Kaum Dhuafa 1. Pengertian Kaum Dhuafa

a. Metode Individual 1 Melalui surat menyurat; 2 Melalui telepon dsb; b. Metode Kelompok atau massal 1 Melalui papan bimbingan; 2 Melalui surat kabar atau majalah; 3 Melalui brosur; 4 Melalui radio media audio; 5 Melalui televisi; 16 Metode dan teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan atau konseling tergsantung pada : a. Masalahproblem yang sedang dihadapidigarap b. Tujuan penggarapan masalah c. Keadaan yang dibirnbingklien d. Kemampuan pembimbingkonselor menggunakan rnetode atau teknik e. Sarana dan prasana tersedia f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar g. Organisasi dan administrasi layanan dan bimbingan konseiing h. Biaya yang tersedia 17

B. Kaum Dhuafa 1. Pengertian Kaum Dhuafa

Dhuafa adalah bentuk jama dari kata dhaif, artinya “orang- 16 Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,h.54. 17 Ibid.,h.55 orang lemah 18 Dalam literatur hukum Islam istilah dhuafa dibedakan dengan fakir, dari telaah kitab fiqih, Ali Yafie membuat rumusan definisi miskin, ialah yang memiliki harta benda atau mata pencaharian, kedua-- duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok 19 . Sedangkan yang disebut fakir adalah mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap atau mernpunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang dari seperdua kebutuhan pokok 20 . Ada dua golongan orang-orang yang lemah ekonominya yaitu : a. Orang fakir adalah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. b. Orang miskin adalah orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan 21 . Konsep Lewis 1966 tentang budaya kemiskinan bahwagolongan miskin itu menjadi miskin karena memang mereka miskin, anak-anak rnakan tidak layak, menerima pendidikan yang minim dan menerima anggapan keluarga atau Leman sejawat bahwa kemiskinan sobagai 18 .Ahmad Zuhdi Muhdlor “Kamus konteporer Arab-Indonesia”,Jakarta,Multi Karya Grafik,2003,h.233. 19 .Ibid,.h.235. 20 .Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, Jakarta : Logos, 1999,h.12-13 21 .Hamka, Tafsir Al-azhar Juz 10, Jakarta, PT.Pustaka Panjimas,h.148-249. suatu keniscayaan 22 . 2 . Faktor-faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Mustadh’afin Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya Mustadh’afin yaitu : a. Pendidikan yang rendah. Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja. b. Malas bekerja Sikap malas bekerja merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan, karena masalah ini menyangkut mentalitas dan keprihadian seseorang. c. Keterbatasan lapangan kerja. Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi Kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang atau masyarakat harus mampu menciptakan lapangan kerja barn, tetapi secara faktual hal ini kecil kernungkinannya, karena adanya keterbatasan kemampuan sesorang baik yang berupa skill maupun modal. Sedangkan menurut Ginandjar Kartasasmita, kondisi kemiskinan dapat disebabkan sekurang-kurangnya karena empat faktor, sebagai berikut : a. Rendahnya taraf pendidikan. Rendahnya taraf pendidikan mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sampitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. b. Rendahnya taraf kesehatan Rendahnya taraf kesehatan yang ditandai dengan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik,daya tahan fikir dan prakarsa. c. Terbatasnya Lapangan Kerja Terbatasnya lapangan kerja inipun disebabkan rendahnya taraf pendidikan dan adanya keterbatasan keterampilan dan modal 23 . 22 .Parsudi, Suparlan, Kemiskinan di perkotaan, Jakarta, yayasan Obor Indonesia, 1993,h.5. 23 .Arnikum Aziz, Hartono, Ilmu Sosial Dasar,Jakarta : Bumi Aksana, 1993,h. 33 d. Kondisi Keterisolasian. Kondisi keterisolasian mengakibatkan banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terisolasi sehingga sulit atau tidak terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan daya gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lain 24 . 3 . Tanggung Jawab Sosial Terhadap Dhuafa Perhatian Islam yang besar terhadap penanggulangan problema kemiskinansosial dan orang-orang miskin dapat dilihat dari kenyataan khususnya bahwa agama Islam semenjak baru muncul di kota mekkah masih banyak orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit dan belum mempunyai pemerintahan. Juga organisasi politik tetapi Islam sudah memiliki konsep yang jelas yaitu kitab suci al-Quran yang memberikan perhatian penuh dan kontinyu untuk semua aspek kehidupan termasuk aspek sosial dan kaum dhuafa. Al-Quran merumuskannya dengan kata-kata member makan orang-orang miskin, mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan oleh Allah SWT, memberikan hak-hak orang-orang yang meminta-minta, membayar zakata dan lain-lain. Dalam al-Quran surat al-Fajr, Allah SWT membentuk orang- orang jahiliyah yang menelantarkan anak yatim dan orang-orang 24 .Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta : ades, 1996, h. 240-241 miskin. Artinya : “sekali-kali tidak demikian, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi Makan orang miskin” QS. 89 : 17 – 18 Kata tahaadh “saling menolong” dalam ayat tersebut mengandung arti “bahu membahu” 25 . Dengan demikian ayat ini merupakan ayat seruan agar masyarakat bertanggung jawab sepenuhnya dalam menangani kemiskinan. Masyarakat dan bangsa perlu meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa mencintai kaum dhuafa dengan memberikan perhatian kepada mereka, baik dalam bidang ekonomi, social maupun dalam pendidikan merupakan suatu keharusan. Membiarkan mereka hidup terlantar dengan terlunta-lunta adalah sama dengan mendustakan agama. Kemiskinan menimbulkan banyaknya pengangguran. Hal ini merupakan salah satu masalah social. Menurut Daldjuni 1985 masalah social adalah suatu kesulitan atau ketimpangan yang bersumber dalam masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan segera, sementara itu orang-orang masih percaya akan masih dapatnya masalah itu 25 Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus Kontemporer Arab Indonesia, Jakarta : Multi karya grafik, 2003, h.233. dipecahkan. Ukuran-ukuran masalah social menyangkut dengan masalah kejahatan, perceraian dan kemiskinan. Kaum dhuafa’ disebut oleh Nabi Muhammad sebagi orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat. Hidup mereka lebih berharga dari mereka yang memakan uang rakyat. Doa orang-orang Mustadh’afin orang yang terlemahkan akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad bersabda, bahwa kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa’ di akhirat. Maka sudah selayaknya, sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk membela kepentingan para dhuafa’, berjuang memperoleh hak hidup yang layak dan hak hidup yang adil dalam memperoleh makan dan minum serta lapangan pekerjaan. Apabila kaum dhuafa’ dibiarkanmenderita maka bangsa ini akan mendapatkan generasi-generasi lemah dan tidak berdaya. Dengan memberdayakan kaum dhuafa’ maka mereka akan bangkit dengan sendirinya untuk mengubah hidupnya 26 . Salah satu langkah konkret yang seyogyanya dilakukan secara bersama-sama adalah membangun lembaga pendidikan bagi kaum dhuafa yang berkualitas tetap terjangkau oleh kemampuan mereka atau lebih baik lagi jika diberikan secara gratis, yang tersebar di berbagai daerah terutama di kantong-kantong kemiskinan, baik dilakukan secara 26 .Najlah Naqiyah 2:26 Am.http:najlah.blogspot.com200510dhuafa-korban-kekerasan-negara,html. formal maupun nonformal. Hal yang sama juga dilakukan dalam bidang kesehatan, dengan mendirikan klinik-klinik atau layanan kesehatan Cuma-Cuma 27 .

C. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual.