2.2 Konsep Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja
Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Secara
etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Defenisi remaja adolescence menurut organisasi kesehatan dunia WHO adalah periode
usia antara 10-19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB menyebut kaum muda youth untuk usia antara 15 sampai 24 tahun.
Sementara itu, menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal 11-14 tahun, remaja menengah 15-17 tahun, dan remaja akhir 18-21 tahun. Defenisi tersebut
disatukan dalam terminologi kaum muda young people yang mencakup usia 10-24 tahun Kusmiran, 2011.
Batasan usia remaja Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang
dirasakan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari masalah pokok ini, WHO menetapkan batasan
usia 10-24 tahun sebagai batasan usia remaja. Dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka
yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu menurut BKKBN Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi batasan usia remaja
adalah 10-21 tahun Kumalasari, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja:
1. Remaja awal early adolescence
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang
berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang
dewasa. 2.
Remaja madya middle adolescence Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau
banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri-sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat
yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana , peka atau tidak peduli, ramai-
ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis. 3.
Remaja akhir late adolescence Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal, yaitu: Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual; egonya
mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
Universitas Sumatera Utara
pengalaman-pengalaman baru; terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi; egosentrisme terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain; tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya private self dan
masyarakat umum the public Sarwono, 2012.
2.2.3 Ibu Usia Remaja
Menjadi orangtua pada masa remaja sering menimbulkan konflik antara tugas perkembangan masa remaja dan tugas menjadi orang tua. Remaja
yang masih dalam tahap pembentukan identitas yaitu mengembangkan peran dengan teman sebaya harus mengidentifikasi peran maternal, sehingga dapat
menimbulkan seorang remaja menolak peran sebagai seorang ibu, tidak bertanggungjawab terhadap bayi baru lahir dan marah dengan bayi. Seorang
remaja masih dalam tahap pembentukan citra tubuh dan pembentukan identitas seksual harus menerima perubahan citra tubuh akibat kehamilan,
persalinan pasca partum. Hal ini menjadikan seorang remaja menolak perubahan tersebut dan menolak untuk menyusu bayi baru lahir. Beberapa
konflik akibat tugas perkembangan remaja dan menjadi orangtua menjadikan hubungan remaja dan bayinya menjadi negatif Monks, 2004.
Tugas perkembangan menjadi orangtua yang harus dijalani oleh remaja antara lain, menyatukan gambaran anak yang dibayangkan dengan anak
sesungguhnya, terampil dalam aktivitas merawat anak, menyadari kebutuhan bayi dan menyatukan bayi kedalam keluarga. Sifat dan karakteristik remaja
yang egosentris dapat menjadi penghambat kemampuan remaja dalam
Universitas Sumatera Utara
berperan sebagai orangtua yang efektif, sehingga dukungan dari orang terdekat dan sebagai orangtua yang efektif, sehingga dukungan dari orang
terdekat dan keluarga serta masyarakat sangat membantu remaja dalam pencapaian peran menjadi orangtua Bobak et al, 2004.
2.3 Studi Fenomenologi