commit to user 63
2002:82. Teori yang digunakan untuk mengolah data lebih dari satu teori tindak tutur dan kesopanan berbahasa.
H. Metode Analisis Data
Penelitian bahasa
dengan pendekatan
pragmatik akan
selalu menghubungkan bahasa dengan konteks pemakaiannya. Untuk itu, analisis data
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kontekstual. R. Kunjana Rahardi 2005: 16 mendefinisikan metode analisis kontekstual sebagai “cara-cara
analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada”. Konteks tersebut mengacu pada
aspek-aspek konteks dari Leech 1993: 19–21 yang meliputi penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan, dan tuturan
sebagai produk tindak verbal. Penjelasan terhadap aspek-aspek konteks dapat dilihat pada subbab Landasan Teori Bab II. Berikut contoh analisis data yang
akan dilakukan dalam penelitian ini. 1 A : “Rasus, kau tak mau?” tanya Srintil dengan suara hampir tak
kudengar. A : “Takkan ada orang melihat kita di sini.”
B : “Srin, ini tanah pekuburan. Dekat dengan makam Ki Secamenggala
pula. Kita bisa kualat nanti,” jawabku.
Konteks: Percakapan berlangsung antara dua orang teman. Saat itu, A mengajak B
untuk berhubungan badan di sebuah makam.
commit to user 64
Penutur B melalui tuturan “Srin, ini tanah pekuburan. Dekat dengan makam Ki Secamenggala pula. Kita bisa kualat nanti,” berusaha menolak permintaan lawan
tuturnya A untuk melakukan perbuatan zina. Dia tidak mengatakannya secara langsung dengan kalimat harfiah yang bermakna penolakan. Dia memilih strategi
penuturan secara tidak langsung. Tuturan B sama sekali tidak mengandung kata- kata yang bermakna harfiah penolakan. Akan tetapi, informasi tersebut secara
tidak langsung telah berusaha menolak permintaan temannya dengan cara santun. Penutur telah meminimalkan kerugian yang diterima lawan tutur atas penolakan
yang dituturkannya. Data penelitian sering disertai dengan deskripsi maksud penutur oleh
pengarang novel. Deskripsi maksud yang semacam itu ikut dipertimbangkan dalam analisis di samping konteks tuturan. Hal ini dilakukan untuk memperkecil
kemungkinan salah tafsir terhadap maksud yang tersirat dalam tuturan. Tingkat kelangsungan sebuah tuturan dapat diukur berdasarkan panjang-
pendeknya jarak tempuh. Jarak tempuh adalah jarak antara titik ilokusi yang berada dalam diri penutur menuju titik tujuan yang terdapat dalam diri lawan
tutur. Leech 1993: 55 menjelaskannya dalam kerangka analisis cara-tujuan means-end. Analisis cara-tujuan merepresentasikan sebuah masalah dan
pemecahannya dalam bentuk gambar yang memperlihatkan keadaan awal dan akhir suatu peristiwa komunikasi. Permasalahan bagi penutur adalah perencanaan
komunikasi, sedangkan bagi lawan tutur adalah penginterpretasian komunikasi. Contoh tingkat kelangsungan tuturan dapat digambarkan di bawah ini.
2 “Nyalakan alat pemanas”
commit to user 65
Gambar 3.1: Contoh Analisis Cara-Tujuan dalam Memerintah secara Langsung Sumber: Leech, 1993: 55–56
Keterangan gambar: = Tindakan individu yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
= Tujuan untuk mencapai keadaan akhir. = Keadaan awal.
= Keadaan tengahan. = Keadaan akhir.
1 = Keadaan awal penutur merasa dingin.
2 = Keadaan tengahan lawan tutur mengerti bahwa penutur ingin alat
pemanas dinyalakan. 3
= Keadaan akhir penutur merasa hangat. G
= Tujuan untuk mencapai keadaan 3 menjadi hangat. a
= Tindakan penutur mengatakan kepada lawan tutur untuk menyalakan alat pemanas.
b = Tindakan lawan tutur menyalakan alat pemanas.
3 “Dingin di sini, bukan?” 1
2 3
G
a b
Nyalakan alat pemanas
2 4
commit to user 66
Gambar 3.2: Contoh Analisis Cara-Tujuan dalam Memerintah secara Tidak Langsung
Sumber: Leech, 1993: 58 Keterangan gambar:
= Tindakan individu yang dilakukan untuk mencapai tujuan. = Tujuan untuk mencapai keadaan akhir.
= Keadaan awal. = Keadaan tengahan.
= Keadaan akhir. 1
= Keadaan awal penutur merasa dingin. 2
= Keadaan tengahan lawan tutur mengerti bahwa penutur merasa dingin. 3
= Keadaan tengahan lawan tutur mengerti bahwa penutur ingin alat pemanas dinyalakan.
4 = Keadaan akhir penutur merasa hangat.
G = Tujuan untuk mencapai keadaan 4 menjadi hangat.
G
PS
= Tujuan untuk menaati prinsip kesopanan. 1
2 3
4
a b
G
c G
PS
G’
Dingin di sini, bukan?
2 4
commit to user 67
G’ = Tujuan lain yang tidak dirinci.
a = Tindakan penutur berupa tuturan bahwa udaranya dingin.
b = Tindakan lawan tutur berupa menyimpulkanmenafsirkan bahwa
penutur ingin agar lawan tutur menyalakan alat pemanas. c
= Tindakan lawan tutur berupa penyalaan alat pemanas. Tuturan pertanyaan tidak langsung ditunjukkan pada contoh 3 karena jarak
tempuh dari titik ilokusi yang berada dalam diri penutur menuju titik tujuan yang berada dalam diri lawan tutur lebih panjang daripada tuturan 2 sebagaimana
ditunjukkan oleh tanda panah. Apabila langsung-tidaknya suatu tuturan dikaitkan dengan kesantunan
berbahasa, semakin tuturan itu bersifat langsung akan semakin tidak santunlah tuturan itu. Sebaliknya, semakin tuturan itu bersifat tidak langsung akan semakin
santunlah tuturan itu. Oleh sebab itu, tuturan 3 lebih santun dibandingkan dengan tuturan 2 dalam melakukan perintah.
Tuturan 4 merupakan tuturan yang paling kurang santun karena bersifat paling langsung. Jarak tempuh titik ilokusi menuju titik tujuan paling pendek.
Adapun tuturan 9 adalah tuturan yang paling santun. Tuturan 9 lebih bersifat tidak langsung daripada tuturan lainnya. Jarak tempuh titik ilokusi menuju titik
tujuan juga paling panjang. Hasil analisis data selanjutnya disajikan dengan metode penyajian
informal. Artinya, hasil analisis data akan dirumuskan dengan menggunakan kata- kata biasa dan beberapa terminologi yang teknis sifatnya Sudaryanto, 1993: 145.
commit to user 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN