32 berjumlah 1 orang. Kualitas hidup yang paling banyak berada pada dimensi 11121
dengan skor 0,796 yang berjumlah 18 pasien.
4.4 Analisis Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2
Analisis hubungan karakteristik pasien dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 dianalisis menggunakan program SPSS uji crosstabulation chi square.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien variabel bebas dengan kualitas hidup
pasien variabel terikat. Kualitas hidup pasien DM tipe 2 berbeda dalam setiap tingkatan umur.
Analisis hubungan umur dan kualitas hidup pasien DM tipe 2 tertera dalam Tabel 4.4.
Tabel4.4 Analisis umur dengan kualitas hidup responden di Puskesmas Helvetia
bulan Juni-Juli 2015 kualitas hidup
Total nilai p
Baik Buruk
Umur Pasien 36-45 4
4 0,407
46-55 12
1 13
56-65 15
15 65
18 18
Total 49
1 50
Berdasarkan analisischi square, tidak terdapat hubungan antara umur variabel bebas dengan nilai kualitas hidup pasien DM tipe 2 variabel terikat,
nilai p= 0,407. Dengan demikian umur penderita DM tipe 2 tidak mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Hasil penelitian ini tidak searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Mandagi 2010 yang menyatakan bahwa sosiodemografi salah satunya usia
dapat mempengaruhi kualitas hidup, terutama pada lanjut usia. Adanya perbedaan
Universitas Sumatera Utara
33 pada hasil penelitian dapat disebabkan oleh sedikitnya jumlah responden n=50,
tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit DM berbeda serta komplikasi yang dialami pasien berbeda-beda. Menurut Ningtyas 2013 responden yang berusia ≥
50 tahun pada umumnya menerima kondisinya sebagai penderita DM dan lebih memiliki keinginan tinggi untuk mempertahankan kesehatan terutama kadar gula
darahnya dibandingkan yang berusia ≤ 50 tahun. berdasarkan hal tersebut, usia tidak memiliki hubungan bermakna dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2.
Kualitas hidup pasien DM tipe 2 tidak hanya berbeda dalam tingkatan umur tetapi juga dibedakan jenis kelamin. Analisis nilai kualitas hidup
berdasarkan jenis kelamin tertera dalam Tabel 4.5.
Tabel4.5 Distribusi nilai kualitas hidup berdasarkan jenis kelamin responden di
Puskesmas Helvetia Bulan Juni-Juli 2015 kualitas hidup
Total
nilai p
Baik Buruk
Jenis kelamin
Laki-laki 16
1 17 0,159
Perempuan 33
33 Total
49 1
50 Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup laki-laki dan perempuan, nilai p= 0,159. Hasil yang sama juga diperoleh Adikusuma,dkk yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup laki-laki dan perempuan Adikusuma, dkk., 2014.
Faktor kepatuhan dalam terapi farmakologis dan non farmakologis merupakan salah satu hal yang bisa berkontribusi terhadap kualitas hidup, dan
kepatuhan cenderung dimiliki oleh perempuan sehingga pelaksanaan pengobatan dan perawatan dapat berjalan lebih baik. Namun, laki-laki cenderung memiliki
kepercayaan diri lebih tinggi dan lebih mampu mengatasi berbagai masalah secara
Universitas Sumatera Utara
34 mandiri dengan menggunakan kemampuan yang mereka miliki termasuk dalam
penyakitnya. Sehingga berdasarkan hasil tersebut perbedaan jenis kelamin tidak menimbulkan perbedaan kualitas hidup Yusra,2011.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi wawasan pasien dalam memahami penyakitnya, perawatan diri dan pengaturan pola hidup. Kualitas
hidup pasien DM tipe 2 berdasarkan tingkat pendidikan tertera pada Tabel 4.6.
Tabel4.6 Distribusi nilai kualitas hidup berdasarkan tingkat pendidikan
responden di Puskesmas Helvetia Bulan Juni-Juli 2015 Kualitas Hidup
Total Nilai P
baik buruk
Pendidikan SD 14
14 0,253 SMP
11 11
SMASederajat 15
15 Perguruan tinggi
9 1
10 Total
49 1
50 Kualitas hidup responden dilihat berdasarkan tingkat pendidikantidak
terdapat perbedaan yang signifikan, nilai p = 0,253. Hasil tersebuttidak sesuai dengan penelitian Ningtyas,dkk 2013 yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kualitas hiduppasien DM tipe 2, sehingga penderita DM tipe 2 yang memiliki tingkat pendidikan
rendah mempunyai resiko 1,9 kali lebih besar untuk memiliki kualitas hidup yang rendahtidak puas daripada yang berpendidikan tinggi.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya jumlah sampel yang sedikit n=50 dan tingkat
pengetahuan yang berbeda. Dalam penelitian ini terdapat beberapa pasien yang berpendidikan perguruan tinggi namun memiliki kualitas hidup yang tidak
berbeda signifikan dengan pasien non perguruan tinggi, disebabkan karena
Universitas Sumatera Utara
35 walaupun pasien memiliki pendidikan yang tinggi namun pasien tidak memiliki
pengetahuan mengenai penyakit DM. Kualitas hidup pasien DM tipe 2 dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan
sosial pasien seperti lingkungan pekerjaannya. Kualitas hidup pasien berdasarkan pekerjaan tertera pada Tabel 4.7.
Tabel4.7 Distribusi nilai kualitas hidup berdasarkan pekerjaan responden di
Puskesmas Helvetia Bulan Juni-Juli 2015 kualitas hidup
Total
Nilai p
Baik Buruk
Pekerjaan SwastaWiraswasta 8
1 9
0,325 PNSPOLRITNI
1 4
Guru 6
3 Ibu Rumah Tangga
24 24
Pensiunan 10
10 Total
49 1
50 Berdasarkan Tabel4.7di atas diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan
kualitas hidup rata-rata yang signifikan diantara kelima jenis pekerjaan tersebut, nilai p= 0,325.Menurut Arikunto tahun 2000 pekerjaan adalah aktivitas yang
dilakukan seseorang tiap hari dalam kehidupannya. Seseorang yang bekerja dapat mengalami suatu kesakitan misalnya dari situasi lingkungan dan juga dapat
menimbulkan stress dalam bekerja sehingga kondisi pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan orang lain, setiap orang
harus dapat bergaul dengan teman sejawat Wahyuni,2010. Kualitas hidup pasien DM tipe 2 dapat juga dipengaruhi oleh lama pasien
menderita DM. Distribusi kualitas hidup pasien DM tipe 2 berdasarkan lama menderita penyakit DM tertera pada Tabel 4.8.
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel4.8 Distribusi nilai kualitas hidup berdasarkan lama menderita DMpada
responden di Puskesmas Helvetia Bulan Juni-Juli 2015 kualitas hidup
Total
Nilai p
Baik Buruk
Lama Menderita 0-10 tahun
34 34
0,304 11-20 tahun
14 1
15 20
1 1
Total 49
1 50
Berdasarkan analisis pada Tabel4.8 di atas dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok lama menderita DM dengan
kualitas hidup pasien DM tipe 2, nilai p = 0,304. Dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menderita DM dengan kualitas hidup
pasien. Berdasarkan penelitian Ningtyas,dkk 2013, terdapat hubungan yang
signifikan antara lama menderita DM dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Adanya perbedaan dalam penelitian ini disebabkan beberapa faktor yaitu jumlah
responden yang sedikit n=50, komplikasi yang dialami responden berbeda-beda. Hal ini juga dapat disebabkan karena pasien yang sudah lama menderita DM telah
berpengalaman mengelola penyakitnya dan memiliki penanganan yang baik sehingga kualitas hidupnya lebih baik.
Tabel4.9 Distribusi nilai kualitas hidup responden berdasarkan komplikasi DM
yang dialami kualitas hidup
Total
Nilai p
Baik Buruk
Komplikasi Tanpa Komplikasi 21
21 0,390
ada komplikasi 28
1 29
Total 49
1 50
Hasil uji statistik lebih lanjut disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai kualitas hidupantara pasien yang memiliki komplikasi
Universitas Sumatera Utara
37 dengan tanpa komplikasi, nilai p= 0,390. Penelitian ini berlawanan dengan
penelitian Yusra 2011 yang menyatakan bahwa komplikasi yang dialami pasien DM tipe 2 merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas
hidup. Komplikasi yang dialami mengakibatkan keterbatasan baik dari segi fisik, psikologis bahkan sosial. Gangguan fungsi dan perubahan tersebut akan
berdampak terhadap kualitas pasien DM tipe 2. Adanya perbedaan dalam Penelitian ini dapat disebabkan oleh jumlah
sampel yang sedikit n=50 serta pasien yang mengalami komplikasi mempunyai pengetahuanyang lebih banyak tentang penyakit DM dibandingkan yang tidak
mengalami komplikasi sehingga pasien dapat menangani penyakitnya serta menjaga kualitas hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN