kalus tetap tersedia. Menurut Hartanti et al. 2012, warna putih pada kalus menandakan keberadaan leukoplas atau etioplas pada sel yaitu butir-butir plastida
yang tidak berwarna dan mengandung pati. Tekstur kalus dari sub kultur 1 sampai akhir penelitian yaitu kompak.
Menurut Hartanti et al. 2012, kalus yang kompak ditandai dengan bentuknya yang terorganisir dan terlihat padat. Pada perlakuan ini, potensial osmotik medium
lebih rendah dibandingkan potensial osmotik sel sehingga air beserta zat-zat hara dapat masuk ke dalam sel secara osmosis. Keberadaan air dan zat-zat hara tersebut
akan meningkatkan turgiditas kekakuan dinding sel dimana secara morfologi hal tersebut ditandai dengan terbentuknya kalus kompak.
Menurut Alam et al. 2002, sub kultur dilakukan untuk memberikan makanan baru, karena dalam media lama telah terjadi gradien makanan, dan pada
daerah sekitar kalus jumlah makanan sangat berkurang. Menurut Sugiyama 1999, bahwa sel pada jaringan eksplan harus memiliki sifat kompeten. Sifat kompeten
merupakan kemampuan dari sel atau jaringan untuk merespon sinyal dari zat pengatur tumbuh yang ditambahkan, sehingga sel atau jaringan dapat berkembang.
Menurut Sutini 2010 apabila kalus sudah mulai berproliferasi dengan luas ±1-2 cm sebaiknya segera dilakukan perbanyakansub kultur untuk mendapatkan
masa yang lebih banyak, menghindari kontaminasi dan kematian sel. Menurut
Pandiangan dan Nainggolan 2006 setelah subkultur, pertumbuhan kalus terlihat lebih cepat, bila dibandingkan dengan kultur sebelumnya tahap induksi dan warna
kalus semakin terang. Hal ini menunjukkan bahwa sel sudah mulai beradaptasi dengan lingkungannya terutama dengan media, sehingga kalus yang terbentuk
tampak lebih baik. Besar atau ukuran kalus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya konsentrasi NAA yang diberikan pada media. Berat kering kalus
juga mengalami hal yang sama.
4.2 Berat Kering Kalus
Hasil analisis statistik terhadap berat kering kalus menunjukkan bahwa bahwa K1
dan K3 berbeda nyata dengan K0 dimana berat keringnya lebih rendah dari K0 sedangkan K2 tidak berbeda nyata dengan K0 walaupun berat kering K2 lebih
rendah dari K0 yang dapat dilihat pada Tabel. 4.2 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Berat Kering Kalus Perlakuan
K0 K1
K2 K3
Rata-rata g 0,26
c
0,18
a
0,24
bc
0,20
ab
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DNMRT.
p 0,05
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat berat kering kalus yang paling tinggi yaitu pada K0 sebesar 0,26 g sedangkan berat kering yang paling rendah yaitu pada perlakuan
K1 sebesar 0,18 g. Perbedaan berat kering kalus tersebut tergantung pada kandungan air yang ada pada kalus.
Dari Lampiran 3. Halaman 33 dapat dilihat nilai signifikansi atau P= 0,010,05 yang berarti bahwa berat kering kalus dengan perlakuan tidak signifikan
atau memiliki varian yang berbeda. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Ghanati et al., 2013 dan Parikrama and Esyan, 2014 dimana berat
kering kontrol lebih tinggi daripada semua perlakuan dan uji statistik tidak signifikan. Menurut Ghanati et. al 2013, menurunnya berat kering karena
penyinaran sinar UV-C terjadi karena sinar UV-C merusak viabilitas sel. Semakin lama penyinaran maka semakin tinggi kerusakan viabilitas sel.
Bobot kering kalus mencerminkan pertumbuhan kalus yang sebenarnya. Penimbunan bobot kering umumnya digunakan sebagai petunjuk yang memberikan
ciri pertumbuhan Gardrner et al., 1991.
4.3 Indeks Pertumbuhan Kalus
Indeks Pertumbuhan kalus digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kalus. Indeks pertumbuhan diperoleh dengan membandingkan berat kering kalus dengan berat
basah kalus setelah di elisitasi. Indeks Pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Indeks Pertumbuhan Kalus
Perlakuan K0
K1 K2
K3 Rata-rata g
0,16
c
0,11
a
0,15
bc
0,13
ab
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DNMRT.
p 0,05
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa indeks pertumbuhan kalus paling tinggi terdapat pada perlakuan K0 sedangkan indeks pertumbuhan paling rendah terdapat
pada perlakuan K1. Dari Tabel 4.3 dilihat bahwa K0 berbeda nyata dengan K1 dan K3 tetapi tidak dengan K2. Dari Lampiran 7. Halaman 41 dilihat nilai signifikansi
atau P= 0,49 0,05 yang berarti indeks pertumbuhan signifikan atau tidak memiliki varian yang berbeda. Dari Tabel 4.3 juga dilihat F hitung F Tabel yaitu
7,983 0,000 Lampiran 4. Halaman 35 yang berarti bahwa perlakuan
berpengaruh terhadap indeks pertumbuhan. Lama radiasi 30 dan 60 menit didasarkan pada hasil penelitian Ehsanpour
and Razavizadeh 2005 bahwa pada lama radiasi UV-C 30 dan 60 menit akan menginduksi mutasi variasi somaklonal pada kalus, sedangkan lama radiasi
kurang dari 30 menit tidak menginduksi mutasi dan lebih dari 60 menit akan menyebabkan kematian sel jaringan.
4.4 Kurva Analisis Standar Regresi Linear