kemudian diekstraksi dengan 12,5 mL etil asetat terbentuk fase etil asetat yang terdiri dari 2 lapisan yang diambil adalah lapisan bawah lakukan sebanyak 3 kali
kemudian ditampung ekstrak katekin lalu dirotari evaporator dengan kecepatan 280 rpm dan suhu 75
°
C sampai terbentuk kerak atau endapan katekin. Setelah itu dinginkan dan larutkan menggunakan ethanol sampai volumenya 5 mL disaring
menggunakan kertas saring Whatmann 0,2 µm dan masukkan ke dalam botol pial Lampiran 1. Gambar b. Halaman 31 Harbone 1987 dimodifikasi oleh Sutini
2008. 2. Analisis katekin dengan HPLC High Performance Liquid Chromatography
Untuk mengetahui kandungan katekin pada kalus teh terlebih dahulu diatur kondisi operasional HPLC berupa temperatur 30ºC-40 °C, panjang gelombang 275
nm, fase gerak terdiri dari ethanol: aquabides: etil asetat = 20:75:5, laju alir fase gerak 1 mL menit, kolom yang digunakan adalah C18 dan detektor yang
digunakan adalah UV Vis Shimadzu. Dibuat larutan standar katekin dengan berbagai macam konsentrasi dengan kadar 250, 500, 750 dan 1000 ppm, kemudian
masing-masing konsentrasi disuntikkan sebanyak 100 μL pada instrumen HPLC
dengan kondisi operasional yang sudah di seting.. maka akan didapat kromatog dengan retention time tR. Setelah itu diidentifikasi dengan cara membandingkan
retention time larutan standar katekin dengan ekstrak kalus katekin Jhonson et al., 1978 dimodifikasi oleh Sutini 2008.
3.5 Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati adalah: a. Morfologi kalus
Morfologi kalus berupa warna dan tesktur kalus diamati secara langsung dengan kasat mata di awal tumbuh, saat sub kultur dan di akhir penelitian.
b. Berat kering kalus Untuk mendapatkan kalus yang kering adalah kalus basah tiap perlakuan
dikeringkan didalam oven selama 3 jam dengan suhu 60
°
C sampai beratnya konstan. Setelah itu ditimbang menggunakan timbangan analitik dan dicatat.
Universitas Sumatera Utara
c. Indeks Pertumbuhan Kalus Indeks pertumbuhan dihitung dengan rumus:
Indeks Pertumbuhan IP = Berat akhir kalus Berat awal kalus
d. Kandungan Katekin Secara Kualitatif Kandungan katekin secara kualitatif diperoleh dengan membandingkan
retention time larutan standar dengan retention time sampel, jika retention time larutan standar dan sampel hampir sama maka sampel tersebut mengandung
katekin. e. Kandungan Katekin Secara Kuantitatif
Kandungan Katekin Secara Kuantitatif diperoleh dengan cara terlebih dahulu dicari analisis regresi linear dari larutan
standar sehingga didapatkan Y= bx + a. Setelah itu area sampel diinterpolasi ke dalam analisis standar
regresi linear tersebut.
3.6 Analisis Data
Data dianalisis dengan Analisis of Variance ANOVA dengan SPSS versi 21. Jika terdapat perbedaan yang nyata p0.05, dilanjutkan dengan Uji Duncan
New Multiple Range Test DNMRT pada taraf 5 dan data regresi linear dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Kalus 4.1.1 Morfologi Kalus Awal Pertumbuhan
Berdasarkan hasil penelitian sebelum terbentuknya kalus terlebih dahulu eksplan menggembung dan kemudian kalus muncul dibagian tepi eksplan yang dapat di
lihat pada Gambar 4.1.1
b c
a 1
cm
Gambar 4.1.1 Morfologi kalus di awal muncul, a: Media, b: Sisa ekplan, c: Kalus
Dari Gambar 4.1.1 dapat dilihat bahwa kalus muncul di tepi eksplan. Menurut Hartanti et al. 2012, hal itu terjadi karena di semua tepi eksplan telah
dilukai sehingga eksplan pada media inisiasi kalus mengalami pertambahan
volume karena terjadinya pembesaran ukuran sel-selnya. Eksplan mulai
menggembung pada usia tanam 3-7 hari. Menurut Sutini 2008, eksplan daun menggembung mulai dari tepi eksplan yang terpotong hal ini disebabkan tepi yang
terpotong mengambil nutrisi dari media untuk membentuk kalus, hingga seluruh eksplan membentuk kalus secara keseluruhan
.
Kalus terbentuk dari respon perlindungan tanaman untuk memperbaiki jaringan yang terluka. Menurut Evans et al. 2003 ketika jaringan tanaman dilukai
kemudian ditempatkan diatas media padat, kalus akan terbentuk pada permukaan
Universitas Sumatera Utara