Analisis Bivariat Hasil Penelitian .1 Analisis Univariat

36 2 tahun dan ≤ 2 tahun. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pekerja terdapat 25 pekerja 49,0 memiliki masa kerja 2 tahun dan sebanyak 26 pekerja 51,0 memiliki masa kerja ≤ 2 tahun. Unit kerja pekerja diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kontak langsung dengan asam formiat dan tidak kontak langsung dengan asam formiat. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pekerja terdapat 13 pekerja 25,5 bekerja dengan kontak langsung dengan asam formiat dan 38 pekerja 74,5 bekerja dengan tidak kontak langsung dengan asam formiat. Riwayat penyakit kulit yang dimiliki pekerja diukur dengan menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ada dan tidak ada. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pekerja terdapat 28 pekerja 54,9 memiliki riwayat penyakit kulit dan 23 pekerja 45,1 tidak memiliki riwayat penyakit kulit. Pemakaian alat pelindung diri pada pekerja diukur dengan menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu lengkap dan tidak lengkap. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pekerja, seluruhnya tidak secara lengkap menggunakan alat pelindung diri.

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Jika P value 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel Universitas Sumatera Utara 37 terikat. Syarat uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected E kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher. 4.2.2.1 Hubungan antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 Untuk mengetahui hubungan antara umur, masa kerja, unit kerja, riwayat penyakit kulit dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit dilakukan tabulasi silang crosstab dan uji statistik Chi-Square atau uji alternatifnya yaitu uji fisher dengan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut: Tabel 4.3 Hubungan antara faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 Variabel Keluhan Gangguan Kulit P Ada Tidak Ada Total n n n Umur 35 tahun 9 42,9 12 57,1 21 100 ≥ 35 tahun 22 73,3 8 26,7 30 100 0,028 Masa Kerja 2 tahun 19 76,0 6 24,0 25 100 ≤ 2 tahun 12 46,2 14 53,8 26 100 0,029 Unit Kerja 1 13 100 13 100 2 18 47,4 20 52,6 38 100 0,001 Riwayat Penyakit kulit Ada 26 92,9 2 7,1 28 100 0,001 Tidak Ada 5 21,7 18 78,3 23 100 Keterangan : 1 = Kontak Langsung Dengan Asam Formiat 2 = Tidak Kontak Langsung Dengan Asam Formiat Pemakaian APD tidak dapat dilakukan uji statistik Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 pekerja yang berusia ≥ 35 tahun, terdapat 22 pekerja 73,3 merasakan keluhan gangguan kulit. Universitas Sumatera Utara 38 Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,028, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,028 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara umur dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 25 pekerja yang memiliki masa kerja 2 tahun, terdapat 19 pekerja 76,0 merasakan keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,029, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,029 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 13 pekerja yang bekerja kontak langsung dengan asam formiat, terdapat 13 pekerja 100 merasakan keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,001, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,001 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 28 pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit, terdapat 26 pekerja 92,9 merasakan keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,001, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,001 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada Universitas Sumatera Utara 39 hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kulit dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau. Uji statistik tidak dapat dilakukan pada variabel pemakaian APD karena semua pekerja yang merasakan keluhan gangguan kulit tidak memakai APD secara lengkap. Universitas Sumatera Utara 40 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2015 terdapat 31 pekerja 60,8 merasakan keluhan gangguan kulit. Keluhan gangguan kulit akibat kerja merupakan kelainan pada kulit yang dirasakan oleh pekerja pada saat bekerja ataupun selesai bekerja. Keluhan gangguan kulit ini dapat berupa rasa gatal, rasa terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, penebalan pada kulit dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, pekerja dikatakan merasakan keluhan gangguan kulit apabila pekerja merasakan kulit terasa seperti terbakar atau terasa panas. Jika pekerja hanya merasakan gatal tanpa merasakan kulit terasa seperti terbakar atau terasa panas, maka tidak termasuk keluhan gangguan kulit akibat penggunaan asam formiat karena kemungkinan rasa gatal pada kulit tersebut akibat seringnya pekerja kontak dengan lateks. Sesuai dengan teori yang menyatakan bila asam formiat kontak dengan kulit akan menimbulkan iritasi kulit dengan gejala kulit terasa terbakar atau terasa panas dan dermatitis OSHA, 2006 dan NIOSH, 2011. Sesuai dengan MSDS Material Safety Data Sheet Formic Acid yang dimiliki oleh PTPN III Kebun Sei Silau yang menyatakan bahwa pengaruh asam formiat terhadap kesehatan bila terkena kulit yaitu kulit akan terasa panas, kulit merah dan dapat menimbulkan bekas. Universitas Sumatera Utara 41 Diperoleh informasi dari 31 pekerja yang merasakan keluhan gangguan kulit, bagian tubuh yang terkena gangguan kulit paling banyak pada telapak tangan yaitu dirasakan oleh 30 pekerja, pada sela jari dirasakan oleh 27 pekerja, pada lengan tangan dirasakan oleh 16 pekerja, dan pada punggung tangan dirasakan oleh 10 pekerja. Pekerja merasakan keluhan gangguan kulit tidak hanya pada satu bagian tubuh saja, seperti ada yang merasakan pada telapak tangan, sela jari serta punggung tangan, ada juga yang merasakan pada lengan tangan dan punggung tangan. Keluhan gangguan kulit juga dirasakan pekerja pada kaki. Keluhan gangguan kulit yang dirasakan pada kaki pekerja lebih banyak berupa kutu air. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hartantyo 2013 dari 143 responden didapatkan 57,3 pekerja di area basah kadar asam semut tinggi, menderita dermatitis kontak iritan. Pada uji statistik didapat ada hubungan bermakana antara paparan asam semut tinggi dengan kejadian dermatitis kontak iritan dengan p 0,001, dan risiko 24 kali lipat. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pancarini 2014 dari 75 pekerja dibagian produksi PT. Sunan Rubber Palembang diperoleh distribusi pekerja yang mengalami kejadian dermatitis kontak iritan DKI sebanyak 45 pekerja 60. Menurut Camelia, dkk 2011 yang dikutip oleh Pancarini 2014 hasil penelitian pada petani karet di Desa Sungai Rambutan menunjukkan penggunaan bahan kimia asam formiat sebagai asam kuat koagulan karet mengakibatkan sebanyak 59 petani karet mengalami dermatitis kontak iritan. Universitas Sumatera Utara 42 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmeang 2008 dari 50 orang pekerja pencuci botol di PT. X Medan, sebanyak 27 orang 54 menderita dermatitis kontak. Umumnya pekerja menderita iritasi pada telapak tangan dengan keluhan nyeri, gatal-gatal, kemerahan dan kulit telapak tangan menebal. Pekerja yang mengalami dermatitis ringan hanya menunjukkan gejala gatal-gatal, nyeri, kulit kering dan retak-retak, sedangkan yang mengalami dermatitis berat merasakan nyeri, panas, kulit bengkak dan melepuh. Hal ini terjadi karena pekerja kontak langsung dengan bahan kimia yang digunakan. Menurut peneliti, keluhan gangguan kulit paling banyak terjadi pada telapak tangan, sela jari, dan lengan tangan karena pekerjaan dilakukan menggunakan tangan dan pekerja juga tidak menggunakan sarung tangan sebagai pelindung. Keluhan gangguan kulit banyak terjadi pada pekerja yang kontak langsung dengan asam formiat yang digunakan pada proses pembekuan. Seluruh pekerja yang bekerja pada unit pembekuan merasakan keluhan gangguan kulit. Hal ini menunjukkan bahwa keluhan gangguan kulit yang dirasakan pekerja terjadi karena pekerja kontak dengan asam formiat saat melakukan proses kerja. Selain itu dalam penelitian ini ada faktor-faktor lain yang mendukung peluang untuk terjadinya keluhan gangguan kulit, seperti pemakaian alat pelindung diri yang tidak lengkap pada seluruh pekerja, adanya riwayat penyakit kulit pada pekerja, serta masa kerja yaitu semakin lama seseorang bekerja maka semakin sering dia terpajan dan kontak dengan bahan kimia yang digunakan. Universitas Sumatera Utara 43 5.2 Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 30 pekerja yang berusia ≥ 35 tahun, terdapat 22 pekerja 73,3 merasakan keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,028, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,028 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara umur dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau. Menurut Cronin 1980 yang dikutip oleh Lestari dan Utomo 2007 pada dunia industri usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam pengobatan dermatitis kontak, sehingga timbul dermatitis kronik. Menurut peneliti, keluhan gangguan kulit pada pekerja dapat terjadi pada semua kelompok umur tergantung masa kerja dan keseringan kontak dengan bahan iritan di tempat kerja. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pekerja dengan umur yang lebih tua lebih banyak merasakan keluhan gangguan kulit karena mereka mempunyai masa kerja yang lebih lama. Masa kerja yang dimiliki pekerja pada usia tua paling cepat 3 tahun dan paling lama 27 tahun. Beberapa pekerja dengan usia muda juga merasakan keluhan gangguan kulit. Hal ini karena ada pekerja dengan usia muda yang mempunyai masa kerja Universitas Sumatera Utara 44 2 tahun. Masa kerja yang dimiliki pekerja pada usia muda paling cepat 1 tahun dan paling lama 3 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budianto 2010 pada pekerja percetakan yang menunjukkan bahwa individu yang berusia 30-60 tahun memiliki kemungkinan terkena DK-AK 7 kali lebih besar dibandingkan individu yang berusia ≤ 30 tahun. Uji Chi-square didapat p value 0,05 yaitu 0,031 yang artinya ada hubungan bermakna antara umur dengan kejadian dermatitis kontak yang merupakan keluhan gangguan kulit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani 2011 pada pekerja bagian processing dan filling PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,05 yaitu 0,008. Menurut penelitian Garmini 2014 pekerja yang usianya lebih tua berisiko mengalami dermatitis kontak iritan karena diduga kelompok ini memiliki kondisi kulit yang lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Masa kerja juga berpengaruh karena usia yang lebih tua memiliki masa kerja yang lebih lama sehingga beresiko mengalami dermatitis kontak iritan. 5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 menunjukkan Universitas Sumatera Utara 45 bahwa dari 25 pekerja yang memiliki masa kerja 2 tahun, terdapat 19 pekerja 76,0 merasakan keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,029, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,029 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau. Pekerja yang memiliki masa kerja yang lama lebih banyak merasakan keluhan gangguan kulit karena pekerja tersebut lebih lama terpajan dan kontak secara berulang-ulang dengan asam formiat. Kontak dengan asam formiat secara berulang-ulang dapat menimbulkan peradangan pada kulit bahkan dapat menimbulkan iritasi berat pada kulit dermatitis. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin lama masa kerja seseorang, semakin sering pekerja terpajan dan berkontak dengan bahan kimia. Lamanya pajanan dan kontak bahan kimia akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan keluhan gangguan kulit. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin lama dia telah terpapar bahaya yang ditimbul kan oleh lingkungan kerja tersebut Suma’mur, 2009. Menurut Taylor 2003 zat kimia memiliki kemampuan yang berlainan untuk menimbulkan reaksi iritan. Sebagian diantaranya akan menimbulkan kerusakan sekalipun dengan konsentrasi yang rendah. Iritan yang kuat akan menimbulkann dermatitis hampir pada semua individu jika terjadi kontak yang memadai. Universitas Sumatera Utara 46 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani 2011 pada pekerja bagian processing dan filling PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,05 yaitu sebesar 0,012. Pekerja yang mengalami dermatitis kontak adalah pekerja yang memiliki rata-rata masa kerja selama 2 tahun, sedangkan pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak adalah pekerja yang memiliki rata-rata masa kerja selama 1 tahun. Menurut Suryani 2011 semakin lama pekerja berkontak dengan bahan kimia setiap harinya, ditambah masa kerja yang lama akan memperberat kejadian dermatitis kontak pada pekerja. Pekerja yang lebih lama terpajan dan berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel bagian kulit luar, semakin lama terpajan maka semakin merusak sel kulit hingga bagian dalam dan memudahkan untuk terjadinya penyakit dermatitis. 5.4 Hubungan Unit kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 13 pekerja yang bekerja kontak langsung dengan asam formiat, terdapat 13 pekerja 100 merasakan keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,001, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,001 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan keluhan gangguan kulit dalam Universitas Sumatera Utara 47 penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau. Unit kerja yang kontak langsung dengan asam formiat adalah pada proses pembekuan atau koagulasi. Dosis asam formiat yang digunakan 7,5 – 9 kgton lateks. Pada unit ini asam formiat digunakan untuk membekukan lateks agar menjadi suatu gumpalan atau koagulum. Dari 13 pekerja yang bekerja pada unit ini, semuanya merasakan keluhan gangguan kulit. Banyaknya pekerja yang merasakan keluhan gangguan kulit karena pekerja pada unit ini terpajan dan kontak langsung dengan asam formiat secara terus-menerus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 pekerja yang tidak kontak langsung dengan asam formiat merasakan keluhan gangguan kulit. Pekerja yang bekerja pada unit yang tidak kontak langsung dengan asam formiat juga memiliki resiko merasakan keluhan gangguan kulit karena pada unit tersebut kemungkinan lateks masih mengandung asam formiat. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Lestari dan Utomo 2007 pada pekerja di PT. Inti Pantja Press Industri yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pekerja yang mengalami dermatitis kontak berdasarkan jenis pekerjaannya. Dari uji statistik diperoleh nilai p value 0,05 yaitu 0,02. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Afifah 2012 pada karyawan Binatu yang menunjukkan jenis pekerjaan memiliki hubungan yang bermakna dengan terjadinya dermatitis kontak yang termasuk Universitas Sumatera Utara 48 keluhan gangguan kulit. Hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,05 yaitu 0,009. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdian 2012 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan dengan dermatitis kontak. Hasil analisis keeratan hubungan ditunjukkan dengan nilai odds ratio sebesar 6,923. Artinya adalah risiko responden yang bekerja pada bagian yang bersentuhan langsung dengan bahan kimia untuk terkena dermatitis kontak adalah 6,923 kali dibandingkan dengan responden yang bekerja pada bagian lainnya. 5.5 Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 28 pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit, terdapat 26 pekerja 92,9 merasakan keluhan gangguan kulit. Riwayat penyakit kulit dalam penelitian ini adalah semua keluhan gangguan kulit yang pernah dirasakan pekerja sebelum bekerja di bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau. Diperoleh informasi dari 28 pekerja yang memiliki riwayat penyakit kulit, keluhan gangguan kulit yang pernah dirasakan paling banyak berupa gatal yaitu 27 pekerja, kulit mengelupas 10 pekerja dan kulit terasa kering 8 pekerja. Bagian tubuh yang pernah terkena gangguan kulit paling banyak pada telapak tangan yaitu 17 pekerja, pada kaki yaitu 16 pekerja, dan pada lengan tangan 13 pekerja. Universitas Sumatera Utara 49 Bagian tubuh yang pernah terkena gangguan kulit paling banyak adalah telapak tangan dan juga bagian tubuh yang paling banyak terkena keluhan gangguan kulit adalah telapak tangan. Menurut peneliti, hal ini menunjukkan bahwa riwayat penyakit kulit mempengaruhi terjadinya keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,001, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,001 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kulit dengan keluhan gangguan kulit dalam penggunaan asam formiat pada pekerja bagian produksi PTPN III Kebun Sei Silau. Menurut Djuanda 2011 faktor individu ikut berpengaruh terhadap dermatitis kontak, yaitu perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas, ras, jenis kelamin, usia, dan penyakit kulit yang sedang atau pernah dialami. Pekerja yang sebelumnya memiliki riwayat penyakit kulit akan lebih mudah mendapat dermatitis kontak akibat kerja, karena fungsi perlindungan kulit sudah berkurang akibat dari penyakit kulit sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatma Lestari dan Hari Suryo Utomo di tahun 2007 yang menunjukkan perbedaan proporsi yang bermakna antara pekerja yang memiliki riwayat dermatitis kontak pada pekerjaan sebelumnya dengan yang tidak memiliki riwayat dermatitis kontak. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,05 yaitu 0,042. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ferdian di tahun 2012 pada pekerja pembuat tahu di Wilayah Ciputat Dan Ciputat Timur yang menunjukkan bahwa risiko responden yang mempunyai riwayat Universitas Sumatera Utara 50 penyakit kulit untuk terkena dermatitis kontak adalah 3,52 kali dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit. Dari uji statistik didapatkan nilai p value lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,021 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kulit dengan dermatitis kontak yang merupakan keluhan gangguan kulit. 5.6 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit dalam Penggunaan Asam Formiat pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 pekerja pada bagian produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 51 pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri, terdapat 31 pekerja 60,8 merasakan keluhan gangguan kulit. Uji statistik tidak dapat dilakukan karena seluruh pekerja tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap. Pemakaian alat pelindung diri dalam penelitian ini adalah pemakaian sarung tangan yang terbuat dari vynil atau neoprene dan menutupi lengan, pemakaian sepatu boot, serta pemakaian baju panjang dan celana panjang. Diperoleh informasi bahwa seluruh pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap. Rata-rata pekerja hanya menggunakan alat pelindung diri sepatu boot dan celana panjang. Baju yang digunakan pekerja berupa baju lengan pendek karena perusahaan hanya menyediakan baju lengan pendek. Tidak ada ketersediaan baju lengan panjang karena perusahaan hanya mendapat jatah baju lengan pendek dari pusat untuk semua karyawan. Pekerja lebih sering tidak memakai baju yang disediakan perusahaan saat bekerja. Mereka lebih sering memakai kaos lengan pendek bahkan memakai kaos tanpa lengan saat bekerja. Universitas Sumatera Utara 51 Hal ini kerena menurut mereka pakaian yang disediakan perusahaan terasa panas dan tidak menyerap keringat jika digunakan saat bekerja. Pekerja pada unit sortasi memakai sarung tangan yang terbuat dari kain dan hanya satu pekerja pada unit koagulasi yang menggunakan sarung tangan yang terbuat dari vynil atau neoprane. Hal ini dikarenakan pekerja tidak terbiasa bekerja menggunakan sarung tangan dan pemakaian sarung tangan dapat memperlambat pekerjaan mereka. Hasil penelitian Pancarini 2014 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,05 yaitu sebesar 0,014. Hasil penelitian Garmini 2014 menunjukkan bahwa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui nilai p value = 0,023 berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai prevalensi rasio = 3,033 berarti pekerja yang menggunakan APD tidak lengkap mempunyai risiko untuk terkena dermatitis kontak iritan 3,033 kali lebih besar dibandingkan pekerja yang menggunakan APD lengkap. Menurut Suma’mur 1992 Alat Pelindung Diri APD adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Peralatan pelindung tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada, peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya. Penggunaan alat pelindung diri adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. Alat Pelindung Diri harus Universitas Sumatera Utara 52 memenuhi persyaratan diantaranya yaitu enak nyaman dipakai, tidak mengganggu pelaksanaan kerja, dapat memberikan perlindungan efektif terhadap berbagai macam bahaya yang dihadapi Suma’mur, 2009. Diperoleh informasi bahwa dari 20 pekerja yang tidak merasakan keluhan gangguan kulit meskipun mereka tidak memakai APD secara lengkap terdapat 20 pekerja bekerja tidak kontak langsung dengan asam formiat, 18 pekerja yang tidak mempunyai riwayat penyakit kulit, 14 pekerja mempunyai m asa kerja ≤ 2 tahun, dan 11 orang berumur 35 tahun. Menurut peneliti, dari data di atas dapat dikatakan bahwa pekerja yang tidak merasakan keluhan gangguan kulit meskipun tidak memakai APD secara lengkap karena pekerja tersebut bekerja tidak kontak langsung dengan asam formiat atau mereka bekerja pada unit penggilingan, unit pengasapan dan pengeringan, unit sortasi dan unit pengepakan, serta pekerja tersebut juga tidak memiliki riwayat penyakit kulit sehingga kulit mereka tidak rentan terhadap bahan kimia yang digunakan. Universitas Sumatera Utara 53 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2016

1 7 98

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Gangguan Kulit Dalam Penggunaan Asam Formiat Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016

0 0 16

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Gangguan Kulit Dalam Penggunaan Asam Formiat Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Gangguan Kulit Dalam Penggunaan Asam Formiat Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016

0 0 6

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Gangguan Kulit Dalam Penggunaan Asam Formiat Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016

0 0 19

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Gangguan Kulit Dalam Penggunaan Asam Formiat Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016

5 14 3

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Gangguan Kulit Dalam Penggunaan Asam Formiat Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Pengolahan Karet PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2016

0 0 44

Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Keluhan Subyektif Pada Pekerja Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2016

0 0 16

Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2016

0 0 14

Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2016

0 0 2