PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum kondisi rakyat Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang berantai, seolah tidak diketahui
pangkal dan kapan akan berujung. Salah satu dari banyak persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan.
Kondisi ini diperparah dengan banyak terjadi berbagai macam bencana semakin manambah berat beban masyarakat yang hidup di
bawah garis kemiskinan. Pemutusan hubungan kerja PHK banyak terjadi, melambungnya harga-harga pangan yang kian hari kian
meningkat mengakibatkan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.
Dalam kehidupan tatanan social, manusia banyak memiliki keanekaragaman. Ada masyarakat atau individu yang hidup dengan
perekonomian yang cukup atau bahkan lebih, tetapi ada juga masyarakat atau individu yang serba kekurangan dalarn rnaterinya
masyarakat miskin.
1
Kaum Dhuafa adalah orang-orang yang benar-benar tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan harta dan tenaga
yang dimiliki atau orang yang tidak mampu mencukupi kehidupannya. Kondisi ini pun memaksa kaum dhuafa untuk menghadapinya,
1
M. Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, Bandung : Pustaka Setia, 1997, h. 228.
1
kaum dhuafa dituntut untuk bisa lebih mandiri bertahan di tengah himpitan hidup. Melihat fenomena di atas, diperlukan adanya sesuatu
pembinaan Islam secara intensif yang dapat mengarahkan dan mengembangkan potensi-potensi dan fitrah kaum dhuafa, salah
satunya kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan sebuah konsep yang
berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan nilai-nilai dan kualitas-kualitas kehidupan
spirituainya. Kehidupan spiritual di sini meliputi hasrat untuk hidup bermakna the will to meaning yang memotivasi kehidupan manusia
untuk senantiasa mencari makna hidup the meaning of life dan mendambakan hidup bermakna the meaning of life.
2
Dengan adanya pengembangan kecerdasan spiritual melalui bimbingan Islam secara intensif terhadap kaum dhuafa, diharapkan
pengembangan kecerdasan spiritual melalui bimbingan Islam secara intensif ini mampu mendidik kaum dhuafa menjadi
manusia yang tentram, damai, tabah, tawakal dan percaya pada diri sendiri serta
dapat membentuk manusia menjadi berani berjuang. Dhuafa pun mampu memberdayakan kemampuannya secara maksimal untuk
mencapai kesejahteraannya secara mandiri. Bimbingan-bimbigan secara intensif ini pun dapat terbentuk
dalam lembaga formal maupun non formal. Lembaga pembinaan
2
Danah, Zohar dan Marshall, lan, kecerdasan spiritual spiritual Intelegensi : the ultimate Intelegence, terjemahan Rahmati Astuti, Ahmad Wajib, Burhani dan Ahmad baiquni,
Bandung : Mizan, 2001, h.56
formal ini seperti lembaga pendidikan atau sekolah, sedangkan non formal adalah pembinaan yang dilaksanakan alas kesadaran
masyarakat, baik terbentuk secara lembaga maupun dengan adanya berbagai macam yayasan atau pesantren.
Yayasan Irtiqo kebajikan adalah salah satu dari sekian banyak yayasan yang ada dan bergerak dalam bidang sosial dan agama.
Penulis merasa tertarik untuk mengkaji pembinaan agama yang dilakukan oleh Yayasan Irtido Kebajikan, sehingga didasari latar
belakang tersebut penulis menyusun karya ilmiyah ini dengan judul
Pelaksanaan Bimbingan
Islam Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan
Ciputat Tangerang.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah