendidikan yang rendah.

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan

seseorang kurang mempunyai keterampilan yang dimiliki

menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja.

b. Malas bekerja

Sikap malas bekerja merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan, karena masalah ini menyangkut mentalitas dan keprihadian seseorang.

c. Keterbatasan lapangan kerja.

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi Kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang atau masyarakat harus mampu menciptakan lapangan kerja barn, tetapi secara faktual hal ini kecil kernungkinannya, karena adanya keterbatasan kemampuan sesorang baik yang berupa skill maupun modal.

Sedangkan menurut Ginandjar Kartasasmita, kondisi

kemiskinan dapat disebabkan sekurang-kurangnya karena empat faktor, sebagai berikut :

a. Rendahnya taraf pendidikan.

Rendahnya taraf pendidikan mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sampitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki.

b. Rendahnya taraf kesehatan

Rendahnya taraf kesehatan yang ditandai dengan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik,daya tahan fikir dan prakarsa.

c. Terbatasnya Lapangan Kerja

Terbatasnya lapangan kerja inipun disebabkan rendahnya taraf pendidikan dan adanya keterbatasan keterampilan dan modal23.

22

.Parsudi, Suparlan, Kemiskinan di perkotaan, (Jakarta, yayasan Obor Indonesia, 1993),h.5. 23


(31)

d. Kondisi Keterisolasian.

Kondisi keterisolasian mengakibatkan banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terisolasi sehingga sulit

atau tidak terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan daya gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lain24.

3 . Tanggung Jawab Sosial Terhadap Dhuafa

Perhatian Islam yang besar terhadap penanggulangan problema kemiskinan/sosial dan orang-orang miskin dapat dilihat dari kenyataan khususnya bahwa agama Islam semenjak baru muncul di kota mekkah masih banyak orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit dan belum mempunyai pemerintahan. Juga organisasi politik tetapi Islam sudah memiliki konsep yang jelas yaitu kitab suci al-Quran yang memberikan perhatian penuh dan kontinyu untuk semua aspek kehidupan termasuk aspek sosial dan kaum dhuafa.

Al-Quran merumuskannya dengan kata-kata member makan orang-orang miskin, mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan oleh Allah SWT, memberikan hak-hak orang-orang yang meminta-minta, membayar zakata dan lain-lain.

Dalam al-Quran surat al-Fajr, Allah SWT membentuk orang-orang jahiliyah yang menelantarkan anak yatim dan orang-orang-orang-orang 24

.Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan,


(32)

miskin.

Artinya : “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi Makan orang miskin” (QS. 89 : 17 – 18)

Kata tahaadh “saling menolong” dalam ayat tersebut

mengandung arti “bahu membahu”25. Dengan demikian ayat ini merupakan ayat seruan agar masyarakat bertanggung jawab sepenuhnya dalam menangani kemiskinan. Masyarakat dan bangsa perlu meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa mencintai kaum dhuafa dengan memberikan perhatian kepada mereka, baik dalam bidang ekonomi, social maupun dalam pendidikan merupakan suatu keharusan. Membiarkan mereka hidup terlantar dengan terlunta-lunta adalah sama dengan mendustakan agama.

Kemiskinan menimbulkan banyaknya pengangguran. Hal ini merupakan salah satu masalah social. Menurut Daldjuni (1985) masalah social adalah suatu kesulitan atau ketimpangan yang bersumber dalam masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan segera, sementara itu orang-orang masih percaya akan masih dapatnya masalah itu

25

Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus Kontemporer Arab Indonesia, ( Jakarta : Multi karya grafik, 2003), h.233.


(33)

dipecahkan. Ukuran-ukuran masalah social menyangkut dengan masalah kejahatan, perceraian dan kemiskinan.

Kaum dhuafa’ disebut oleh Nabi Muhammad sebagi orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat. Hidup mereka lebih berharga dari mereka yang memakan uang rakyat.

Doa orang-orang Mustadh’afin (orang yang terlemahkan) akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad bersabda, bahwa kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa’ di akhirat. Maka sudah selayaknya, sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk membela kepentingan para dhuafa’, berjuang memperoleh hak hidup yang layak dan hak hidup yang adil dalam memperoleh makan dan minum serta lapangan pekerjaan. Apabila kaum dhuafa’ dibiarkanmenderita maka bangsa ini akan mendapatkan generasi-generasi lemah dan tidak berdaya. Dengan memberdayakan kaum dhuafa’ maka mereka akan bangkit dengan sendirinya untuk mengubah hidupnya26.

Salah satu langkah konkret yang seyogyanya dilakukan secara bersama-sama adalah membangun lembaga pendidikan bagi kaum dhuafa yang berkualitas tetap terjangkau oleh kemampuan mereka atau lebih baik lagi jika diberikan secara gratis, yang tersebar di berbagai daerah terutama di kantong-kantong kemiskinan, baik dilakukan secara

26


(34)

formal maupun nonformal. Hal yang sama juga dilakukan dalam bidang kesehatan, dengan mendirikan klinik-klinik atau layanan kesehatan Cuma-Cuma27.

C. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa kecerdasan ialah perihal cerdas, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran) dan spiritual adalah kejiwaan, rohani, batin, mental dan moral.

Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, seperti yang dikutip oleh Ary Ginanjar bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. la adalah kecerdasan yang membantu kita menyempurnakan dan membangun diri kita secara utuh. Yang dimaksud di sini ialah kecerdasan yang berasala dari energi jiwa yang sangat besar, yang mampu menggerakan potensi dari pusat diri menuju permukaan atau lapisan ego. Bila kita mengalami penyakit spiritual, maka kecerdasan spiritual adalah sarana yang dapat kita gunakan untuk bergerak dari suatu yang satu ke yang lain, sarana yang dapat menyembuhkan diri

27


(35)

kita sendiri28.

Dalam bentuk kata jadian bahasa inggris kuno, “health” (kesehatan), “wholeness” (keutuhan), dan “healing” (penyembuhan), semuanya berasal dari akar yang sama, dan “recollection” (ingatan), kendaraan kecerdasan spiritual secara harfiah berarti “recollect” (mengambil), atau “gather” (mengumpulkan) kepingan-kepingan diri kita yang terbelah29.

Salah satu usaha untuk menyembuhkan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kasih sayang dari orang-orang yang kita cintai, oleh penasehat, dengan mendekatkan diri dengan alam dan dengan mengambil simbol spiritual yang member makna pada kita.

Sedangkan menurut Ary Ginanjar Agustian, Quetion Spiritual adalah “kemampuan untuk makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah30.

Begitu pula menurut pak MU (Muhammad Zuhri), s eperti yang dikutip oleh Ir. Agus Nggermanto memberikan definisi yang menarik “Quetion Spiritual adalah kecerdasan manus ia yang

28

.Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 29

.Hamka, Tafsir Al-azhar Juz 10, (Jakarta, PT.Pustaka Panjimas),hal.148-249

30 .Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Spiritual (ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman 5 Rukun Islam,(Jakarta : Arga,2002),h.4


(36)

digunakan untuk berhubungan dengan tuhan”31.

Potensi Quetion Spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau matari lainnya. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kes impulan bahwa kec erdasan spiritual adalah kemampuan manusia yang tidak terbatas untuk dapat memaknai setiap aspek kehidupan dengan makna ibadah dan bersifat fitrah,

agar menjadi manusia seutuhnya (hanif) dan memiliki "pola pemi kiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah". Dimana dalam setiap aspek kehidupan itu sendiri, manusia terus mela kukan aktiv itas nya yang bermacam-macarn dan secara kreatif mampu menentukan ni lai-nilai baru, baik dala m berhubungan atau ketika menjalani hubungan dengan tuhannya.

2. Unsur - unsur Kecerdasan Spiritual a. Zero Mind Proccess (Penjernihan Emosi)

Pa da mas a Ras ullallah dic eritakan, ad a s es eo rang ha mba sahaya bernarna bilal, yang dipaksa agar meninggalkan agamanya c lan dis iks a s ecara fis ik oleh kau m qurais y.

Namun Bilal tetap bertahan dan hanya berucap ahad...

31 Agus Nggermanto, Konseling Agama, Teori dan Kasus (Jakarta : PT.Bina Rena Pariwara,2002),h.18.


(37)

ahad ... ahad32. Mes ki Bilal adalah budaknya yang tidak merdeka secara fis ik t e t ap i B i la l te t ap me me g a n g t e gu h p ri ns i p, me mp e rt ah a n k a n keyakinan,apapun resiko yang akan dihadapinya, termasuk nyawa s ekalipun. Bilal melalui kekuatan prinsipnya, mampu mengeluarkan d a n me mi s a h ka n a n t a ra f is i k (t u b u h n ya ) ya n g t er b a ta s d a n terbelenggu, dengan hatinya yang bebas merdeka. Tetapi

batu itu tidak ma mpu mene ka n jiwanya yang bebas . Ba hkan Bilal tidak pernah mengizinkan pikirannya sendiri untuk merasa tertekan. Bilal adalah raja atas pikiran dan hatinya sendiri.

la telah mengetahui menguasai batinnya, ia mampu keluar dari dirinya sendiri melihat jasadnya yang dihimpit batu. Inilah makna "ahad", satu prinsip, tidak ada lain, bahkan tidak pula untuk jasadnya sendiri.

Langkah-langka h di da lam penjernihan emosi agar mampu mengambii tindakan secara tepat adalah :

1. Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka balk kepada orang lain.

2. Berprinsiplah selalu kepada Allah yang Maha Abadi.

3. Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang


(38)

membelenggu pikiran.

4. Dengarlah suara hati, peganglah prinsip "karena Allah ", berpikirlah melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.

5. Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana

berdasarkan suara-suara hati yang bersumber dari asmaul husna (99 thinking hats).

6. Menilai sesuatu dengan obyektif dan apa adanya.

7. Ingatlah bahwa segala sesuatu ilmu pengetahuan adalah sumber dari Allah SWT33.

b. Membangun Mental

Dalam membangun mental dibutuhkan prinsip-prinsip : 1. Suara hati manusia itu pads dasarnya bersifat universal.

2. Keteladanan malaikat. Keteladanan yang bisa diambil dari sifat malaikat s ecara umum adalah kepercayaan

yang dimiliki, loyalitas dan integritasnya yang sangat mengagumkan

3. Kepemimpinan semua orang adalah pemimpin minimal

terhadap dirinya sendiri. Diharapkan pemimpin dapat menjadi pemimpin yang dicintai, dipercaya, membimbing, mempunyai kepribadian baik dan pemimpin abadi yang dikenang sepanjang masa.

4. Pembelajaran. Diharapkan untuk tidak berhenti belajar. 5. Memiliki visi yang jelas.

33


(39)

6. Mengerjakan segala sesuatu dengan manajemem yang baik34. c. Ketangguhan Pribadi

Untuk mengikuti pribadi yang tangguh diperlukan prinsip-prinsip :

1. Menetapkan misi secara benar

2. Membangun karakter lewat s halat sebagai kekuatan afirmas i (u ntu k me n ye lar as ka n ni lai -n i la i ke i ma na n d en gan re al i tas kehidupan)

3. Melatih pengendalian diri dengan puasa d. Ketangguhan Sosial

Ketangguhan sosial dapat dibangun dengan prinsip zakat. Prinsip zakat adalah "memberi" member kepada

lingkungan sosial adalah salah satu modal awal untuk

membentuk suatu sinergi dalam rangka me mbangun

"ketangguhan s os ial" za kat a dalah bentuk pelatihan dan aplikasi konkrit dari "prinsip dan keseimbangan bismillah"35.

Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual

Perubahan Spiritual Quetion dari yang rendah ke yang lebih tinggi melalui beberapa iangkah utama sebagai berikut :

1. Sebaiknya setiap individu hares menyadari dimana dirinya

34

.ibid,h.45 35


(40)

sekarang. Misalnya, bagaimana situasi dirinya saat ini? apakah konsekuensi dan reaksi yang ditimbulkannya? apakah setiap individu dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain? Langkah ini menuntut setiap individu untuk menggali kesadaran diri, yang pada gilirannya menuntut dirinya untuk menggali kebiasaan merenungkan pengalaman.

2. Jika renungan dapat mendorong setiap individu untuk merasakan bahwa perilaku, hubunga n, kehid upan, atau has il kerja dapat menjadi adi lebih baik, maka sebaiknya setiap individu itu pun harus memiliki keinginan untuk berubah. Berjanji dalam hati untuk berubah. Iri akan menuntut setiap individu untuk memikirkan secara jujur apa yang harus dilakukan demi peruabhan itu dalam bentuk energi dan pengorbanan. Apakah setiap individu siap berhenti

untuk minum-minum atau merokok? Memberikan perhatian lebih bes tir untuk mendengarkan diri sendiri atau orang lain? menjalankan disiplin sehari-hari, seperti membaca atau olah raga atau merawat seekor hewan?

3. Kini dibutuhkan tingkat perenungan yang lebih dalam. Setiap individu harus dapat mengenali diri sendiri, letak pusat dan


(41)

motiv asi yang paling dalam. Jika setiap individu berpikir akan mati minggu depan, apa yang ingin individu tersebut bisa katakan mengenai apa yang bisa dicapai atau disumbangkan dalam kehidupan? Jika individu diberi waktu setahun lagi, apa yang akan dilakuka n oleh setiap individu dengan waktu tersebut.

4. Apakah penghalang yang merintangi setiap individu? apa yang mencegah setiap individu sehingga menjalani kehidupan diluar pusat diri mereka? kemarahan? kerakusan? rasa bersalah? sekedar kemalasan? kebodohan? Kemanjaan diri? Kini setiap individu

sebaiknya membuat daftar hat yang menghambat dan

mengembangkan pemahaman tentang bagaimana diri mereka dapat menyingkirkan penghalang-penghalang ini. Mungkin itu berupa tindakan sederhana, seperti kesadaran untuk ketetapan hati, atau perasaan memuncak seperti yang disebut dengan kaum buddhis. "Perubahan perasaan-perasaan", muak terhadap diri sendiri. Akan tetapi, mungkin juga suatu proses

yang panjang dan lambat serta akan membutuhkan pembimbing, ahli terapi, sahabat dan penasehat spiritual. Langkah ini sering diabaikan, namun sangat penting dan membutuhkan perhatian terus menerus.


(42)

5. Praktek atau disiplin apa yang seharusnya setiap individu ambil? jalan apa yang seharusnya diikuti? komitmen apa yang akan bermanfaat? pada tahap ini, setiap individu perlu menyadari berbagai kemungkinan untuk bergerak maju. Curahkan usaha mental clan spiritual untuk menggali berbagai kemungkinan ini, dan membiarkan setiap individu bermain dalam imajinasi, dan mereka dapat menemukan tuntutan praktis yang dibutuhkan dan diputuskan kelayakan setiap tuntutan tersebut bagi setiap individu.

6. Setiap individu harus menetapkan hati pada satu jalan dalam kehidupan dan berusaha menuju pusat, sementara individu tersebut pun melangkah di jalan itu. Diperlukan adanya perenungan setiap hari. Apakah diri setiap individu telah berusaha sebaik-baiknya demi diri sendiri dan orang lain? apakah telah mengambil manfaat sebanyak mungkin dari setiap situasi? apakah setiap individu merasa damai dan puas dengan keadaan sekarang? apakah ada makna bagi setiap individu disini? menjalani hidup dijalan menuju ibadah terns menerus, memunculkan kesucian alamiyah yang ada dalam setiap situasi

yang bermakna.

7. Dan akhirnya, sementara setiap diri individu rnelangkah di jalan yang dilpiiih sendiri, diharapkan kesadaran akan masih ada jalan-jalan


(43)

yang lain, seharusnya tetap ada. Menghormati mereka yang melangkah di jalan-jalan tersebut karena ada kemungkinan setiap diri individu tersebut dapat mengambil jalan-jalan tersebut36.

36 .Danah Zohar dan Ian Marshall,Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelegensi : The Ultimate Intelegence),h.195.


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN

A. SEJARAH BERDIRINYA.

Banyak fenomena di mas yarakat yang harus menjadi p erh atian serta menuntut kepedulian kita, orang-orang yang diuntungkan oleh nasib untuk mengantisipasi dan mengatasi secara transparan dan operasional, yaitu tuntutan sebuah peran yang lebih nyata dan menyentuh langsung terhadap fenomena yang ada tersebut.

Fenomena tersebut yaitu adanya kemiskinan intelektual di kalangan umat Islam. Di dalam bahasa agama, mereka yang mengalami fenomena tersebut iaiah kaum dhuafa yang didalamnya terdapat anak yatim piatu, fakir miskin, kaum manula, anak tidak atau kurang mampu baik secara materil maupun akibat keretakan keluarga.

Melihat kenyataan tersebut di atas, para pendiri Yayasan lrtiqo Kebajikan berusaha berperan aktif untuk "memberdayakan" dan menempatkan mereka ditempat yang seharusnya mereka berada, hal tersebut pun didorong oleh sebab lain yang tak kalah penting yakni, "lebih balk memberi kail dari pada ikan". Berawal dari keprihatinan para pendiri Yayasan Irtiqo Kebajikan dan bantuan dari seorang muallaf, maka Yayasan R. Tiko Hidayah dibentuk pada tanggal 24


(45)

Oktober 1997. Namun dengan adanya kritis moneter, muallaf tersebut mengundurkan diri, sebagai gantinya pada tanggal 31 Desember 1997 terjadi perubanan Hama Yayasan R. Tiko Hidayah menjadi Yayasan Irtiqo Kebajikan, dan secara res mi disyahkan di depan notaris Ny. Lanny Ratna Ekowati Soebnoto, S.H. dengan nomor akte notaris 14837.

Dan seiring perjalanan waktu Yayasan Irtiqo Kebajikan berkembang sehingga memiliki beberapa divisi dan bertambahnya jumlah pembina, walau jumlahnya masih terbilang sedikit dan mengakibatkan posisi pembina dan guru masih dirangkap oleh semua pengurus. Namun hal tersebut di atas tidak menyurutkan semangat Yayasan Irtiqo Kebajikan untuk memenuhi kebutuhan primer anak asuh baik sandang, pangan maupun pendidikan.

B. Struktur Organisasi Yayasan Irtiqo Kebajikan 1. Dewan Pendiri

a. M. Gozali, A.Md

b. Tri Esti Rahmaningsih, S.Pd c. Komaruddin, S.Ag

d. Tubagus Yamin, S.Ag e. Maskuroh, S.Ag


(46)

2. Penasehat

a. Hj. Soeharto Djokojahjono b. Mosyanif Munir

3. Badan Pengurus Harian

Ketua : Komaruddin, S.Ag

Wakil Ketua & Bendahara : Tri Esti Rahmaningsih Sekretaris & Kabid Pembinaan : Muslim

Kabid Pendidikan : Neneng Khaerunnisa

Kabid Rurnah Tangga : Sri Inawati

Kabid Usaha : Sholeh38

C. Visi Dan Misi

Yayasan Irtiqo Kebajikan mempunyai visi untuk meningkatkan kualitas kaum dhuafa yakni kualitas intelektual, moral dan spiritual. Sedangkan misinya ialah membina kaum dhuafabaik jasmani maupun rohani dalam bentuk pendidikan yang diharapkan menjadi pribadi yang memiliki integritas tinggi, beriman dan berakhlakul karimah.

D. Sarana dan Prasarana

Realitas yang dimiliki berdasarkan data dokumentasi dan observasi terdiri dari atas 2 ruang belajar, 1 ruang kantor, 2 ruang

38


(47)

asrama putra, 4 ruang asrama puteri, 1 ruang perpustakaan, 1

gedung aula, 7 kamar mandi, 1 ruang makan, tempat foto copy dan dapur.

Tabel 1

Sarana dan Prasarana

No Jenis Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Ruang Belajar

Ruang Kantor Yayasan Kamar Asrama Putri Kamar Asrama Putra Perpustakaan

Aula Gudang Kamar Mandi Ruang Makan Tempat Foto Copy Dapur 2 1 4 2 1 1 1 7 1 1 1

Sumber :AD/ART Yayasan Irtiqo Kebajikan


(48)

A n a k a d a l a h i n v es t as i t e rb es a r ya n g h a r us d i j a g a s e be ra p a b es a r perhatian orang tua pada anaknya sejumlah itulah investasi ditanam, semakin kecil perhatian berarti semakin

kecil jumlah investasi.

Kaum dhuafa pada usia remaja di Yayasan Irtiqo Kebajikan terdiri dari laki-l aki dengan jumlah 12 orang dan wanita yang

b erjumlah 15 orang. Mereka sangat memperhatikan rasa

kebersamaan, kekeluargaan dan rasa keperdulian antar sesama tinggi sekali, sehingga terciptalah suasana yang damai dan tentram di Yayasan lrtiqo Kebajikan39.

Ana k as uh di Ya yas a n Irtiqo Ke baji ka n ini mere ka dididi k d engan pengetahuan agama, pengetahuan sosial dan pengetahuan umum yang mereka dapat di bangku sekolah dan yayas an, agar mereka menjadi anak-anak yang saleh dan berguna bagi kedua orangtuanya dan masyarakat pada umumnya, agar mereka tidak tertinggal dengan teman-temannya. Yakni anak yang mampu hidup beribadah dengan cara yang benar, mampu memperlihatkan kebenaran sekaligus mendakwahkannya.

Di bawah ini adalah table tentang kaum dhuafa pada usia remaja di Yayasan Irtiqo Kebajikan.

39


(49)

Tabel 1

Keadaan Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan

! " # $

% & & ' ( ! $

% ) * ! '

+ % , & * ! ' $

- . #

" - )/ ) % ) + #

-) 0 1 2344 ! $

. 5 ) % ! ) " !

' . ) /

6/ / + 5 7 !

% #

) % ' '


(50)

+ & % ! ) # ' $

8 & + ) ) $

" 5 8 8 " "

5 & #

5 % ! $

' % ) # $

# & % ! ) 5 ! '

#

9 & # * ! $

, / : ) ! " $

+ ! : ) ! " $

) / % #

" 8 . % !

F. Program Kegiatan

P r o g r a m Ya ya s a n Irt i q o Ke b a j i ka n d a l a m me n g a mb i l a n a k a s u h h a rus me me n u h i p e rs y a ra t a n te r l e b i h d a h u l u , m u l a i d a ri ke l e n g ka p a n c l o k u me n , tentang anak yang akan dididik, keberadaa n orang tuanya, letak tempat tinggal sampai tujuan apa yang di harapkan untuk diasuh di Yayasan Irtiqo kebajikan, hal ini dilakukan karena yayasan tidak menginginkan suatu saat ada tuntutan dari pihak keluarga.

Dalam menjalankan aktifitasnya agar lebih terarah Yayasan Irtiqo Kebajikan mempunyai program kegiatan yang terdapat di Yayasan Irtiqo


(51)

Kebajikan yaitu :

1. Mengadakan shalat fardhu dan sunnah berjamaah, yaitu : shalat fardhu lima waktu, shalat tahajjud dan dhuha berjamaah.

Pada hari senin sampai dengan minggu. Shalat fardhu berjamaah ini lebih diharuskan atau diwajibkan dilaksanakan pada waktu shalat Maghrib, Isya, dan Subuh karena anak-anak asuh mulai melakukan aktifitas diyayasan setelah mereka pulang dari sekolah. 2. Mengadakan hafalan al-Qur’an dan do’a Qur’ani

3. Mengadakan Tadarus intifiradi dan jama’i

Kegiatan ini dilaksanakan setelah melaksanakan shalat fardhu dan sunnah berjamaah.

4. Mengadakan Tausiah dan Dzikir

Kegiatan ini dilaksanakan setelah shalat fardhu clan sunnah.

5. Mengadakan Program wajib belajar disekolah formal, yaitu : tidak semua anak asuh mengikuti wajib belajar formal disekolah yang sama. 6. Mengadakan latihan bahasa Indonesia-Arab-Inggris, Pendidikan

agama Islam, Pendidikan Sosial dan Eksakta, keterampilan dan kursus-kursus dan perpustakaan serta mading sebagai bentuk kreatifitas dari anak-anak asuh.

7. Mengadakan atau penerapan adab.-adab Islami yaitu menerapkan peraturanperaturan sehari-hari untuk anak-anak asuh.


(52)

8. Mengadakan program sharing.

Materi program sharing ini berkaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari disekolah, materi umum yang diberikan oleh yayasan dan permasalahan yang biasa dihadapi oleh anak asuh.

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan jiwa, kcerdasan dimana adanya kemampuan manusia yang terbatas untuk dapat memaknai setiap aspek kehidupan dengan makna ibadah dan bersifat agar menjadi manusia seutuhnya ( hanif ) dan memiliki “pola pemikiran tauhid ( Integralistik ) serta berprinsip hanya karena Allah”.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya kecerdasan spiritual bagi kehidupan manusia, oleh karenanya yayasan irtiqo kebajikan berusaha menerapkan unsur-unsur kecerdasan spiritual di setiap program kegiatan yaitu :

1. Mengadakan shalat fardhu dan sunnah berjama’ah, yaitu : shalat fardhu lima waktu, shalat tahajjud dan dhuha berjama’ah.

Unsur kecerdasan spiritual yang diterapkan disinilah ialah penjernihan emosi. Dengan melaksanakan shalat fardhu dan sholat sunnah. Artinya kaum dhuafa dapat melatih secara berulang-ulang baik hati, pikiran dan tindakan yang bertujuan untuk mensucikan fitrah ketika melakukan shalat akan memberikan suatu peringatan dini dan kesadaran diri akan arti kejernihan hati dan pikiran. Kejernihan pikiran ini, akan menjadi


(53)

landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual seseorang.

Beberapa hal dalam sholat yang bisa melatih serta menjaga ke jernihan hati dan pikiran adalah sebagian berikut :

a. Wudhu

“Sukakah anda tunjukan suatu amal yang dapat menghapus segala dosa dan sekaligus mengangkat derajat ?”

Jawab mereka, “Tentu ya Rasullah”

Sabda Beliau, “menyempurnakan wudhu disaat-saat segan, membanyakan langkah ke masjid, dan menunggu waktu shalat, itulah cara yang menguasai diri yang baik.”

Membasuh wajah melambangkan penjernihan –H.R. Muslim no. 197 Dan pensucian hati serta pikiran. Membasuh tangan melambangkan penyucian segala kegiatan. Membasuh kepala melambangkan pikiran yang suci dan membasuh kaki adalah melambangkan langkah lurus dan bersih.

b. Do’a Iftitah

Doa iftitah ini diucapkan setiap kali sholat, memuji Allah yang selalu suci sepanjang pagi dan petang. Ini adalah pujian dan pengakuan kepada tuhan, Rabb yang selalu suci dalam berpikir dan suci dalam bertindak. Allah-lah teladan dari segalanya kesucian.


(54)

Menyatakan secara berulang-ulang tentang kesucian Allah, hal ini akan mendoktrin jiwa seseorang untuk selalu mengikuti teladannya yaitu Allah Yang Maha Suci.

Secara sadar atau melalui pikiran bawah sadar, dokterin ini akan mengubah atau menjaga sikap dan karakter seseorang agar selalu suci dan bersih. Inilah dasar dan landasan sebuah kecerdasan emosi dan spiritual ( ESQ ) yaitu kemampuan untuk bebas dan mereka dari berbagai belenggu hati dan pikiran, dimana hasil akhir yang diharapkan adalah sebuah fitrah atau yang sangat cerdas.

c. Rukun dan Sujud

Pujian adalah sebuah pengakuan dan keinginan. Didalam ruku’ dan sujud, dilafdzkan pujian dan keinginan. Memuji kepada Allah Yang

Maha Suci dan Maha Agung bisa diartikan bahwa seseorang yang melakukan sholat sangat menjunjung tinggi sifat suci dan jernih yang pada akhirnya menghasilkan keagungan. Memuji artinya menjunjung dan orang yang menjunjung akan menempatkan sesuatu hal pada tempat yang tinggi. Ini akan menghasilkan pemikiran yang juga selalu menjunjung tinggi kesucian atau kejernihan hati, pikiran dan tindakan yang bebas dari berbagai belenggu. Lapun akan menyakini bahwa kejernihan hati dan tindakan akan membimbing seseorang kepada


(55)

keagungan tindakan dan langkah ini dilakukan 17 kali dalam sehari atau 6.250 kali dalam setahun.

Bisa di bayangkan, betapa suatu maha dokterin yang telah di berikan oleh sang pencipta jiwa manusia. Ini seharusnya akan bisa menghasilkan suatu fitrah yang cerdas, sekaligus membentengi God Spot tersebut. Hal ini sangat bermanfaat bgi orang yang memahami arti dan tujuan sholat.


(56)

BAB IV

PELAKSANAAN BIMBINGAN ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL KAUM DHUAFA

A. Pelaksanaan Bimbingan Islam Terhadap Kaum Dhuafa

Petatalaksanaan bimbingan Islam yang dilaksanakan di Yayasan Irtigo Kebajikan meliputi :

1. Pembimbing

Pembimbing merupakan orang yang memberikan bimbingan kepada orang lain, dalam hal ini adalah anak asuh, dalam upaya memecahkan permasalahan, serta memberikan motivasi agar anak asuh tidak merasa asing (beda) dengan anak yang lain.

Nama-nama Pembina dan Profesinya

1. Komaruddin, S.Ag. usianya 40 tahun. Profesinya sebagai pembina di yayasan irtiqo kebajikan dan tenaga pengayar di Al-azhar

2. Tri Esti Rahmaningsih. Usianya 32 tahun. Profesinya sebagai pembina di yayasan irtiqo kebajikan.

3. Muslim . usianya 27 tahun. Profesinya sebagai pembina di yayasan irtiqo kebajikan dan mahasiswa fakultas tarbiyah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(57)

4. Sri Inawati. Usianya 35 tahun. Profesinya sebagai Pembina di yayasan Irtiqo kebajikan dan mahasiswi Akademi Bahasa Asing ( ABA )

5. Sholeh. Usianya 35 tahun. Profesi sebagai pembina di yayasan Irtiqo kebajikan

6. Wati. Usianya 30 tahun. Profesi sebagai pembina di yayasan Irtiqo kebajikan dan asisten dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Materi Bimbingan Islam

Materi yang dis ampaikan pembirnbing adalah hal-hal yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual seperti : membaca I-qur'an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak clan pengetahuan umum lainnya.

Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh para pembimbing bersumber dari I-qur'an clan Al-hadits Nabi karena kedua sumber ini merupakan pedoman hidup bagi manusia.

3. Media Bimbingan Islam

Media yang digunakan dalam proses bimbingan ini adalah ayatayat Al-qur'an Hadits Nabi dan pengetahuan umum yang borkaitan dengan kecerdasar. spiritual. M e d i a l a i n ya n g wri n g d i g u n a ka n p e mb i mb i n g a d a l a h me d i a elektronik, yaitu melalui kaset-kaset yang berisi tentang kekuasaan Allah SWT.

Pembimbing juga biasanya menggunakan selebaran atau foto 44


(58)

copy tentang materi yang akan disampaikan, biasanya

selebaran itu pemb imbing peroleh dari bu ku-buku, majala h-majal ah d an s itus internet, selanjutnya s elebaran itu diberikan kepada anak as uh untuk dipelajari dan jika ada sesuatu yang tidak dipahami maka anak asuh bisa menanyakannya kepada pembimbing.

4. Waktu Bimbingan Islam

Pela ks ana an bi mbin gan Is la m di Ya yas an lrtiqo Kebaji kan dilaksanakan setiap hari diwaktu sore hari pada pukul 15.00 W IB atau me njelang ashar s ampai dengan pukul 21.00 W IB dengan me tode d an l a ma k egiata n yang berbe da-beda s es uai de ngan jadwal yang telah ditentukan.

5. Tempat Bimbingan Islam

Tempat merupakan komponen yang paling mendasar dari suatu aktivitas atau kegiatan bimbingan dan pembinaan. Adapun tempat yang digunakan untuk melaksanakan program pembinaan Islam di Yayasan lrtlqo Kebajikan bias anya berpus at pada 2 tempat, yaitu aula dan ruang belajar. Aula digunakan sebagai pusat pembinaan dalam aspek ibadah dan ceramah, sedangkan belajar digunakan untuk kegiatan pembinaan yang bersifat kelompok.


(59)

B. Metode Bimbingan Islam 1. Metode Individual

Pembimbing mempunyai peranan penuh dalam

mengarahkan sesuai dengan rnasalah yang dihadapi anak asuh pada usia remaja clan ini biasanya dilakukan secara personal. Pembimbing dengan remaja duduk berdua bertatap muka setelah itu remaja tersebut b,,3)( langsung menceritakan masalah yang sedang dihadapi.

D a l a m m e t o d e i n d i v i d u i n i j u g a p e m b i m b i n g b i a s a n y a mel akukan me to de wawancara atau perc akapan pribadi dengan remaja. Menanyakan bagaimana ia bisa berada diyayasan tersebut, tujuan dan keinginannya sekarang.

Menan yakan pe ndapatnya tentang dirinya dan kondis i yayas an s erta pengertiannya tentang kecerdasan spiritual bias anya pada awal bimbingan remaja tidak langsung menjawab dengan jujur, ia akan menjawab seadanya. Padahal ji ka kita liha t di usia remaja tersebut banyak hal yang perlu remaja konsultasikan. Sebelum melakukan bimbingan individu, terlebih dahulu para pembimbing mengadakan pengamatan terhadap perilaku kaum dhuafa pada usia remaja ini. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengadakan pendekatan-pendekatan persuasif.


(60)

2. Metode Kelompok

Metode yang digunakan oleh pembi mbing, selain metode individual adalah metode kelompok, dimana pembimbing berperan serta dalam bimbingan ini, sehi ngga para

pemb imbing bisa mengetahui sejauh mana kaum dhuafa pada usia remaja tersebut mampu mengembangkan kecerdasan spiritual.

Metode kelompok ini diadakan pada kegiatan-kegiatan yang bias a dilakukan oleh anak asuh ata u re maja Yayasan Irtiqo Kebajikan, seperti program wajib belajar disekolah yang dimulai dari pagi hari sampai siang hari, program keterampilan dan kursus-kursus, diskusi atau tanya jawab yaitu penyampaian materi oleh para pembimbing dengan cara mendorong memotivasi para remaja sehinga mereka mampu mencurahkan dan menanyakan masalah yang dirasakan belum mengerti, baik masalah kehidupan maupun masalah belajar dan metode ceramah, metode ini salah satu yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam menyampaikan dakwahnya dan materi yang disampaikan oleh para pembimbing sesuai dengan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh oleh remaja40.

C. Faktor Penghambat dan Pendukung Bimbingan Islam Di Yayasan

40


(61)

Irtiqo Kebajikan

K e b e r a d a a n Ya y a s a n l r t i q o K e b a j i k a n s a n g a t p a n t i n g d a n me mbantu mas yarakat, khus us nya ana k-anak yang kurang ma mpu s ec ara fin ans ial, menda patkan

b imbingan d an pengarahan berupa kesempatan untuk belajar.

Dalam setiap proses bimbingan baik yang bersifat pendidikan atau pengajaran yang mengarah kepada perbaikan dan keberhasilan akan s elalu men galami hambatan yang se lalu mengiringi setiap renc ana y a n g a k a n d i j a i a n i s e p e r t i y a n g d i p a p a r k a n o l e h u s t a d z Komaruddin, S.Ag selaku ketua badan pengurus harian Yayasan IrtiqoKebajikan, sebagai berikut :

1 . S e k a l i g u s t e m a n k a u m d h u a f a , k a r e n a p e r t a m a y a n g y a y a s a n i r t i q o k e b a j i k a n l a k u k a n a d a l a h m e n e r a p k a n p r o g r a m - p r o g r a m k e g i a t a n a t a u b i m b i n g a n I s l a m u n t u k k e g i a t a n s e h a r i - h a r i s e b a g a i s a r a n a p e l a t i h a n d i r i u n t u k d a p a t m e n g e m b a n g k a n k e c e r d a s a n s p i r i t u a l k a u m d h u a f a . K u r a n g n y a d i s i p l i n k a u m d h u a f a p a d a u s i a r e m a j a d a l a m pelaksanaan bimbingan Islam Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya disiplin bagi


(62)

kehidupan mereka. Serta kurangnya pemahaman tentang kecerdasan spiritual.

2 . Kurangnya sumber da ya manusia yang berkualitas dan bersedia menjadi pembina dan guru Kurangnya SDM disebabkan karena pembina dan guru mempunyai profesi dan kesibukan lain, selain di YIK. Serta kurangnya publikasi mengenai diperlukan pembina dan guru yang berkualitas untuk menjadi pembina dan guru di yayasan irtiqo.

3 . Adanya double job pembina dan guru. disebabkan karena kurangnya SDM, sehingga 1 guru bisa menerapkan 1 guru bisa merangkap sebagai pengurus, sehingga hal tersebut mampu menghambat kelancaran proses belajar mengajar.

Sedangkan dalam setiap proses bimbingan ini pun terdapat faktor-

faktor pendukungnya.

1. Kuatnya nilai kebe rs amaan antara para p embi mb ing d an p ara kaum dhuafa Hal ini disebabkan karena para pembimbing lebih terbuka kepada anak asuh sehingga anak asuh pun tidak merasa canggung untuk bekerja sama dengan para pembimbing.

2. Adanya program-program kegiatan yang v ariatif sehingga kaum dhuafa tidak merasa jenuh untuk mengikutinya Para pembimbing dan pengurus mencoba menerapkan program-program kegiatan yang tidak


(63)

fokus hanya dalam satu bidang. Tapi program-program kegiatan ini diterapkan sesuai dengan kebetulan para anak asuh.

3. Lingkungan yang baik sehingga keberadaan dan perkembangan tingkah laku kaum dhuafa clapat terpantau setiap waktu Adanya lingkungan yang baik seperti adanya pengurus dan

pembina yang seperti adanya pengurus dan pembina yang dapat dijadikan sebagai orang tua dan kakak, tersedianya fasilitas dan adanya program-program kegiatan yang variatif.

4. Adanya pelayanan yang baik dalam memperlakukan kaum dhuafa sehingga menumbuhkan kesadaran kaum dhuafa untuk menjadi baik. adanya pelayanan yang baik mampu menumbuhkan kesadaran untuk menjadi baik, seperti : peran sebagai pembina dan guru bukan hanya bertujuan untuk mengajarkan tapi juga membimbing dan mengasihi kaum dhuafa sehingga merasa di akui keberadaannya maka akan timbul kebersamaan antara pembina dan kaum dhuafa41.

D. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa

41


(64)

Berdasarkan hasil obserfasi dan wawancara yang penulis lakukan, yayasan Irtiqo kebajikan secara organisasi dan personal memiliki kualitas yang kreatif baik pelaksananya dalam mengembangkan kecerdasan kau dhuafa. Dalam proses pelaksana bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual ini, yayasan Irtiqo kebajikan berusaha bertindak sebagai orang tua

Pertama-tama yang Pembina lakukan adalah mendekatkan diri secara personal dengan melakukan wawancara atau percakapan pribadi agar dapat mengetahui dan mendapatkan informasi yang tepat mengenai permasalahan kaum dhuafa, unsure kecerdasan spritualnya adalah penjernihan emosi..

Para pembina pun melakukan bimbingan dengan metode kelompok ini pun bisa dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan, Seperti yang ada dalam program kegiatan, misalkan program wajib belajar disekolah yang di mulai dari pagi hari sampai siang hari, program keterampilan dan kursus-kursus, diskusi atau sharing dan tanya jawab yaitu penyampaian materi oleh pembimbing dengan cara memotifasi para kaum dhuafa sehingga mereka mampu mencurahkan dan menanyakan masalah yang dirasakan belum mengerti, baik masalah kehidupan maupun


(65)

masalah belajar. Sedangkan unsur kecerdasan spiritual dari program-program kegiatan diatas adalah ketangguhan pribadi dengan melatih prinsip keteraturan.

Dengan metode personal, diharapkan pembina mendapat Informasi tentang permasalahan kaum dhuafa. Sehingga pembina dapat memberikan solusi atau penanganan yang tepat. Seperti memberikan solusi untuk melaksanakan shalat wajib dan sunnah yang baik, baik dilaksanakan secara Individu atau berjama’ah, sedangkan unsur kecerdasan spiritual dari shalat

adalah penjernihan emosi.

Mengenai materi bimbingan Islam yang di berikan pembina cukup bervariasi dan disesuaikan dengan keadaan kaum dhuafa. Seperti, membaca Al-qur’an, dzikir, kegiatan berjamaah seperti berjamaah seperti shalat berjamaah, aqiqah, fiqih, akhlak dan pengetahuan umum sedangkan materi pokok yang diberikan pembimbing bersumber dari Al-qur’an dan hadits.

Dengan metode personal dan kelompok ini, yayasan Irtiqo kebajikan menggunakan dua pendekatan yaitu berupa kekeluargaan dan pemahaman terhadap Islam. Kekeluargaan dalam arti agar lebih lntens dalam mendengar, mengarahkan dan membimbing kaum dhuafa dalam mengembang kecerdasan spiritual.


(66)

Pemahan Islam dimaksudkan agar pemahaman dan sikap kaum dhuafa dapat di kontrol dan didisiplinkan dengan nilai-nilai Islam sehingga perilakunya dapat lebih santun dan bermartabat.

Selama ini, kedua pendekatan ini relative cukup berhasil dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di yayasan Irtiqo kebajikan.

Maka dapat disimpulkan dari penjelasan diatas tentang bimbingan Islam dalam kecerdasan spiritual kaum dhuafa, yaitu :

1. Relaksi diri. Dari sini terdapat pengaturan rohani alam diri para kaum dhuafa untuk melakukan penyegaran disetiap masalah yang dihadapi agar bisa menyikapi masalah itu dan tidak menjadikan beban dan menetapkan pikiran kepada Allah sebagai tempat melabuhkan setiap permasalahan hidup.

2. Selalu mengingat Allah disetiap aktivitas 3. Yakin terhadap doa

4. Yakin terhadap takdir

5. Taat beribadah ketika mendengar adzan 6. Mengerjakan ibadah shalat

7. Ketenangan beribadah di yayasan Irtiqo kebajikan 8. Gemar beribadah


(67)

Melihat faktor penghambat,seperti berkurangnya sumber para pembinapun melakukan bimbingan dengan metode kelompok. Metode kelompok ini pun bisa dilakukan. Seperti yang ada dalam program kegiatan,misalkan program wajib belajar disekolah yang dimulai dari pagi hari sampai siang hari, program keterampilan dan kursus-kursus , diskusi atau sharing dan tanya jawab yaitu penyampaian materi oleh pembimbing dengan cara memotivasi para kaum dhuafa sehingga mereka mampu mencurahkan dan menanyakan masalah kehidupan maupun masalah belajar.

Sedangkan unsur kecerdasan spiritual dari program-program kegiatan tersebut diatas adalah ketangguhan pribadi dengan melatih prinsip keteraturan.

Dengan metede personal, diharapkan pembina mendapat informasi tentang permasalahan kaum dhuafa. Sehingga pembina dapat memberikan solusi atau penanganan yang tepat. Seperti memberikan solusi untuk melaksanakan sholat wajib dan sunah dengan baik, baik dilaksankan secara individu atau berjamaah, sedangkan unsur kecerdasan spiritual dan shalat adalah penjernihan emosi.

Mengenai materi bimbingan Islam yang diberikan pembina cukup bervariasi dan disesuaikan dengan keadaan kaum dhuafa, seperti membaca


(68)

Al-quran, dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqiqah, fiqih, akhlak dan pengetahuan umum sedangkan materi pokok yang diberikan pembimbing bersumber dari Al-quran dan Al-hadits.

Dengan metode personal dan kelompok ini, yayasan Irtiqo Kebajikan menggunakan dua pendekatan yaitu berupa kekeluargaan dan pemahaman terhadap Islam. Kekeluargaan dalam arti agar lebih intens dalam mendengar, mengarahkan dan membimbing kaum dhuafa dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.

Pehaman Islam dimaksudkan agar pemahaman dan sikap kaum dhuafa dapat dikontrol dan didisiplinkan dengan nilai-nilai Islam sehingga perilaku dapat lebih santun dan bermartabat.

Selama ini, kedua pendekatan ini relatif cukup berhasil dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di yayasan Irtiqo Kebajikan.

Para pembina berupaya menanamkan kedisiplinan terhadap kaum dhuafa agar mereka dapat menjadi manusia yang berkualitas sehingga memaksa mereka untuk mengorbankan waktu sepenuhnya untuk anak didik. Dalam hal ini Yayasan Irtiqo Kebajikan sama sekali tidak keberatan dengan adanya (double job), karena mereka harus merangkap tugas sebagai tenaga pengajar sekaligus pengurus yayasan, bahkan mereka rela meninggalkan kepentingan pribadi demi terlaksananya program kegiatan diyayasan.


(1)

Secara operasional program ini tidak mengganggu kegiatan kaum dhuafa, karena keikhlasan dan pengabdian para pembina dan guru justru dapat menutupi hambatan yang ada, sehingga kegiatan bimbingan baik di sekolah mapun diyayasan dapat berjalan dengan lancar. Jadi dalam pelaksanaanya kegiatan bimbingan agama Islam dalam mengembangkan spiritual kaum dhuafa, selengkapnya apaun faktor pendukung dan penghambat yang ada tidak berpengaruh besar bagi jalannya progra kegiatan di Yayasan Irtiqo Kebajikan. Hal ini dikarenakan banyaknya dukungan dari pihak-pihak bersangkutan terutama dari para pembina dan guru yang memiliki etos kerja dan keikhlasan dalam mengemban amanah dan mengasuh anak didik dan apapun yang terjadi faktor pendukung itu dijadikan pegangan oleh Yayasan Irtiqo Kebajikan dalam menjalankansemua program kegiatan. Sedangkan adanya faktor penghambat tersebut dijadikan contoh untuk berupaya keluar dari hambatan tersebut walaupun tidak mudah. Harapan Yayasan Irtiqo Kebajikan menjadi yayasan sosial ini agar pemerintah dan LSM-LSM lain dapat mengcloning yayasan ini sebagai solusi pengembangan dan peningkatan kecerdasan kaum dhuafa, terutama yang berhubungan pembinaan (akhlak, pribadi, sosial dan mental) kaum dhuafa agar terciptanya pribadi yang memiliki integritas tinggi, beriman dan berakhlak karimah.


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan basil penelitian mengenai pelaksanaan bimbingan Islam dnlam rnengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. pelaksanaan bimbingan Islam cukup signifikan. Para pembimbing yang bertugas dalam bimbingan ini berkewajiban memberikan bimbingan dalam upaya memecahkan masalah. Materi yang disampaikan bersumber dari qur'an, hadits dan pengetahuan umum lainnya. Seperti membaca Al-qur'an, dzikir dan shalat berjamaah. Adapun media yang digunakan dalam bimbingan ini adalah sumber ajaran Islam yaitu Al-qur'an dan Hadits, selain itu digunakan juga media elektronik berupa radio dan kaset atau melalui selebaran foto copy, sedangkan waktu yang digunakan dalam bimbingan ini yaitu setiap hari, mulai menjelang Ashar atau pukul 15.00 WIB s.d pukul 21.00 WIB.

2. Metode yang digunakan dalam bimbingan ini adalah metode bimbingan individual yakni melalui wawancara dengan kaum dhuafa pada usia remaja.

Selain metode bimbingan individual, bimbingan ini pun menggunakan metode bimbingan kelompok dimana pembimbing melakukan bimbingan secara kelompok melalui program wajib belajar disekolah, program keterampilan atau kursus-kursus, diskusi atau tanya jawab dan ceramah.


(3)

3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa pada usia remaja di Yayasan Irtiqo Kebajikan :

a. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan bimbingan Islam :

1. Kuatnya nilai kebersamaan antar pembimbing dan kaum dhuafa pada usia remaja.

2. Adanya program-program kegiatan yang variatif sehingga anak didik tidak merasa jenuh untuk mengikutinya

3. Lingkungan yang baik sehingga keberadaan dan perkembangan tingkah laku kaum dhuafa pada usia remaja dapat terpantau setiap waktu

4. Adanya pelayanan yang baik dalam memperlakukan kaum dhuafa pada usia remaja sehingga menumbuhkan kesadaran mereka untuk menjadi baik

b. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan bimbingan Islam :

1. Kurangnya disiplin kaum dhuafa pada usia remaja dalam pelaksanaan bimbingan islam.

2. Kurangnya somber daya manusia yang berkualitas dan bersedia menjadi pembina dan guru


(4)

B. Saran

1. Adanya penambahan tenaga pengajar dan Pembina

2. Materi yang diberikan lebih banyak tentang pengembangan kecerdasan spiritual kaum dhuafa

3. Diharapkan kepada kaum dhuafa pada usia remaja untuk menambah dan melatih diri dengan memanfaatkan program pembinaan yang disediakan

4. Agar pelaksanaan bimbingan dapat berjalan denga baik maka sarana dan prasarana lebih dilengkapi lagi

5. Sikap terbuka kaum dhuafa usia remaja akan mempermudah jalannya bimbingan, untuk itu diharapkan para pembimbing dapat memberikan kesan bahwa remaja seolah-olah tidak sedang berhadapan dengan pembimbing.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyurnardi, Prof, Dr., dkk, Pedornan Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi, Jakarta: PT UIN Jakarta Press, 2002, cet.

A, Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002,

Arifin, H.M., M.Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT Golden Trayon Press, 1994

Danah, Zohar dan Marshall, Ian, Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelegensi: The Ultimate lntelegence), Terjemahan Rahmati Astuti, Ahmad Najib Burhani clan Ahmad Baiquni, Bandung: Mizan, 2001.

Ginanjar Agustian, Ari, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi -IbVW,4 -Spiritual (ESQ): Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2002.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Depdiknas, 1998.

Ketut Sukardi, Dewa, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Bina Aksara,1998.

Nggermanto, Agus, Ir., M.A., Konseling Agama, Teori, dan Kasus, Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2002.

Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakar. Ull Press, 2001.

Burhanudin, Yusak, Kesehatan Mental, Bandung: CV Pusaka Mulia, 1999.

Muhdlor, Zuhdi, Achmad, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Jakarta: Multi Karya Grafika, 2003.

Sanusi, Achmad, Agama di Tcvgah Kemiskinan, Jakarta: Logos, 1999. Hamka, TafsirA]-azharJuz 10, Jakarta: PT Pustaka Panjimas 2000

Suparlan, Parsudi, Kemiskinan di Perkotaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.


(6)

Kartasasmita, Giranjar, Pembangunan Untuk Rakyat; Memadukan Petfivnbuhan dan Pemerataan, Jakarta: Cider, 1996

Noor Arifin, M., Ilmu Sosial Dasar, Bandung: Pustaka Setia, 1997

Syavi, Abdul, Drs., Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Jakarta: CV Fajar Agung, 1987