14 pada pembuluh darah yang diakibatkan oleh KGD yang tinggi. Hiperglikemia
yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi termasuk HbA1c menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh Ditjen
Bina Farmasi dan Alkes, 2005. 2. Komplikasi Makrovaskular
Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak dan
penyakit pembuluh darah perifer. Komplikasi ini sering dirasakan pada penderita DMT2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia, atau kegemukan
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005.
2.2 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Secara keseluruhan, tujuan pengobatan diabetes adalah mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal normoglikemia. Hal ini akan
meredakan gejala akut dan meminimalkan dampak komplikasi kronis pada individu. Kenyataannya, normoglikemia sangat sulit dicapai dan terapi obat
dilakukan pada tingkat individual. Peningkatan olahraga dan berhenti merokok sangat disarankan untuk mengurangi tekanan darah tinggi dan mengurangi
tingginya kadar lemak dalam darah. Upaya ini terbukti mengurangi resiko komplikasi jangka panjang. Akan tetapi, kunci penting dalam terapi diabetes
adalah diet. Diet dapat diterapkan secara tunggal tanpa terapi lain atau dapat dikombinasikan dengan penggunaan insulin atau agen hipoglikemik oral Barber
dan Deborah,2013 .
Universitas Sumatera Utara
15 1. Terapi Non Farmakologi
a. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
1. Karbohidrat : 60-70 2. Protein : 10-15
3. Lemak : 20-25 Depkes, RI., 2005. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut
dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal Depkes, RI., 2005.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah
satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5 berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6 HbA1c adalah salah satu parameter status diabetes
melitus, dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup Depkes, RI., 2005.
b. Olahraga
Olahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Prinsipnya tidak perlu olahraga berat, olahraga ringan asal dilakukan
secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Beberapa contoh olahraga yang disarankan antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang dan
lain sebagainya. Olahraga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
16 aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan
glukosa Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005. 2. Terapi Farmakologi
Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat pengaturan diet dan olah raga belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu
dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya
Depkes, RI., 2005. a. Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak
lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat
di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita diabetes melitus Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30
ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral Depkes, RI., 2005.
b. Golongan Sulfonilurea Dikenal 2 generasi sulfonilurea, generasi 1 terdiri dari tolbutamid,
tolazamid, asetoheksamid dan klorpropamid. Generasi 2 yang potensi hipoglikemiknya lebih besar adalah gliburid glibenklamid, glipizid, glikazid dan
glimepirid Suherman, 2007. Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretagogueus, kerjanya
merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel β Langerhans pankreas. Berbagai
Universitas Sumatera Utara
17 sulfonilurea mempunyai sifat kinetik berbeda, tetapi absorbsi melalui saluran
cerna cukup efektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absorsi. Untuk mencapai kadar optimal di plasma, sulfonilurea dengan masa paruh
pendek akan lebih efektif apabila bila diminum 30 menit sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90-99 terikat protein plasma terutama albumin, ikatan ini
paling kecil untuk klorpropamid dan paling besar untuk gliburid Suherman, 2007.
c. Meglitinid Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid, mekanisme
kerjanya sama dengan sulfonilurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda. Golongan ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal K ATP-
independent di sel β pankreas Suherman, 2007. Pada pemberian oral absorbsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai
dalam waktu 1 jam. Masa paruhnya 1 jam, karenanya harus diberikan beberapa kali sehari, sebelum makan. Metabolism utamanya di hepar dan metabolitnya
tidak aktif. Sekitar 10 dimetabolisme di ginjal. Pada pasien dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan secara hati-hati. Efek samping utamanya
hipoglikemia dan gangguan saluran cerna Suherman, 2007. d. Biguanid
Sebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanid: fenformin, buformin dan metformin, tetapi yang pertama telah ditarik dari peredaran karena
sering menyebabkan asidosis laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin. Biguanid sebenarnya bukan obat hipoglikemik tetapi suatu
antihiperglikemik tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya
Universitas Sumatera Utara
18 tidak menyebabkan hipoglikemik. Metformin menurunkan produksi glukosa di
hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestin, dalam darah tidak terikat
protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam Suherman, 2007.
e. Golongan Tiazolidinedion Senyawa golongan tiazolidindion contohnya rosiglitazon, troglitazon dan
pioglitazon bekerja meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ peroxisome proliferator activated receptor-gamma di
otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi insulin. Senyawa- senyawa TZD juga menurunkan kecepatan glikoneogenesis Depkes, RI., 2005.
f. Penghambat Enzim α-Glikosidase Obat golongan penghambat enzim α-glikosidase ini dapat memperlambat
absorbsi polisakarida, dekstrin, dan disakarida di intestin. Dengan menghambat kerja enzim α-glikosidase di intestin, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma
pada orang normal dan pasien diabetes melitus. Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek samping
hipoglikemia. Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada diabetes melitus usia lanjut atau diabetes melitus yang glukosa postprandialnya sangat
tinggi Suherman, 2007. g. GLP-1 Agonis Glucagon Like Peptide-1
Mekanisme GLP-1 agonis ini adalah dengan meningkatkan sekresi insulin setelah pemberian glukosa per oral, menurunkan sekresi glukagon dan
memperlambat pengosongan lambung. Contoh obat ini adalah eksenatid dan
Universitas Sumatera Utara
19 liraglutid, kedua obat ini tidak diabsorpsi di saluran cerna sehingga harus
diberikan secara injeksi Suherman, 2007. h. Penghambat DPP-4
Obat ini menghambat kerja DPP-4 sehingga mencegah degradasi GLP-1. Efek berlangsung sekitar 12 jam dan menurunkan kadar glukosa darah puasa dan
posprandial tapi tidak mempengaruhi kadar insulin plasma. Obat golongan ini tidak meningkatkan berat badan dan tidak ditemukan kejadian hipoglikemia,
contohnya sitagliptin, vidagliptin dan saxagliptin Suherman, 2007. i. Penghambat SGLT2 Sodium Glucose Co-transporter 2
Merupakan suatu jenis antidiabetes dengan mekanisme kerja menghambat secara spesifik SGLT2, suatu sistem transpor predominan reabsorbsi glukosa dari
filtrasi glomerulus sehingga penghambat SGLT2 menurunkan reabsorpsi glukosa dari urin dan selanjutnya akan menurunkan kadar glukosa pada pasien diabetes.
Tidak terdapat kejadian hipoglikemik, menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah dan efektif untuk semua penderita diabetes melitus tipe 2, contoh
obat golongan ini adalah canagliflozin, dapagliflozin dan empagliflozin ADA, 2015.
2.3 Kualitas Hidup 2.3.1 Defenisi Kualitas Hidup