12
4. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit ini dianggap sebagai penyakit kulit akibat kerja, jika sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan
dalam pekerjaan tersebut. 5. Kanker kulit akibat kerja. Biasanya berupa kanker sel skuamosa atau sel
basal. Kanker akibat kerja cenderung terjadi pada permukaan kulit yang paling banyak terpapar terhadap karsinogen.
6. Penyakit kulit menular akibat kerja. Paling sering adalah penyakit zoonotik, kandidiasis, tuberkolosis verukosa.
2.3 Keluhan Gangguan Kulit Akibat Kerja
Keluhan gangguan kulit akibat kerja merupakan kelainan pada kulit yang dirasakan oleh pekerja pada saat bekerja ataupun selesai bekerja. Keluhan
gangguan kulit ini merupakan gejala dari suatu penyakit akibat kerja. Keluhan gangguan kulit yang dirasakan oleh pekerja dapat memberi gambaran tentang
jenis penyakit kulit apa yang berisiko diderita oleh pekerja. Keluhan gangguan kulit ini dapat berupa rasa gatal, rasa terbakar, kemerahan, bengkak, lepuh kecil
pada kulit, kulit mengelupas, kulit kering, kulit bersisik, penebalan pada kulit dan lain sebagainya.
Menurut Chowdhug dan Maibach 2004 yang dikutip oleh Bangun 2012, kelainan kulit yang terjadi, ditentukan oleh tiga faktor. Faktor yang
pertama adalah faktor yang berasal dari bahan iritannya, berupa ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, serta pH. Faktor yang kedua adalah faktor
yang berasal dari lingkungan berupa lama kontak, kekerapan terus-menerus terpapar atau berselang, temperatur, tekanan, dan trauma fisik. Faktor yang ketiga
Universitas Sumatera Utara
13
adalah faktor yang berasal dari masing-masing individu berupa usia, jenis kelamin, ras, penyakit kulit yang sedangpernah diderita, dan daerah kulit yang
terpapar. Menurut Gilles, et.al., 1990 yang dikutip oleh Suryani 2011, Faktor-
faktor yang berpegaruh terhadap timbulnya penyakit kulit akibat kerja antara lain, ras, keringat, terdapat penyakit kulit lain, Personal Hygiene, dan tindakan
menggunakan APD. Berdasarkan sumber yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyakit kulit di atas, maka dapat disimpulkan faktor- faktor yang dominan menyebabkan terjadinya penyakit kulit yaitu bahan kimia,
lama kontak, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwaya penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD.
2.4 Pengolahan Getah Karet Lateks
Getah karet Lateks dapat diolah menjadi sheet dan crepe. Pabrik pengolahan karet PTPN III Kebun Sei Silau mengolah hasil karetnya menjadi
Sheet. Sheet adalah produk karet alam berupa lembran-lembaran yang telah diasap, bersih dan liat, bebas dari buluk jamur, tidak saling melekat, warnanya
jernih, tidak bergelembung udara, dan bebas dari akibat pengolahan yang kurang sempurna Djoehana, 2012.
Universitas Sumatera Utara
14
2.4.1 Proses Pengolahan
Gambar 2.1 Bagan Proses Pengolahan Lateks
1 Penerimaan lateks Lateks hasil penyadapan diangkut dengan tangki yang ditarik truk pabrik.
Di pabrik, lateks diterima dan dicampur dalam bak penerimaan. 2 Pengenceran lateks
Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku
sesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan sheet, yaitu sebesar 13, 15, 16 atau 20 sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat.
Maksud dari pengenceran lateks adalah: 1. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga gilingan tidak terlalu berat,
2. Memudahkan penghilangan gelembung udara atau gas yang terdapat dalam lateks,
3. Memudahkan meratanya koagulan asam pembeku yang dibubuhkan untuk proses koagulasi.
Penerimaan Lateks
Pengenceran Lateks
Pembekuan Lateks
Penggilingan
Pengasapan dan
Pengeringan Sortasi
Pengepakan
Universitas Sumatera Utara
15
3 Pembekuan Lateks Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan merapatkan
butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini, lateks perlu dibubuhkan obat
pembeku koagulan seperti asam semut atau asam cuka. Menurut penelitian, terjadinya proses koagulasi adalah karena terjadinya penurunan pH. Lateks segar
mempunya pH 6,5. Supaya dapat terjadi penggumpalan, pH harus diturunkan sampai 4,7. Penurunan pH ini terjadi dengan membubuhkan asam semut asam
formiat 1 atau asam cuka 2 kedalam lateks yang telah diencerkan. Cara pembekuan dalam bak pembekuan adalah sebagai berikut:
1. Tangki yang telah diisi lateks yang telah diencerkan diaduk beberapa kali. Buanglah busa-busa yang timbul dengan alat pembuang busa. Pengadukan
pertama cukup 4 kali bolak-balik. 2. Bubuhkan kedalam lateks yang telah diencerkan tersebut asam semut asam
formiat atau sam cuka sesuai dengan yang diperlukan. Tiap liter lateks Kadar Karet Baku 16 memerlukan 60 cc asam semut 1 atau asam cuka 2.
Adukklah agar asam tersebut merata di dalam larutan lateks. Pengadukan dilakukan 6-10 kali bolak-balik.
3. Buanglah busa yang timbul dengan segera. 4. Pasanglah sekat-sekat dengan cepat tetapi teratur mulai dari bagian tengah
menuju pinggir sedemikian rupa, sehingga tiap ruang di antara sekat terisi lateks yang tingginya sama.
Universitas Sumatera Utara
16
5. Biarkan lateks membeku selama 2-3 jam. Bila telah membeku, tambahkan air bersih kedalam tangki sampai permukaan bekuan sedikit terendam.
6. Setelah sekat-sekat diangkat, akan diperoleh lembaran-lembaran koagulum yang siap untuk digiling.
4 Penggilingan Koagulum dari bak pembekuan diangkat, dan melalui talang didorong
menuju sebuah meja yang terletak di muka gilingan pertama. Dari meja ini koagulum meluncur ke gilingan pertama, kemudian menuju gilingan kedua, dan
seterusnya serta berakhir setelah keluar dari gilingan gambar. Lembar-lembar yang keluar dari gilingan gambar dimasukkan kedalam
bak pencucian untuk membersihkan serum yang masih melekat pada lembaran. Setelah dicuci bersih, lembaran-lembaran karet basah digantungkan pada rak-rak
penggantung untuk dibiarkan agar air yang masih ada pada lembaran menetes. Lama penggantungan kira-kira 1-2 jam.
Proses ini berguna untuk: a. Menggiling lembaran-lembaran koagulum menjadi lembaran-lembaran karet
yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebalnya tertentu. b. Untuk mengeluarkan serum yang terdapat didalam koagulum.
c. Untuk membuang busa yang teringgal. d. Untuk memberi gambaran print, batikan kembang pada permukaan lembar
karet. 5 Pengasapan dan pengeringan
Universitas Sumatera Utara
17
Proses ini berguna untuk mendapatkan lembaran karet yang sungguh- sungguh kering. Di samping itu, lembaran juga perlu diawetkan agar tahan
terhadap kerusakan. Proses ini juga untuk memberi warna coklat terang yang diinginkan. Untuk Pengasapan dan pengeringan digunakan kamar asap dengan
suhu tidak boleh kurang dari 40ºC. Setelah lembaran karet mencapai kekeringan sesuai dengan yang
ditentukan, dapur dimatikan dan kamar dibiarkan dingin. Lembaran-lembaran karet yang berwarna coklat, yang disebut Ribbed Smoked Sheet, dikeluarkan dan
diangkut ke ruang sortasi. 6 Sortasi
Pelaksanaan sortasi ini dimaksudkan untuk memisahkan lembaran- lembaran karet berdasarkan tingkat grade kualitasnya.
7 Pengepakan Sebelum dibungkus, lembar karet dilipat untuk memudahkan mengaturnya
dalam peti waktu pengepakan. Setelah itu, dilakukan pengepresan. Setelah pengepresan, peti tidak boleh dibuka terlebih dahulu agar bentuk kubus yang
diharapkan dari tumpukan sheet dapat dipertahankan. Peti baru bisa dibuka keesokan harinya.
Sebagai pembungkus, bandela digunakan lembaran-lembaran karet yang sama jenis grade-nya. Setelah sheet dibungkus, bandela kemudian dilabur
dengan memakai campuran talk dan perekat, kemudian diberi merktanda sesuai dengan peraturan.
Universitas Sumatera Utara
18
2.5 Asam Formiat
Asam formiat atau sering juga disebut asam semut dengan rumus molekul HCOOH memiliki berat molekul 46,03, titik didih 101°C, titik nyala 69ºC, titik
lebur 8ºC, berat jenis air=1 1,19. Asam formiat berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dam masih bereaksi
asam pada pengenceran. Konsumen asam formiat terbesar adalah industri karet, dalam industri ini
asam formiat digunakan sebagai koagulan getah karet. Selain industri karet, asam fomiat juga digunakan pada industri tekstil dalam hal proses dyeing dan finishing
sebagai conditioner. Sedangkan dalam industri kulit, asam formiat digunakan untuk menetralisir kapur. Dalam jumlah yang sedikit, asam formiat juga
digunakan sebagai intermediat bahan-bahan farmasi dan bahan kimia lainnya.
2.5.1 Efek Pada Kesehatan
Asam formiat merupakan bahan iritan cair organik. Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan, peradangan atau
sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka, peradangan,
iritasi gatal-gatal, dan sensitisasi Cahyono, 2004. Menurut SIKer Nas 2011 bahaya utama asam formiat terhadap kesehatan
yaitu iritasi jika kontak dengan kulit, bersifat iritan dan korosif jika terkena mata, dan mengiritasi jika tertelan. Organ sasarannya yaitu sistem pernafasan, paru-
paru, kulit, ginjal, hati, mata, dan sistem saraf pusat.
Universitas Sumatera Utara
19
1. Paparan jangka pendek a. Terhirup
Menghirup kabut bahan dapat menimbulkan iritasi ringan pada saluran napas, yang ditandai dengan batuk, tersedak, dan napas pendek.
Menghirup cairan atau semprotan bahan ini dapat menyebabkan kerusakan membran mukosa saluran napas dan iritasi saluran napas.
b. Kontak dengan kulit Dapat mengiritasi kulit, menyebabkan luka bakar. Peradangan kulit
ditandai dengan rasa gatal, kulit bersisik, kemerahan, dan kadang-kadang melepuh.
c. Kontak dengan mata Bersifat iritan dan korosif jika terkena mata. Peradangan pada mata
ditandai dengan kemerahan, mata berair, dan gatal. Cairan atau semprotan bahan ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan membran
mukosa mata. Dapat menyebabkan penglihatan menjadi kabur. d. Tertelan
Menyebabkan luka korosif lokal, nyeri kerongkongan, rasa seperti terbakar, nyeri perut, kram perut, muntah, diare. Menelan cairan bahan
ini dapat menyebabkan kerusakan membran mukosa mulut . 2. Paparan jangka panjang
a. Terhirup Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan iritasi saluran
napas yang mengarah pada sering terjadinya serangan infeksi bronkial.
Universitas Sumatera Utara
20
b. Kontak dengan kulit Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan iritasi kulit
berat dermatitis.
c. Kontak dengan mata
Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan iritasi mata kronis.
d. Tertelan Kerusakan ginjal yang ditandai dengan adanya albumin dan darah pada
urin. Menurut Occupational Safety Health Administration 2006 jalur masuk
asam formiat yaitu inhalasi, oral, kulit danatau kontak mata dengan organ sasaran mata, kulit, dan saluran pernafasan. Gejala yang timbul bila kontak dengan bagian
tersebut berupa kulit terasa seperti terbakar, dermatitis, lakrimasi keluarnya air mata, rhinorrhea keluarnya lendir tipis dari hidung, batuk, dyspnea kesulitan
bernafas, dan mual. Menurut NIOS Pocket Guide to Chemical Hazards 2011 bila asam
formiat kontak dengan mata, kulit, dan saluran pernafasan dapat menimbulkan efek pada kesehatan berupa iritasi mata, iritasi kulit, iritasi hidung dan
tenggorokan. Gejala yang timbul yaitu kulit terasa seperti terbakar, lecet, lakrimasi
keluarnya air mata, penglihatan kabur, kemerahan pada mata, rhinorrhea
keluarnya lendir tipis dari hidung, dyspnea kesulitan bernafas, mual, edema paru, asidosis metabolik, dan ketidaksadaran. sakit tenggorokan,
sakit perut, kram, muntah, diare.
Universitas Sumatera Utara
21
2.6 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Timbulnya Keluhan Gangguan Kulit Akibat Asam Formiat
Berdasarkan teori yang ada, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan gangguan kulit yaitu bahan kimia, lama kontak, masa kerja,
umur, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang dominan berpengaruh
terhadap keluhan gangguan kulit pada pekerja yaitu umur, masa kerja, unit kerja, riwayat penyakit kulit, dan penggunaan APD.
a. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan
gangguan gangguan kulit pada seseorang. Pekerja dengan umur usia lanjut memiliki kulit yang sudah berubah strukturnya. Kulit mereka kurang elastis, dan
sudah kehilangan lapisan lemak di atasnya sehingga kulit mereka menjadi kering dan terlihat tipis. Hal ini menyebabkan kulit mereka lebih rentan mengalami
gangguan kulit. Akan tetapi sebaliknya, hasil penelitian yang dilakukan suryani 2011
menunjukkan bahwa rata-rata umur pekerja yang mengalami dermatitis kontak yaitu 23 tahun yang mana masih tergolong masih muda. Menurut NIOSH 2006
yang dikutip oleh Suryani 2011 pekerja umur 15-24 tahun merupakan umur dengan insiden penyakit kulit akibat kerja tertinggi. Salah satu faktor
penyebabnya yaitu bahwa pekerja yang lebih muda mempunyai pengalaman yang lebih sedikit dibandingkan pekerja yang lebih tua, sehingga kontak bahan kimia
lebih sering terjadi pada pekerja yang lebih muda.
Universitas Sumatera Utara
22
b. Masa Kerja Masa kerja adalah lamanya seseorang terpajan dengan kemungkinan
sumber yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan gangguan kulit. Menurut Suma’mur 2009 semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak
dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. c. Unit Kerja
Berdasarkan penelitian Adillah 2012, spesifikasi pekerjaan yang dilakukan pekerja terbukti memiliki hubungan dengan kejadian dermatitis kontak.
Pekerja yang pekerjaannya berhubungan langsung dengan bahan kimia akan lebih rentan terkena penyakit kulit.
d. Riwayat Penyakit Kulit Riwayat Alergi Alergi yaitu suatu reaksi atau perubahan tubuh yang berlebihan terhadap
suatu bahan tertentu. Pekerja yang mempunyai riwayat alergi pada kulit cenderung terkena dermatosis daripada yang tidak mempunyai riwayat alergi
karena fungsi perlindungan kulit sudah berkurang akibat penyakit kulit yang pernah diderita sebelumnya.
3. Penggunaan alat pelindung diri APD Penggunaan alat pelindung diri sangat penting bagi pekerja untuk
melindungi dirinya dari risiko bahaya yang dapat timbul di tempat kerja baik itu penyakit akibat kerja PAK maupun kecelakaan kerja. perlindungan tubuh atau
permukaan kulit berupa baju kerja, sarung tangan kerja dan sepatu kerja dapat digunakan untuk mencegah:
1 Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif.
Universitas Sumatera Utara
23
2 Penyebaran zat kimia melalui kulit. 3 Penyebaran panas atau dingin atau sinar radiasi.
APD yang digunakan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1 Alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya dimana pekerja terpajan.
2 Alat atau pakaian pelindung diri harus ringan dan efisien dalam memberiperlindungan.
3 Sebagai pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun efektif. 4 Pekerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang gerakannya
maupun tanggapan panca indranya. 5 Alat pelindung diri harus tahan lama.
6 Alat pelindung diri harus tidak memiliki efek samping bahaya tambahan karena pemakaian baik oleh karena bentuknya, konstruksi, bahan atau
mungkin penyalahgunaan. Jenis APD yang biasa digunakan antara lain: sarung tangan, masker,
pelindung mata, pakaian kerja, topi pengaman, dan sepatu kerja. APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah:
1. Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet yang bertujuan untuk melindungi kepala dari benda jatuh dan melindungi dari arus listrik serta
melindungi kepala dari benturan. 2. Pelindung mata dikenal sebagai safety glasses. Safety glasses berbeda dengan
kaca mata biasa, karena pada bagian atas, kanan dan kiri frame terdapat
Universitas Sumatera Utara
24
pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan sinar ultraviolet sampai persentase tertentu.
3. Pelindung wajah yang dikenal adalah face shield melindungi wajah dari situasi yang mungkin terjadi percikan bahan kimia, uap, serbuk, debu dank
abut. Jenis pelindung wajah yang lain adalah welding helmets topeng las. 4. Pelindung tangan diperkirakan hamper 20 dari seluruh kecelakaan yang
menyebabkan cacat adalah tangan, kemampuan kerja akan sangat berkurang. Kontak dengan bahan kimia kaustik beracun, bahan-bahan biologis, sumber
listrik, benda yang suhunya sangat dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar tangan. APD tangan dikenal sebagai
safety gloves dengan berbagai jenis penggunaannya. Untuk melindungi
tangan dari bahan kimia adalah sarung tangan vinyl dan neoprene. 5. Pelindung kaki. Sepatu yang dapat melindungi kaki dari bahan asam, basa,
ketone, aldehid adalah jenis sepatu butly, sepatu vinyl dan sepatu nitrile.
Universitas Sumatera Utara
25
2.7 Kerangka Konsep