Morfologi Kalus Sub Kultur dan Akhir Penelitian

organ yang terpotong untuk meresponmelindungi sebagai respon perlindungan tanaman untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Kalus mulai muncul pada usia tanam 7 sampai 21 hari, kalus muncul diawal berwarna putih dan berbentuk kompak, rapat, padat, dan sulit dipisah-pisahkan. Pada permukaan bawah eksplan yang tumbuh menjadi kalus terlihat kondisi jaringan yang berair. Kondisi ini disebabkan bagian jaringan yang ada di permukaan bawah langsung bersentuhan dengan media dan berperan sebagai area penyerapan media. Menurut Verporte 1983 kalus putih merupakan akibat dari tidak terbentuknya kloroplas dimana hal ini dapat terjadi karena sitokinin lebih dulu digunakan untuk pertumbuhan eksplan menjadi kalus. Menurut Hendaryono dan Wijayani 1994, massa sel ini terbentuk di seluruh permukaan irisan eksplan sehingga semakin luas permukaan irisan eksplan semakin cepat dan semakin banyak kalus yang terbentuk.

4.1.2 Morfologi Kalus Sub Kultur dan Akhir Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pertumbuhan kalus dari sub kultur 1 sampai akhir penelitian yang dibuktikan dengan bertambah besarnya ukuran kalus, warna dan tekstur kalus diamati setia sub kultur dan di akhir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.2 . a 1 cm b 1 cm c 1 cm d 1 cm Gambar 4.1.2 Morfologi kalus sub kultur dan akhir penelitian, a: Sub kultur 1, b: Sub kultur 2, c: Akhir penelitian sebelum di elisitasi, d: setelah di elisitasi Dari Gambar 4.1.2 dapat kita lihat warna kalus dari sub kultur 1 sampai dengan akhir penelitian yaitu berwarna kuning bening yellowish. Hal ini disebabkan oleh pergantian media yang menyebabkan nutrisi yang dibutuhkan Universitas Sumatera Utara kalus tetap tersedia. Menurut Hartanti et al. 2012, warna putih pada kalus menandakan keberadaan leukoplas atau etioplas pada sel yaitu butir-butir plastida yang tidak berwarna dan mengandung pati. Tekstur kalus dari sub kultur 1 sampai akhir penelitian yaitu kompak. Menurut Hartanti et al. 2012, kalus yang kompak ditandai dengan bentuknya yang terorganisir dan terlihat padat. Pada perlakuan ini, potensial osmotik medium lebih rendah dibandingkan potensial osmotik sel sehingga air beserta zat-zat hara dapat masuk ke dalam sel secara osmosis. Keberadaan air dan zat-zat hara tersebut akan meningkatkan turgiditas kekakuan dinding sel dimana secara morfologi hal tersebut ditandai dengan terbentuknya kalus kompak. Menurut Alam et al. 2002, sub kultur dilakukan untuk memberikan makanan baru, karena dalam media lama telah terjadi gradien makanan, dan pada daerah sekitar kalus jumlah makanan sangat berkurang. Menurut Sugiyama 1999, bahwa sel pada jaringan eksplan harus memiliki sifat kompeten. Sifat kompeten merupakan kemampuan dari sel atau jaringan untuk merespon sinyal dari zat pengatur tumbuh yang ditambahkan, sehingga sel atau jaringan dapat berkembang. Menurut Sutini 2010 apabila kalus sudah mulai berproliferasi dengan luas ±1-2 cm sebaiknya segera dilakukan perbanyakansub kultur untuk mendapatkan masa yang lebih banyak, menghindari kontaminasi dan kematian sel. Menurut Pandiangan dan Nainggolan 2006 setelah subkultur, pertumbuhan kalus terlihat lebih cepat, bila dibandingkan dengan kultur sebelumnya tahap induksi dan warna kalus semakin terang. Hal ini menunjukkan bahwa sel sudah mulai beradaptasi dengan lingkungannya terutama dengan media, sehingga kalus yang terbentuk tampak lebih baik. Besar atau ukuran kalus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya konsentrasi NAA yang diberikan pada media. Berat kering kalus juga mengalami hal yang sama.

4.2 Berat Kering Kalus