7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Inisiasi Menyusu Dini
2.1.1 Definisi Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini secara umum merupakan permulaan pada bayi baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan
bayi pada dada ibu dan dibiarkan merayap untuk mencari puting susunya sendiri. Untuk melakukan program ini, harus dilakukan langsung setelah lahir,
tidak boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi Maryunani, 2012.
Inisiasi Menyusui Dini Early Initiation atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah bayi baru lahir, bayi
dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusui dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara Roesli, 2008.
2.1.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Manfaat Inisiasi menyusu dini untuk ibu dan bayi menurut Roesli 2012 yaitu kontak kulit antara ibu dan bayi adalah dada ibu mampu menghangatkan
bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara sehingga akan menurunkan kematian karena kedinginan hypothermia, baik ibu maupun bayi
akan merasa lebih tenang, pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil dan
Universitas Sumatera Utara
bayi akan jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energy, saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya
melalui jilatan dan menelan bakteri menguntungkan dikulit ibu sehingga bakteri ini akan berkembang biak membentuk koloni disusu dan kulit bayi,
menyaingi bakteri yang merugikan. Bonding ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi akan lebih baik karena
pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga dan setelah itu bayi akan tidur dalam waktu yang lama; makanan yang diperoleh bayi dari ASI sangat
diperlukan bagi pertumbuhan bayi dan kemungkinan bayi menderita alergi dapat dihindari lebih awal, bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih
berhasil menyusu eksklusif dan lebih lama disusui, hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu ibu dan sekitarnya, emutan, dan
jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Bayi mendapat kolostrum yang pertama kali keluar, cairan ini kaya akan
zat yang meningkatkan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan infeksi, penting untuk pertumbuhan, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan
membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus.
Manfaat Inisiasi menyusu dini menurut Maryunani 2012 yaitu secara psikologis pemberian ASI pada satu jam pertama akan memberikan manfaat
yaitu bayi akan mendapat terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan. Hubungan ibu dan bayi lebih erat dan penuh kasih sayang, Ibu merasa lebih
Universitas Sumatera Utara
bahagia, bayi lebih jarang menangis, ibu berperilaku lebih peka, lebih jarang menyiksa bayi.
2.1.3 Tahapan Perilaku Bayi Inisiasi Menyusu Dini
Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu
jam semua bayi akan melalui tahapan perilaku prefeeding behaviour sebelum ia berhasil menyusu. Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut. Menurut
Depkes RI 2008, beberapa tahap perilaku bayi di atas antara lain meliputi: 1.
30 menit pertama Dalam 30 menit pertama merupakan stadium istirahatdiam dalam keadaan
siaga restquite alert stage. Bayi diam tidak bergerak. Sesekali mata terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian
peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding hubungan kasih sayang merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam
suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayahpun menjadi bagian
keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-sama ibu. 2.
30 – 40 menit Pada masa ini, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau
minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau yang dikeluarkan
payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu ibu.
Universitas Sumatera Utara
3. Mengeluarkan air liur
Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara
Aerola merupakan sasaran bagi bayi. Dengan kaki menekan perut ibu, ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh
ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.
5. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar dan
melekat dengan baik.
2.1.4 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli 2012 banyak pendapat yang beredar dimasyarakat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan bayi, padahal tidak
terbukti kebenarannya, justru sebaliknya harus melaksanakan inisiasi menyusu dini. Berikut pendapat di masyarakat dan bantahannya:
Bayi kedinginan, hal ini tidak benar karena suhu dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak
melahirkan. Jika bayi yang diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun satu derajat dan jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat
dua derajat untuk menghangatkan bayi. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorrhea
harus segera diberikan setelah lahir. Tindakan pencegahan ini dapat ditunda
Universitas Sumatera Utara
setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur. Padahal, menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas
badan bayi. Selain itu kesempatan vernix meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai. Bayi masih kurang siaga, padahal tidak demikian. Justru pada 1-2 jam
pertama kelahirannya, bayi sangat siaga alert. Setelah itu bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang di asup ibu, kontak
kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.
Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Hal ini tidak benar, kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai
imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. Kolostrum tidak
keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan laincairan pre-laktal tidak benar. Kolostrum cukup dijadikan makanan
pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. Hal ini tidak benar, seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera
setelah lahir, keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi
Universitas Sumatera Utara
menyusu dini membantu menenangkan ibu. Pendapat yang ketujuh, ibu harus dijahit. Sebenarnya tidak masalah, kegiatan merangkak mencari payudara
terjadi di area payudara sedangkan yang dijahit adalah bagian bawah perut ibu. Tenaga kesehatan kurang tersedia untuk menemani ibu. Hal tidak jadi
masalah, karena saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya, bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau
keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu. Pendapat yang terakhir, kamar bersalin atau kamar operasi sibuk. Hal ini juga
tidak masalah, karena dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan
usahanya mencari payudara dan menyusu dini. Menurut Agyemang 2008 bahwa yang menghambat ibu tidak melakukan
inisiasi menyusui dini karena keyakinan bahwa susu tidak datang selama 3 hari, tidak memiliki cukup susu untuk mulai menyusui, keyakinan negatif
tentang kolostrum, kegiatan seperti mandi, istirahat dan makan, menunggu plasenta yang akan dikeluarkan dan keyakinan bahwa ibu perlu beristirahat
setelah melahirkan.
2.1.5 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Maryunani 2012 langkah-langkah Inisiasi menyusu dini pada persalinan spontan, dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat
melahirkan, dalam menolong ibu saat melahirkan disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi. Bayi yang lahir segera dikeringkan
secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix
Universitas Sumatera Utara
mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada dan perut ibu dengan kulit
bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu, keduanya diselimuti bayi dapat diberi topi.
Dianjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi, biarkan bayi mencari puting sendiri dan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu
selama paling tidak satu jam. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu, bila menyusu awal terjadi sebelum satu jam, tetap
biarkan kulit ibu dan bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam, bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke
puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi, setelah melekat kulit ibu dan kulit bayi
setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap dan diberi vitamin K. Rawat gabung Ibu dan bayi
dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak
diberi dot atau empeng. Inisiasi menyusu dini pada persalinan Seksio Caesaria, dianjurkan
suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar operasi atau dikamar pemulihan; begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk dinilai dan
dikeringkan secepatnya terutama kepala tanpa menghilangkan vernix mulut kecuali tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi, tali pusat diikat, kalau
Universitas Sumatera Utara
bayi tak perlu diresusitasi, bayi dibedong dibawa ke ibu, diperlihatkan kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu.
Tengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, kaki bayi agak sedikit melintang menghindari sayatan operasi, bayi dan
ibu diselimuti dan diberi topi. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting, biarkan bayi mencari puting sendiri; biarkan kulit bayi
bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama satu jam, bila menyusu awal selesai sebelum satu jam, tetap kontak kulit ibu dan bayi selama setidaknya 1
jam, bila bayi menunjukkan kesiapan untuk minum, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi, bila
dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri tambahan waktu melekat pada dada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi, bila operasi telah selesai, ibu dapat
dibersihkan dengan bayi tetap melekat di dadanya dan dipeluk erat oleh ibu kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih RR dengan bayi
tetap di dadanya, rawat gabung Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
2.1.6 Kontra Indikasi Inisiasi Menyusu Dini.
Menurut Roesli 2008 ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk pelaksanaan inisiasi menyusu dini, baik kondisi ibu maupun kondisi
bayi. Namun biasanya kondisi seperti ini hanya ditemui di Rumah Sakit karena kondisi ini merupakan kondisi kegawatdaruratan yang penanganan
persalinannya pun hanya dapat dilakukan oleh dokter-dokter yang ahli dibidangnya.
Universitas Sumatera Utara
1. Kontra Indikasi Pada Ibu.
Kontra indikasi pada ibu antara lain: yang pertama, ibu dengan fungsi kardio respiratorik yang tidak baik, penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan
untuk sementara tidak menyusu sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk menyusu. Penilaian akan
hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Jika penyakit jantungnya tergolong berat, tak dianjurkan memberi ASI. Mekanisme oksitosin dapat merangsang
otot polos. Sementara organ jantung bekerja dibawah pengaruh otot polos. Jadi, menyusu dapat memunculkan kontraksi karena kelenjar tersebut terpacu hingga
kerja jantung jadi lebih keras sehingga bisa timbul gagal jantung. Kedua, ibu dengan eklamsia dan pre-eklamsia berat. Keadaan ibu biasanya
tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk mengatasi penyakit. Biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga ibu belum sadar betul. Tidak
diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Sebaiknya pemberian ASI dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula darahnya.
Konsultasikan pada dokter mengenai boleh-tidaknya pemberian ASI pada bayi dengan mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan yang
dikonsumsi. Ketiga, ibu dengan penyakit infeksi akut dan aktif. Bahaya penularan pada
bayi yang dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan
mampu menyusu. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusu atau tidak. Ibu yang positif mengidap AIDS belum tentu
Universitas Sumatera Utara
bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu yang mengidap AIDS, sama sekali tak boleh memberi ASI pada bayi.
Keempat, ibu dengan karsinoma payudara, harus dicegah jangan sampai ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusu,
ditakutkan adanya sel - sel karsinoma yang terminum si bayi. Kalau semasa menyusu ibu ternyata harus menjalani pengobatan kanker, disarankan
menghentikan pemberian ASI. Obat-obatan antikanker yang dikonsumsi, bersifat sitostatik yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-obatan ini sampai
terserap ASI lalu diminumkan ke bayi, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi.
Kelima, ibu dengan gangguan psikologi. Keadaan jiwa si ibu tidak dapat dikontrol bila menderita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang pada
bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayinya.
Keenam, ibu dengan gangguan hormon. Bila ibu menyusu mengalami gangguan hormon dan sedang menjalani pengobatan dengan mengonsumsi
obat-obatan hormon, sebaiknya pemberian ASI dihentikan. Dikhawatirkan obat yang menekan kelenjar tiroid ini akan masuk ke ASI lalu membuat kelenjar
tiroid bayi jadi terganggu. Ketujuh, ibu dengan tuberculosis. Pengidap tuberkulosis aktif tetap boleh
menyusu karena kuman penyakit ini tak akan menular lewat ASI, agar tak menyebarkan kuman ke bayi selama menyusu, ibu harus menggunakan masker.
Tentu saja ibu harus menjalani pengobatan secara tuntas.
Universitas Sumatera Utara
Kedelapan, ibu dengan hepatitis. Bila ibu terkena hepatitis selama hamil, biasanya kelak begitu bayi lahir akan ada pemeriksaan khusus yang ditangani
dokter anak. Bayi akan diberi antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak terkena penyakit yang sama. Sedangkan untuk ibunya akan
ada pemeriksaan laboratorium tertentu berdasarkan hasil konsultasi dokter penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan tersebut baru bisa ditentukan, boleh-
tidaknya ibu memberi ASI. Bila hepatitisnya tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI karena dikhawatirkan bisa menularkan pada si bayi.
2. Kontra Indikasi Pada Bayi
Kontra indikasi pada bayi, antara lain: pertama, bayi kejang. Kejang - kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan
untuk menyusu. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusu. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusu.
Kedua, bayi yang sakit berat. Bayi dengan penyakit jantung atau paru- paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tidak
memungkinkan untuk menyusu, namun setelah keadaan membaik tentu dapat disusui. Misalnya bayi dengan kelainan lahir dengan Berat Badan Lahir Sangat
Rendah Very Low Birth Weight. Refleks menghisap dan refleks lain pada BBLSR belum baik sehingga tidak memungkinkan untuk menyusu.
Ketiga, bayi dengan cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa
si bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis, palatoskisis bahkan labiopalatoskisis masih memungkinkan untuk menyusu.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Konsep Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja