kemaknaan 0,05 α = 5, diperoleh nilai p p value adalah 0,001 p 0,01 yang berarti bahwa ada hubungan antara lama pemberiaan ASI dengan terjadinya
kanker payudara. Dapat pula dilakukan perhitungan Odds Ratio OR sebagai berikut:
Tabel 5.9. Penyajian Hasil Pengumpulan Data Non Kanker payudara
ASI 6 bulan ASI 6 bulan
Kanker payudara ASI 6 bulan
9 30
ASI 6 bulan 24
45 OR = BC
= 3024 = 1,25
Pada penelitian ini didapat besarnya odds ratio adalah 1,25. Odds Ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan terdapat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini besarnya odds ratio di atas angka 1, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini lama
pemberian ASI dapat dipertimbangkan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa orang yang
memberikan ASI 6 bulan berisiko 1,25 kali lebih besar untuk terpapar kanker payudara dibandingkan dengan orang yang memberikan ASI 6 bulan.
5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini seluruh responden berusia di atas 30 tahun, dimana kelompok umur dengan frekuensi paling tinggi yaitu kelompok umur 48-51 tahun sebanyak
10 orang 19. Sementara terdapat 8 responden 15,2 masing-masing berumur 40-43 tahun, 44-47 tahun, dan 60-63 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Indrati 2005 yang menyatakan kasus kanker payudara terbanyak ditemukan pada umur 40
– 49 tahun. Tingginya proporsi pada kelompok umur tersebut disebabkan karena keterlambatan penderita dalam mencari pengobatan.
Dari karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, sebanyak 29 orang 53,7 responden merupakan ibu rumah tangga. Dari karakteristik responden
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan pendidikan terakhir, sebanyak 14 orang 25,9 reponden merupakan lulusan SD. Menurut penelitian Ng et al., 2010 hal ini dikarenakan tingkat
kemiskinan di Indonesia lebih tinggi daripada di Malaysia. 29 penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan dibandingkan dengan 2 di Malaysia.
Total pengeluaran per kapita pada perawatan kesehatan di Malaysia hamper 7 kali lebih tinggi dibandingkan di Indonesia. Oleh karena itu, kanker payudara dapat
dianggap sebagai ‘prioritas rendah’ dibandingkan dengan penyakit menular oleh system pelayanan kesehatan di Indonesia yang menyebabkan mereka menjadi
kurang responsif terhadap perawatan kanker payudara dalam hal deteksi dini, pendidikan kesehatan payudara dan menciptakan kesadaran. Dari sudut pandang
pasien, perempuan Indonesia tidak datang berobat lebih awal karena masalah keuangan. Selain itu, hambatan lain yang ialah kepercayaan dalam pengobatan
tradisional dan kurangnya otonomi dalam pengambilan keputusan. Dari karakteristik responden berdasarkan umur pertama menyusui,
sebanyak 7 responden 13 tidak memberikan ASI kepada anaknya. Sementara 7 responden 13 memberikan ASI pertama pada umur 20 tahun. Sedangkan
sebanyak 6 orang responden 11,1 memberikan ASI pertama pada umur 22 tahun. Menurut penelitian Shema et al., 2007 peningkatan risiko kanker
payudara sebesar 3,9 kali lipat pada wanita yang menyusui pertama kali pada usia 24-28 tahun dibandingkan dengan mereka yang menyusui pada umur 20 tahun.
Hal ini terjadi akibat penurunan paparan hormon ovarium pada usia muda dapat sangat menguntungkan. Menyusui pada usia dini mungkin lebih protektif karena
sel-sel induk payudara mengalami diferensiasi dan ketahanan terhadap karsinogenesis.
Dari karakteristik responden berdasarkan jumlah anak didapati sebanyak 15 responden 27.8 memiliki anak sebanyak 4 orang dan sebanyak 13
responden 24,1 memiliki anak sebanyak 3 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian Awatef et al., 2010 bahwa ada sedikit penurunan risiko untuk terkena
kanker payudara pada wanita yang memberikan ASI lebih dari tiga anak. Mekanisme untuk menjelaskan hubungan ini adalah mengurangi paparan hormon
siklik dari reproduksi akibat penekanan ovulasi berkepanjangan oleh karena
Universitas Sumatera Utara
menyusui, efek perlindungan dari perubahan fisik payudara yang memproduksi susu, pengurangan konsentrasi organoklorin beracun pada payudara dengan
meningkatnya durasi kumulatif menyusui, dan ekspresi transformasi faktor pertumbuhan selama menyusui.
Dari karakteristik responden berdasarkan lama pemberian ASI, sebanyak 16 responden 29,6 memberikan ASI dengan durasi rata-rata 18-24 bulan dan
sebanyak 34 responden memberikan ASI dengan durasi total 24 bulan. Hal ini sesuai dengan penelitian Shema et al., 2007 bahwa perempuan yang
memberikan ASI dengan durasi total 1-12 bulan dibandingkan mereka yang memberikan ASI dengan durasi total lebih dari setahun terdapat penurunan risiko
kanker payudara sebanyak 1,5 kali. Pada penelitian ini hubungan antara lama pemberian ASI dengan
terjadinya kanker payudara disimpulkan p= 0,001 CI 95, dengan odds ratio sebesar 1,25. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrati 2006,
bahwa lama menyusui mempengaruhi terjadinya kanker payudara. Kebiasaan menyusui berhubungan dengan siklus hormonal. Segera setelah proses melahirkan
kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi selama masa kehamilan akan menurun dengan tajam. Kadar hormon estrogen dan hormon
progesteron akan tetap rendah selama masa menyusui. Menurunnya kadar hormon estrogen dan hormon progesteron dalam darah selama menyusui akan mengurangi
pengaruh hormon tersebut terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
Kelemahan penelitian ini terletak pada desain penelitian yang hanya menggunakan studi case control, dimana pengamatan bersifat retrospektif, yaitu
melihat apakah selama ini responden memiliki faktor risiko. Keterbatasan waktu pengamatan menyebabkan ketidakmampuan dalam menggambarkan perjalanan
penyakit. Penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel paling baik dilakukan dengan desain kohort prospektif, yakni dengan
pengamatan dan follow up ke masa yang akan datang. Dengan follow up yang cukup akan didapati apakah satu variabel memiliki hubungan yang kuat dengan
variabel lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara dapat dibuktikan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian-penelitian sebelumnya, dimana dikatakan bahwa kedua variabel ini berhubungan. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai hal ini harus
dilakukan dengan mengatasi hal-hal yang telah peneliti ungkapkan di atas, khususnya dalam hal desain penelitian, sehingga dapat diketahui data yang lebih
valid mengenai berapa lama waktu yang diperlukan wanita untuk terkena kanker
payudara akibat menyusui 6 bulan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan