Saran Sejarah dan Perkembangan E-Contract di Indonesia

perdagangan jasa khususnya bagi tenaga pendidik asing dituangkan melalui kontrak elektronik e-contract diatur dalam e-ASEAN. 3. Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA yang memiliki tujuan terhadap percepatan integrasi ekonomi regional ASEAN mendorong penggunaan suatu perjanjian kontrak melalui sistem elektronik atau yang disebut dengan kontrak elektronik. Hal tersebut bertujuan mempermudah pergerakan arus tenaga kerja antar negara di kawasan ASEAN. Penggunaan kontrak elektronik tersebut berdampak terhadap hukum pengaturan kontrak elektronik e-contract di Indonesia, yakni melalui disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Khususnya bagi tenaga pendidik asing yang diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik yang mengatur mengenai informasi, dokumen, tanda tangan elektronik, dan penyelenggaraan sertifikasi elektronik apabila tenaga pendidik asing bekerja di Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut: 1. Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN kini, hendaknya masyarakat Indonesia harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai liberalisasi perdagangan dalam kerangka pasar tunggal ASEAN serta memiliki Universitas Sumatera Utara keterampilan yang mampu bersaing dengan masyarakat dari negara-negara anggota ASEAN lainnya. 2. Pemerintah Indonesia sudah harus mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia SDM yang memadai agar percepatan integrasi ekonomi yang berlangsung efektif di Indonesia melalui sosialisasi mengenai era Masyarakat Ekonomi ASEAN dan program pelatihan di pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. 3. Pemerintah hendaknya membuat pengaturan khusus terhadap penggunaan transaksi elektronik dengan kontrak elektronik e-contract yang bertujuan mengantisipasi semakin berkembangnya kontrak elektronik e-contract dan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut. Universitas Sumatera Utara 25 BAB II KEDUDUKAN E-CONTRACT DI INDONESIA

A. Sejarah dan Perkembangan E-Contract di Indonesia

Hukum kontrak sudah dikenal mulai dari kode Hammurabi hingga dalam hukum Romawi, sistem hukum di negara-negara yang berlaku tradisi hukum Eropa Kontinental, termasuk Belanda dan karenanya juga Indonesia, mempunyai dasar yang berinduk pada Hukum Romawi, termasuk Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang di dalamnya terdapat banyak pasal yang mengatur tentang kontrak. Dalam dunia internasional tidak ada Undang-Undang seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai perjanjian atau kontrak,namun terdapat konvensi-konvensi sepert Konvensi Wina 1969, Konvensi Den Haag, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri, kontrak berkembang baik di dalam hukum adat, hukum tanah, keluarga, dan perkawinan, tentang hibah, tentang wasiat, tentang utang-piutang, pinjam meminjam, tukar menukar, jual beli, atau jaminan benda bergerak. 32 Sistem hukum di Indonesia banyak dipengaruhi oleh Belanda yang telah menancapkan pilar-pilar ketentuan yang mengikat antara masyarakat dengan penguasa maupun masyarakat dengan masyarakat sendiri. Sistem hukum yang dimaksud adalah sistem hukum Eropa atau disebut juga sistem hukum Romawi Jerman. Adapun sumber dari sistem hukum Eropa atau Romawi Jerman ini adalah hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa Eropa Kontinental oleh negara-negara seperti Perancis, Spanyol, Portugis, dan lain-lain. 32 Arfiani Novera dan Meira Utama, Dasar-Dasar Hukum Kontrak dan Arbitrase Malang: Tunggal Mandiri, 2014, hlm. 6 Universitas Sumatera Utara Berkembangnya sistem hukum Romawi Jerman adalah berkait usaha dari Napoleon Bonaparte yang berusaha menyusun Code Civil atau Code Napoleon dengan sumber hukum berasal dari hukum Romawi. Sistem hukum ini pertama kali berkembang dalam hukum perdatanya atau private law atau civil law yaitu hukum yang mengatur hubungan sesama anggota masyarakat. Oleh karena itu, sistem hukum Romawi Jerman ini lebih terkenal dengan nama sistem hukum civil law. 33 Sebelum kemerdekaan, di Indonesia terdapat tiga tingkatan hukum kontrak, yaitu: 34 Setelah kemerdekaan, terdapat tuntutan untuk menghapus atau mengganti secara total hukum kolonial.Pertama kali mengajukan gagasan pembaharuan hukum kontrak adalah Wiryono Prodjodikoro dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional pertama dengan menegaskan bahwa bagian dari Hukum Perdata yang dalam waktu pendek dapat dikodifikasi adalah hukum perjanjian. Pendiriannya didasarkan pada semangat untuk menghidupkan prinsip hukum adat ke dalam hukum kontrak yang akan datang, sebab menurut beliau prinsip hukum yang 1. kontrak yang bersifat trasnasional pada penduduk keturunan Eropadengan memakai hukum Eropa; 2. kontrak domestik yang dilakukan oleh kelas menengah yang diatur dengan Undang-Undang Burgerlijk Wetbook; dan 3. kontrak kelas bawah yang diatur dengan hukum adat. 33 Rene David and John.E.C. Brierley, Major Legal System in the World Today Second Edition London: Stevens Sons, 1978, hlm.21. 34 https:aafandia.wordpress.com20090520tinjauan-umum-tentang-perkembangan- hukum-kontrak-di-eropa-dan-indonesia diakses pada tanggal 18 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara terkandung dalam Burgerlijk Wetboek didasarkan pada prinsip hukum Romawi yang meninitikberatkan pada cara menggugat di muka hakim formalistis. Gugatan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: actions inrem, yakni gugatan yang dapat diajukan terhadap setiap orang; dan actions inpersonam, yakni gugatan yang dapat diajukan terhadap setiap orang tertentu saja. Wiryono Prodjodikoro mengusulkan agar dalam Hukum Perjanjian yang baru dititikberatkan pada prinsip perjanjian kontan riil berdasarkan hukum adat. Setiawan berpendapat bahwa beberapa ketentuan Hukum Perikatan sebagian sudah out of date, mulai terpengaruh oleh community law hukum masyarakat Uni Eropa. Setiawan meninitikberatkan pada asas yang dianut oleh BW yaitu asas “konsensualisme”. Subekti mencampurkan kedua prinsip tersebut, yaitu antara prinsip konsensualisme dan prinsip riil. Sampai saat ini kontrak nasional Indonesia sebagian besar masih terdiri dari warisan kolonial. Di Kantor Badan Pembinaan Hukum Nasional BPHN Departemen Kehakiman, dapat ditemukan lebih dari 400 peraturan warisan Hindia Belanda yang tidak pernah dialihbahasakan, tidak pernah dicabut, dievaluasi atau direvisi. Kemudian, karena berkembang pesatnya dunia teknologi dan informasi, perjanjian kontrak kini tidak hanya bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut dengan KUHPerdata. Terdapat perjanjian kontrak yang berdasarkan asas kebebasan berkontrak melalui media elektronik akibat populernya internet dewasa ini, yang kini dikenal dengan kontrak elektronik. Kontrak elektronik termasuk dalam kategori kontrak tidak bernama innominaat yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata Universitas Sumatera Utara tetapi terdapat dalam masyarakat akibat perkembangan zaman dantuntutan kebutuhan bisnis. Namun demikian kontrak semacam ini tetap harus mengikuti aturan Pasal 1320 KUH Perdata yang mengatur tentang syarat sahnya perjanjian. Kontrak elektronik, sebagaiamana kontrak konvensional, juga memiliki kekuatan hukum layaknya undang-undang bagi para pihak yang membuatnya Pasal 1338 KUH Perdata. 35 Sebagaimana diketahui, KUHPerdata adalah produk hukum perdata warisan Belanda yang seharusnya sudah diperbaharui menjadi UU yang Iebih sesuai dengan semangat reformasi di Indonesia, meskipun masih banyak pasal yang dinilai masih relevan dengan kondisi saat ini. Dalam KUH Perdata banyak diatur kontrak perjanjian yang sudah berlaku sejak zaman Hindia Belanda misalnya kontrak jual-beli atau utang-piutang, kontrak semacam ini dinamakan pula kontrak nominaat. Namun demikian, karena pengaruh perkembangan zaman dan kemajuan dunia bisnis, saat ini banyak diiumpai kontrak baru yang belum diatur dalam KUH Perdata, kontrak semacam ini disebut innominaat, contohnya kontrak leasing, waralaba, penjualan langsung direct selling, penjualan berjenjang multi level marketing, dan lain-lain. 36 35

B. Pengertian dan Bentuk-Bentuk E-contract