commit to user 144
D : ”Ah, tidak,” potong Darsun. ”Kecuali engkau mau menari seperti ronggeng.”
Konteks: Percakapan berlangsung antara empat anak kecil yang saling berteman.
Saat itu, ketiga anak laki-laki A, C, dan D membicarakan penampilan teman wanita mereka B dengan dandanan sangat menarik yang
dipertontonkannya. 312
73 A: ”Srintil mengenakan keris baru yang lebih kecil dan bagus. Alangkah pantasnya. Alangkah kenesnya.”
Konteks: Dituturkan seorang ibu ketika melihat penampilan seorang ronggeng di
desanya yang terlihat amat cantik. 2845
Tuturan 72 ”Bagus sekali” melukiskan seorang anak yang memberi pujian kepada temannya yang sangat cantik. Demikian pula, tuturan seorang ibnu
dalam contoh 73 ”Srintil mengenakan keris baru yang lebih kecil dan bagus. Alangkah pantasnya. Alangkah kenesnya” memperlihatkan sebuah pujian.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penutur telah berperilaku santun.
7. Meminta Maaf
Tidakan meminta maaf memberi kesan seseorang bersikap rendah hati. Penutur tidak menonjolkan dirinya tetapi menyadari suatu kesalahan yang telah
commit to user 145
diperbuat. Untuk itu, dia akan melontarkan permintaa maaf. Tindakan ini tidak merugikan mitra tutur seperti dalam contoh 74-78 berikut.
74 A : “Ya, tetapi aku sungguh bangsat.” B : “Maafkan aku, Srin. Sungguh Aku minta engkau jangan marah
kepadaku,” kataku menirukan cara seorang kacung yang minta belas kasihan kepada majikannya.
A : “Ya, Rasus. Aku tidak marah.” A : “Kau benar. Untung kau memperingatkan aku. Kalau tidak, entah
apalah jadinya.” Konteks:
Percakapan berlangsung antara dua orang teman. Saat itu, A diperingatkan oleh B agar tidak meneruskan niat buruknya.
5267 75 A : ”Maka aku sungguh minta maaf, Sersan.”
B : ”Hanya kali ini kau kumaafkan. Kali lain tidak. Untung aku dapat memahami penderitaan batinmu karena selama hidup engkau
belum pernah melihat ibumu. Kalau tidak hukuman yang akan kau terima cukup berat. Bayangkan, mengambil dan menggunakan
bedil. Bahkan seorang tentara harus memenuhi syarat tertentu agar dibenarkan berlaku demikian.”
Konteks: Percakapan berlangsung antara bawahan A dan sersannya B. Saat
itu, B menjelaskan hukuman yang diberikannya kepada A setelah melakukan suatu pelanggaran.
commit to user 146
8299 76 A : ”Maafkan kami, Bapak. Kami orang-orang Dukuh Paruk tidak bisa
berbuat sesuatu yang melanggar ketetapan yang kami anut. Ini malam Ahad Pahing, tidak boleh tidak, kami semua harus tidur di
rumah kami masing-masing di Dukuh Paruk.” Konteks:
Dituturkan pemimpin pemain ronggeng kepada camat setelah menyelesaikan pementasan ronggeng.
151196 77 A: ”Saudara-saudaraku dari Dukuh Paruk Mari, mari. Kami sudah
lama menunggu. Dan kami sudah khawatir; jangan-jangan kalian tidak suka datang ke gubuk kami yang terpencil ini.”
B : “Wah, kasihan Jenganten yang cantik ini,” ujar Nyai Sentika sambil menyalami Srintil.
B : “Maafkan kami yang telah memaksa sampean berjalan demikian jauh. Aduh, anakku wong ayu, mari masuk.”
Konteks: Dituturkan oleh suami-istri A dan B kepada rombongan tamu yang
baru datang dari tempat yang jauh. 163208
78 A: “Srin, maafkan aku. Maafkan aku, ya Sekarang mari kita pulang.” Konteks:
Dituturkan seorang pria kepada teman wanitanya yang terlihat sakit. 285386
commit to user 147
Tabel di bawah ini menampilkan keseluruhan data realisasi kesantunan berbahasa dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Tabel 4.5 Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk
karya Ahmad Tohari.
No. Jenis Realisasi Kesantunan Berbahasa
Nomor Data
1. Realisasi kesantunan berbahasa dalam menolak
51, 120, 227 2.
Realisasi kesantunan berbahasa dalam memerintah 209
3. Realisasi kesantunan berbahasa
dalam menawarkan 77, 97, 102, 202,
219, 269 4.
Realisasi kesantunan berbahasa dalam meminta 104, 150
5. Realisasi kesantunan berbahasa dalam melarang
40 6.
Realisasi kesantunan berbahasa dalam memuji 28, 3
7. Realisasi kesantunan dalam meminta maaf
52, 82, 151, 163, 285
C. Strategi Kesantunan Berbahasa dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk