Kesepakatan di Bidang Ketenagakerjaan

C. Kesepakatan di Bidang Ketenagakerjaan

1. ASEAN Framework on Services AFAS ASEAN Economic Community AEC merupakan suatu program bagi negara-negara ASEAN untuk lebih meningkatkan kualitas ekonomi khususnya perdagangan agar menjadi sebuah akses yang lebih mudah seperti menerapkan penghapusan bea masuk Free Trade Area untuk mewujudkan sebuah pasar tunggal. Tentunya ini membuat banyak peluang khususnya bagi Indonesia untuk lebih meningkatkan kualitas produk-produk maupun tenaga kerja profesional dalam memasuki tantangan ruang lingkup AEC. 109 Para pemimpin ASEAN telah mengesahkan ASEAN Framework on Services selanjutnya disebut AFAS pada KTT ke-5 ASEAN tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok,Thailand, dan Indonesia telah meratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 1995, dimana AFAS antara lain berisi kesepakatan untuk: 110 a. meningkatkan kerjasama di bidang jasa di antara negara-negara ASEAN dalam rangka meningkatkan efesiensi dan daya saing, diversifikasi kapasitas produksi serta pemasokan dan distribusi jasa, baik antara penyedia jasa di ASEAN maupun di luar ASEAN; b. menghapus hambatan perdagangan di bidang jasa secara substansial antar negara ASEAN; c. meliberalisasi perdagangan bidang jasa dengan memperdalam dan memperluas cakupan liberalisasi yang telah dilakukan oleh negara-negara 109 Potensi Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, https:smartplantersblog.wordpress.com20141129 diakses pada tanggal 8 Maret 2016. 110 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementertian Luar Negeri Republik Indonesia, Integrasi Ekonomi ASEAN di bidang jasa, Jakarta, 2009, hlm.7. Universitas Sumatera Utara dalam kerangka GATSWTO, dengan tujuan mewujudkan perdagangan bebas di bidang jasa. Sedangkan sesuai Article 1 AFAS: 111 Perdagangan jasa liberalisasi sektor jasa akan dilakukan dalam kerangka ASEAN Framework Agreement on Services AFAS yang sebenarnya telah dideklarasikan sejak tahun 1995. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah mengkompilasi berbagai hambatan dalam pergerakan jasa antar negara, penyusunan MRA Mutual Recognition Agreement untuk jasa arsitektur, akuntansi, kualifikasi surveyor, tenaga kerja medis termasuk diantaranya dokter gigi selesai 2008, dilanjutkan MRA untuk jasa-jasa professional lainnya selesai 2015, serta peningkatan partisipasi asing dalam 4 sektor jasa hingga 51 serta jasa logistik hingga 49 pada tahun 2008. 1. to enhance cooperation in services amongst Member States in order to improve the efficiency and competitiveness, diversify production capacity and supply and distribution of services of their services suppliers within and outside ASEAN; 2. to eliminate substantially restrictions to trade in services amongst Member States;and 3. to liberalise trade in services by expanding the depth and scope of liberalization beyond those undertaken by Member States under the GATS with the aim to realizing a free trade area in services. 112 Dalam rangka menciptakan pasar tunggal berbasis produksi diantara Negara anggota kawasan ASEAN, para pemimpin Negara anggota ASEAN menyepakati kerangka hukum dalam mengembangkan 4 pilar penting dalam mewujudkan MEA 2015. Keempat pilar tersebut antara lain arus barang yang bebas, arus jasa 111 http:wwwasean.orgcommunitiesasean-economic-communityitemasean-framework- agreement-on-services.html diakses pada tanggal 8 Maret 2016. 112 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Op.Cit, hlm. 4. Universitas Sumatera Utara yang bebas, arus investasi yang bebas, dan arus modal yang lebih bebas. Keempat pilar ini memiliki payung hukum yang telah disepakati berupa ASEAN Trade in Goods Agreement ATIGA yang mengatur tentang arus barang yang bebas, ASEAN Framework Agreement on Services AFAS yang mengatur arus jasa yang bebas, ASEAN Comprehensive Agreement on Investment ACIA yang mengatur arus investasi yang bebas, serta Chiang Mai Initiative Multilateralisation CMIM yang mengatur tentang arus modal yang lebih bebas. 113 Dalam proses perundingan liberalisasi bidang jasa, AFAS menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana yang diterapkan dalam WTO. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 114 a. Most Favoured Nation MFN Treatment, yakni kemudahan yang diberikan kepada suatu negara berlaku juga untuk semua negara lain. b. Non discriminative, yakni pemberlakuan hambatan perdagangan diterapkan untuk semua negara, tanpa pengecualian. c. Transparancy, yakni setiap negara wajib mempublikasikan semua peraturan perundang-undangan, pedoman pelaksanaan, dan semua keputusanketentuan yang berlak secara umum yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah. d. Progressive liberalization, yakni liberalisasi secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan ekonomi setiap negara anggota. 113 Kesiapan Indonesia Dalam Rangka Liberalisasi Investasi Dalam Kerangka Hukum ASEAN Comprehensive Agreement on Investment ACIA Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, http:www.academia.edu9886725 diakses pada tanggal 8 Maret 2016. 114 Aida S. Budiman et.al, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Jakarta: PT. Elex Komputindo, 2008, hlm.8. Universitas Sumatera Utara 2. Mutual Recognition Arrangement Tantangan global yang ada di depan mata adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA yang diselenggarakan tahun 2015 mengisyaratkan adanya liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil secara bebas, dan arus modal yang bebas. Laporan penelitian ini hanya akan mengulas arus bebas tenaga kerja terampil. Arus bebas tenaga terampil dapat diartikan bahwa semua warga negara ASEAN dapat keluar masuk untuk mencari pekerjaan tanpa adanya hambatan dari pihak negara yang dituju. Yang dimaksud tenaga kerja terampil adalah pekerja yang mempunyai keahlian, keterampilan khusus, pengetahuan dan keahlian dibidangnya yang dapat berasal dari lulusan perguruan tinggi maupun yang didukung kemampuan informal yang diperoleh dari lembaga pendidikan informal seperti kursus bahasa asing ataupun kursus kompetesi lainnya, serta dari pengalaman kerja. Untuk mendukung arus bebas tenaga terampil, maka disusunlah mutual recognation arragement MRA. MRA dapat diartikan sebagai kesepakatan bersama seluruh anggota ASEAN untuk menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti hasil tes atau sertifikat. Untuk memfasilitasi liberalisasi perdagangan jasa di kawasan ASEAN, salahsatu upayanya adalah melakukan harmonisasi standar dan kesesuaian seperti juga yangada pada perdagangan barang. Standar-standar yang dimaksud disini terkait dengankualifikasi tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa. perlu ditekankan juga disini bahwa arus bebas tenaga kerja memang terkait dengan arus bebas jasa, karena termasuk ke dalam kerangka kerjasama AFAS, seperti yang tertera pada moda 4 yaitu movementof natural persons. Lebih lanjut, pengakuan Universitas Sumatera Utara atas standar-standar tersebut yangdisetujui secara bersama oleh negara-negara anggota ASEAN dapat dikategorikan sebagai Mutual Recognition Arrangement dibidang Jasa. Mutual Recognition Arrangement Jasa ASEAN pertama kali ditetapkan padatanggal 9 Desember 2005 untuk sektor engineering services. Sejauh ini telah ditetapkan tujuh macam Mutual Recognition Arrangement Jasa ASEAN yaitu: a. Mutual Recognition Arrangement on Engineering Services 115 MRA on Engineering Services ditetapkan pada 9 Desember 2005 diKuala Lumpur, Malaysia. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi mobilitasprofesional insinyur di dalam kawasan ASEAN dan juga untuk salingtukar menukar informasi dalam rangka meningkatkan kualitas standarisasi dankualifikasi di ASEAN. Bagian pertama MRA merupakan pembahasan definisi-definisi, yangantara lain menjelaskan definisi Professional Engineer, Registered ForeignProfessional Engineer, dan Professional Regulatory Authority. ProfessionalEngineer mengacu kepada seseorang warga negara, negara anggota ASEyang oleh Professional Regulatory Authority telah dinyatakan layak secara teknis, moral, dan legal untuk menjalankan praktek profesi insinyur. : b. Mutual Recognition Arrangement on Nursing Services 116 MRA on Nursing Services ditetapkan pada 8 Desember 2006 di Cebu, Filipina. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas tenaga professional perawat di kawasan ASEAN, untuk saling tukar menukar : 115 http:www.aseansec.org18009.htm diakses pada tanggal 8 Maret 2016. 116 http:www.aseansec.org19210.htm diakses pada tanggal 8 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara informasi dan pengetahuan mengenai standarisasi dan kualifikasi, untuk meningkatkan kualitas kerja para tenaga profesional perawat, dan juga untuk memberikan kesempatan capacity building dan pelatihan bagi para perawat. Foreign Nurse dari suatu negara ASEAN diperbolehkan untuk praktek di negara-negara ASEAN yang lain jika memiliki kualifikasi-kualifikasi perawat yang diakui oleh Nursing Regulatory Authority NRA negara asalnya maupun negara tujuannya. Tindakan: 1 memiliki sertifikat izin praktek yang diterbitkan oleh NRA negara asalnya; 2 telah aktif praktek sebagai perawat di negara asalnya tidak kurang dari tigatahun, sebelum proses aplikasi perawat tersebut ke negara tujuannya; 3 tercatat di negara asalnya bahwa yang bersangkutan tidak pernah melanggar standar etika praktek perawat, baik standar lokal maupun internasional; 4 tunduk terhadap peraturan yang telah dibuat NRA negara asalnya; 5 dapat memenuhi persyaratan yang diberikan oleh NRA negara tujuannyadan tunduk terhadap peraturan yang telah dibuat oleh NRA negera tujuantersebut. c. Mutual Recognition Arrangement on Surveying Qualifications 117 MRA on Surveying Qualifications ditetapkan pada 19 November 2007di Singapura. MRA ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerangka kerja danmenetapkan dasar bagi otoritas yang berwenang untuk melakukan : 117 http:www.aseansec.org19210.htm diakses pada tanggal 8 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara observasi selama proses negosiasi MRA ini berjalan, seperti yang diketahui bahwa negara-negara ASEAN memiliki persyaratan dan standar yang berbeda. Selain tujuan-tujuan di atas, MRA ini juga bertujuan untuk saling tukar menukar informasi dalam rangka meningkatkan kepercayaan dan kualitas pelaksanaan standarisasi kualifikasi surveyor. Bagian pertama dari MRA ini terdiri dari pembahasan definisi-definisi. Di antaranya adalah definisi mengenai competent authority, registered surveyor,dan surveyor. Competent authority adalah otoritas yang berwenang dalam mengatur dan mengawasi praktek jasa survey, yang mana jasa survey adalah aktivitas-aktivitas yang terkait land surveying yang dilakukan di permukaantanah. Registered surveyor adalah surveyor yang telah diuji oleh otoritas yang berwenang dan dinyatakan layak secara legal untuk melaksanakan praktek jasasurvey dinegaranya. Sedangkan surveyor adalah seorang warga negara dari suatu negara ASEAN yang telah menyelesaikan pendidikan sarjana di programstudi yang terkait land surveying, yang mana program studi tersebut telahmemenuhi persyaratan yang ditentukan otoritas yang berwenang. Dalam MRA ini negara-negara ASEAN menyetujui bahwa pelamar yang menginginkan pengakuan harus memenuhi persyaratan pendidikan seperti yang telah dijelaskan diatas, dan juga pelamar tersebut juga harus melalui serangkaian pengujian dari otoritas yang berwenang di negara tujuannya. Jika diterima berarti dia telah mendapa pengakuan dari otoritas yang berwenang di negara tujuannya tersebut. Dalam MRA ini negara-negara ASEAN menyetujui bahwa proses registrasi dan pelisensian Universitas Sumatera Utara tenaga profesional surveyor harus tunduk terhadap hukum, peraturan, kebijakan, dan standar domestik suatu negara. d. Mutual Recognition Arrangement on Architectural Services 118 Professional Regulatory Authority PRA yang dimaksud disini adalah badanpemerintah atau otoritas yang berwenang untuk mengatur dan mengawasi penerapan praktek arsitektur di suatu negara ASEAN. : MRA on Architectural Services ditetapkan pada 19 November 2007 diSingapura. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas tenaga professional arsitek di kawasan ASEAN. Yang kedua untuk tukar menukar informasi dalamrangka meningkatkan kualitas pelaksanaan standarisasi disektor jasa arsitektur.Yang ketiga untuk menyelaraskan semangat kerjasama negara-negara ASEAN berdasarkan distribusi sumberdaya dan keuntungan yang adil melaluikolaborasi penelitian. Yang terakhir untuk mendorong munculnya komitmentransfer teknologi diantara negara-negara ASEAN. Isi dari MRA on Architectural Services sebagai berikut, bagian pertamaadalah pembahasan definisi-definisi, diantaranya definisi mengenai architect,registered foreign architect, dan Professional Regulatory Authority PRA.Yang dimaksud dengan ASEAN Architect Arsitek ASEAN didalam MRA ini adalah seorang warga negara dari suatu negara ASEAN yang telah diuji dan ditetapkan layak secara teknis, moral, dan hukum oleh PRA negaranya sebagai arsitek. Dan ia telah teregistrasi dan memiliki lisensi dari PRA tersebut. 118 http:www.aseansec.org19210.htm diakses pada tanggal 8 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara Sedangkan yang dimaksud dengan Registered Foreign Architect dalam MRA ini adalah arsitek ASEAN yang telah diizinkan oleh PRA negara tujuannya untuk bekerja di negara tersebut, baik bekerja secara sendiri maupun bekerjasama dengan arsitek-arsitek lokal negara tersebut. e. Mutual Recognition Arrangement on Accountancy Services 119 MRA on Accountancy Services ditetapkan pada 26 Februari 2009 diCha- am, Thailand. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi negosiasi- negosiasiMRA on Accountancy Services antara negara-negara ASEAN dan untuk tukarmenukar informasi untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan standarisasi bagiprofesi akuntan. Isi dari MRA tersebut sebagai berikut, bagian pertama berisi definisiPracticing Professional Accountant PPA. PPA adalah akuntan yangberkewarganegaraan negara-negara anggota ASEAN yang menurut NationalAccountancy Board NAB atau Professional Regulatory Authority PRAlayak secara teknis dan hukum untuk menjalankan praktek akuntan. NAB atauPRA ini mempunyai tanggung jawab-tanggung jawab yaitu memberikanpengakuan kepada PPA asing yang ingin bekerja di negaranya baik yang bekerja sendiri maupun bekerjasama dengan PPA negaranya, memonitor PPAyang telah diberikan pengakuan tersebut dalam menjalankan praktek jasa akuntansi di negaranya, menyusun standar dan etika praktek tenaga professional akuntan, dan saling tukar menukar informasi mengenai regulasidan penerapan jasa akuntan dengan NAB atau PRA negara-negara : 119 http:www.aseansec.org19210.htm diakses pada tanggal 8 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara ASEANyang lain dalam rangka mengharmonisasikan penerapan jasa akuntan yang ada di masing-masing negara dengan standar internasional. f. Mutual Recognition Arrangement on Dental Practitioners 120 MRA on Dental Practitioners ditetapkan pada 26 Februari 2009 di Chaam,Thailand. MRA ini bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas dokter gigi dikawasan ASEAN. Yang kedua bertujuan untuk tukar menukar informasi dan membangun kerjasama pada sektor kesehatan ini. Yang ketiga meningkatkankualitas pelaksanaan standarisasi. Dan yang terakhir untuk memberikan kesempatan capacity building dan pelatihan bagi para dokter gigi. Isi dari MRA tersebut sebagai berikut. Bagian pertama berisi definisi-definisi mengenai dental practitioners, spesialis, dan foreign dental practitioners. Dental practitioners adalah dokter gigi yang telah menyelesaikan pendidikan dokter giginya, dan telah teregistrasi dan memiliki lisensiProfessional Dental Regulatory Authority PDRA di negaranya. Secara teknis,etis, dan hukum telah memenuhi syarat untuk menjalankan praktek medis dinegaranya. Begitu juga dengan definisi spesialis, spesialis adalah dokter gigiyang telah menyelesaikan pendidikan spesialis kedokteran gigi dan telahteregistrasi dan memiliki lisensi PDRA di negaranya. Sedangkan Foreign Dental Practitioners dokter gigi asing adalah para dokter gigi dan spesialisyang berkewarganegaraan negara-negara anggota ASEAN : 120 http:www.aseansec.org19210.htm diakses pada tanggal 8 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara yang telahteregistrasi oleh PDRA negara asalnya atau memiliki izin praktek dan ingin mendapatkan izin praktek di luar negaranya. g. Mutual Recognition Arrangement on Medical Practitioners 121 Pada Desember 2005, Indonesia menyetujui liberalisasi 12 sektor jasa dengan meratifikasi GATS. Pada ratifikasi GATS pada Konferensi Tingkat Menteri di Hongkong ini pun secara resmi membuat Indonesia kehilangan kedaulatannya akan 12 sektor jasa, yakni: jasa bisnis, jasa komunikasi, jasa konstruksi dan teknik terkait, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan, jasa keuangan, jasa kesehatan dan sosial, jasa wisata dan perjalanan, jasa rekreasi, budaya dan olahraga, jasa transportasi, dan jasa-jasa lain yang belum tercantum. Liberalisasi jasa di bidang pendidikan yang merupakan salah satu dari 12 cakupan perdagangan jasa dalam General Agreement on Trade in Services GATS, WTO : MRA on Medical Practitioners ditetapkan pada 26 Februari 2009 di Cha- am, Thailand. MRA ini bertujuan untuk untuk memfasilitasi mobilitas dokter umum di kawasan ASEAN. Yang kedua bertujuan untuk tukar menukarinformasi dan membangun kerjasama pada sektor kesehatan ini. Yang ketigameningkatkan kualitas pelaksanaan standarisasi. Dan yang terakhir untuk memberikan kesempatan program pembangunan kapasitas dan pelatihan bagi para dokter umum. 121 http:www.aseansec.org19210.htm diakses pada tanggal 8 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara melalui GATS menempatkan pendidikan sebagai salah satu sektor industri tersier. 122 122

D. Kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN mengenai E-Contract