Hubungan Lama Pemberian ASI dengan Terjadinya Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gwanita Nawariantina

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 14 Januari 1993

Alamat : Jl. Bunga Ester No.62C, Pasar 6 Padang Bulan

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Riwayat Pendidikan :

1. Taman Kanak-Kanak Pertiwi Bogor 1997-1998 2. Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 1 Bogor 1998-2000 3. Sekolah Dasar Swasta Pertiwi Bogor 2000-2004 4. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bogor 2004-2007 5. Sekolah Menengah Atas Swasta Kosgoro Bogor 2007-2010 Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Logistik Tim Bantuan Medis (TBM) FK USU 2011-2012 2. Anggota Divisi Logistik Tim Bantuan Medis (TBM) FK USU 2012-2013


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Saya adalah mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Hubungan Lama Pemberian ASI Dengan Terjadinya Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara.

Oleh karena itu, saya meminta kesediaan Ibu untuk ikut serta menjadi objek penelitian ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara. Adapun data individu dalam penelitian ini tidak akan dipublikasikan. Untuk penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya siapkan.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.


(3)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………

Jenis Kelamin : ……….

Usia : ………

Pekerjaan : ………

Pendidikan Terakhir : ………

Alamat : ………

setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan, dengan ini menyatakan SETUJU/ MENOLAK* untuk ikut serta menjadi objek penelitian dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada saat wawancara.

Peneliti, Medan, ………2013

Yang membuat pernyataan


(4)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN (PANDUAN WAWANCARA)

Hubungan Lama Pemberian ASI Dengan Terjadinya Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

Nama Pasien : ………..

Jenis Kelamin : ………..

Usia : ………..

No.Rekam Medis (RM) : ………..

No. Patologi Anatomi (PA) : ………..

Hasil Histopatologi : ………..

1. Apakah Ibu menderita penyakit Kanker Payudara? (cek rekam medis)

□ Ya □ Tidak

(jika tidak lanjut ke nomor 4)

2. Sudah berapa lama Ibu menderita penyakit Kanker Payudara? ... bulan /tahun*

3. Apakah dikeluarga ibu ada juga yang menderita Kanker Payudara?

□ Ada □ Tidak Ada

Jika ada, siapa?

□ Ibu □ Kakak □ Adik □ Anak

4. Apakah ibu ada memberikan ASI?

□ Ada □ Tidak Ada (jika tidak, wawancara selesai)

5. Umur berapa ibu pertama kali menyusui?

……… tahun

6. Berapa jumlah anak yang ibu berikan ASI?

……… anak


(5)

□ 0-6 Bulan □ 6-12 Bulan □ 12-18 Bulan

□18-24 Bulan □ >24 Bulan

8. Berapa lama ibu memberikan ASI? (lifetime duration of lactation)

□ 0-6 Bulan □ 6-12 Bulan □ 12-18 Bulan

□ 18-24 Bulan □ >24 Bulan


(6)

(7)

(8)

(9)

No. Nama Pasien Umur Penyakit ASI Pekerjaan Pendidikan Terakhir

Umur Menyusui

Jumlah Anak

Mean Duration

Lifetime Duration 1 Responden 1 59 Kanker Payudara > 6 bulan Guru S-1 27 3 18-24 bulan > 24 bulan 2 Responden 2 60 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan Petani SMA 25 3 18-24 bulan > 24 bulan 3 Responden 3 55 Kanker Payudara > 6 bulan PNS D-2 27 4 18-24 bulan > 24 bulan 4 Responden 4 57 Tidak Kanker

Payudara < 6 bulan Petani SD 0 0 Tidak ada Tidak ada

5 Responden 5 63 Kanker Payudara > 6 bulan Guru D-3 30 2 > 24 bulan > 24 bulan 6 Responden 6 67 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SMA 25 9 6-12 bulan > 24 bulan

7 Responden 7 53 Kanker Payudara < 6 bulan IRT SMA 0 0 Tidak ada Tidak ada

8 Responden 8 50 Tidak Kanker

Payudara < 6 bulan Guru S-1 0 0 Tidak ada Tidak ada

9 Responden 9 63 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SD 18 3 > 24 bulan > 24 bulan 10 Responden 10 61 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan Petani SMP 20 6 18-24 bulan > 24 bulan

11 Responden 11 60 Kanker Payudara < 6 bulan IRT SMP 18 2 0-6 bulan 6-12 bulan

12 Responden 12 63 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan Petani SD 22 1 6-12 bulan 6-12 bulan

13 Responden 13 68 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SMP 24 3 6-12 bulan 18-24 bulan

14 Responden 14 71 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan Petani SD 22 7 18-24 bulan > 24 bulan

15 Responden 15 67 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SMP 24 4 18-24 bulan > 24 bulan


(10)

17 Responden 17 60 Kanker Payudara > 6 bulan Wiraswasta SMP 27 3 12-18 bulan > 24 bulan 18 Responden 18 60 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SMP 23 7 18-24 bulan > 24 bulan

19 Responden 19 62 Kanker Payudara > 6 bulan Guru D-2 23 4 12-18 bulan > 24 bulan 20 Responden 20 64 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan Petani SD 22 6 18-24 bulan > 24 bulan

21 Responden 21 42 Kanker Payudara < 6 bulan Wiraswasta SMA 0 0 Tidak ada Tidak ada 22 Responden 22 41 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SD 23 4 > 24 bulan > 24 bulan

23 Responden 23 54 Kanker Payudara < 6 bulan IRT SMP 21 3 0-6 bulan 0-6 bulan

24 Responden 24 50 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SMA 27 4 18-24 bulan > 24 bulan

25 Responden 25 42 Kanker Payudara < 6 bulan IRT D-1 0 0 Tidak ada Tidak ada

26 Responden 26 39 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SMA 23 3 12-18 bulan > 24 bulan

27 Responden 27 42 Kanker Payudara > 6 bulan Bidan D-3 26 4 12-18 bulan > 24 bulan 28 Responden 28 46 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan PNS D-3 22 3 6-12 bulan 18-24 bulan

29 Responden 29 46 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SD 18 4 6-12 bulan 18-24 bulan

30 Responden 30 42 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan Guru S-1 30 1 6-12 bulan 6-12 bulan

31 Responden 31 46 Kanker Payudara > 6 bulan Petani SMA 23 3 12-18 bulan > 24 bulan 32 Responden 32 47 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan Petani SMP 24 7 18-24 bulan > 24 bulan 33 Responden 33 51 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SMA 25 5 18-24 bulan > 24 bulan


(11)

35 Responden 35 50 Kanker Payudara > 6 bulan IRT D-2 21 4 12-18 bulan > 24 bulan 36 Responden 36 52 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SD 20 9 18-24 bulan > 24 bulan

37 Responden 37 40 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SMP 20 4 6-12 bulan 18-24 bulan

38 Responde 38 39 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SMA 28 3 12-18 bulan > 24 bulan

39 Responden 39 47 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SMA 28 4 6-12 bulan 18-24 bulan

40 Responden 40 49 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SD 20 4 6-12 bulan 18-24 bulan

41 Responden 41 55 Kanker Payudara < 6 bulan IRT SD 0 0 Tidak ada Tidak ada

42 Responden 42 56 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan PNS D-3 22 3 6-12 bulan 18-24 bulan

43 Responden 43 35 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SMA 20 3 > 24 bulan > 24 bulan 44 Responden 44 31 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SMP 20 2 18-24 bulan > 24 bulan

45 Responden 45 49 Kanker Payudara > 6 bulan Guru D-2 25 8 > 24 bulan > 24 bulan 46 Responden 46 45 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan Guru S-1 27 5 18-24 bulan > 24 bulan

47 Responden 47 54 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SMP 19 6 > 24 bulan > 24 bulan 48 Responden 48 50 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT SD 20 5 > 24 bulan > 24 bulan

49 Responden 49 50 Kanker Payudara > 6 bulan IRT SD 17 6 12-18 bulan > 24 bulan 50 Responden 50 47 Tidak Kanker

Payudara > 6 bulan IRT D-3 28 4 12-18 bulan > 24 bulan

51 Responden 51 40 Kanker Payudara > 6 bulan IRT S-1 26 4 > 24 bulan > 24 bulan 52 Responden 52 37 Tidak Kanker > 6 bulan Peg.Swasta SD 13 4 18-24 bulan > 24 bulan


(12)

53 Responden 53 41 Kanker Payudara > 6 bulan Petani SMP 21 1 12-18 bulan 12-18 bulan 54 Responden 54 44 Tidak Kanker


(13)

Lampiran 8

ASI * penyakit Crosstabulation

penyakit Total

Kanker Payudara Tidak Kanker Payudara

ASI

< 6 bulan

Count 6 3 9

% within ASI 66.7% 33.3% 100.0%

% within penyakit 22.2% 11.1% 16.7%

% of Total 11.1% 5.6% 16.7%

> 6 bulan

Count 21 24 45

% within ASI 46.7% 53.3% 100.0%

% within penyakit 77.8% 88.9% 83.3%

% of Total 38.9% 44.4% 83.3%

Total

Count 27 27 54

% within ASI 50.0% 50.0% 100.0%

% within penyakit 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability

McNemar Test .000a .000a .000a

N of Valid Cases 54


(14)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society., 2013. Breast cancer. USA: American Cancer Society. Awatef, M., Olfa, G., Imed, H., Kacem , M., Imen, C., Rim, C., Mohamed, B., et al., 2010. Breastfeeding reduces breast cancer risk: a case–control study in tunisia. Tunisia: Science and Business Media. No.21, pp: 393–397.

Center For Disease Conrol and Prevention., 2012. Breasfeeding report card united state. Atlanta. Available From:

http://www.cdc.gov/breastfeeding/data/reportcard.htm [Accesed 19 April 2013].

Cornell University., 1999. Breast cancer and environmental risk factors in new york state. New York: Institute for Comparative and Environmental Toxicology.

Database Divisi Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. 2012., Data resume status pasien tahun 2012. Medan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2013. Seminar sehari dalam rangka

memperingati hari kanker sedunia. Jakarta. Available From:

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2233-seminar-sehari-dalam-rangka-memperingati-hari-kanker-sedunia-2013.html [Accesed 17 April 2013].

Freudenheim, J. L., Marshall, J. R., Vena, J. E., Moysich, K. B., Murti, P., Laughlin, R., Nemoto, T., et al., 1997. Lactation history and breast cancer risk. USA: American Journal of Epidemiology Vol. 146, No. 11, pp: 932-937. Furberg, H., Newman, B., Moorman, P., dan Millikan, R., 1999. Lactation and breast cancer risk. Great Britain: International Journal of Epidemiology. No.28, pp: 396-402.

Indrati, R., Setyawan, H., dan Handojo, D., 2005. Faktor - faktor risiko yang berpengaruh terhadap kanker payudara. Semarang.

Jernström, H., Lubinski, J., Lynch, H. T., Ghadirian, P., Neuhausen, S., Isaacs, C., Weber, B. L., et al., 2004. Breast-feeding and the risk of breast cancer in BRCA1 and BRCA2 mutation carriers. Oxford: Journal of the National Cancer Institute, Vol. 96, No. 14, pp: 1094-1098.

Karnofsky, D. A. dan Burchenal J. A., 1949. The clinical evaluation of chemo therapeutic agents in cancer. Dalam: Evaluation Of Chemotherapeutic Agents. New York: Columbia University Press, pp: 191-205.


(15)

Lippman, Marc E., 2008. Breast cancer. Dalam: Fauci, A.S., et al (eds).

Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill Companies, chapter 86, pp: 563-567.

Madiyono, B., Moeslichan, S., Sastroasmoro, S., Budiman, I., dan Purwanto, S. H., 2008. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael, S (eds). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto, pp: 303-330.

MD Anderson Center., 2013. Breast cancer: basic. The University of Texas MD Anderson Cancer Center. Available from: http://www.mdanderson.org/patient-

and-cancer-information/cancer-information/cancer-types/breastcancer/index.html [Accesed 19 April 2013].

Newcomb, P. A., Storer, B. A., Longnecker, M. P., Mittendorf, R., Greenberg, R., Clapp, R. W., Burke, K. P., et al., 1994. Lactation and a reduced risk of premenopausal breast cancer. Massachusetts: The New England Journal of Medicine, Vol. 330, No. 2, pp: 81-86.

Newcomb, P. A., Egan, K. M., Titus-Ernstoff, L., Trentham-Dietz, A.,Greenberg, R. E., Baron, J. A., Willett, W. C. et al., 1999. Lactation in relation to postmenopausal breast cancer. USA: American Journal of Epidemiology, Vol.150, No. 2, pp: 174-181.

Ng, C.H., Pathy, B. N., Taib, N.A., The, Y. C., Mun, K. S., Amiruddin, A., S, Elvina., et al., 2011. Comparison of breast cancer in indonesia and Malaysia – a clinic-pathological study between dharmais cancer center Jakarta and university Malaya medical center, kuala lumpur. Asia: Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol. 12, pp: 2943-2946.

Rumah Sakit Dharmais., 2010. Pasien dan informasi kanker: kanker payudara. Jakarta: Indonesia. Available From:

http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-payudara.html [Accesed 11 November 2013].

Sastroasmoro, S., 2008. Pemilihan subyek penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael, S. (eds) Dasar-dasar metodologi penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto, pp: 78-90.

Edge, S. B., Byre, D. R., Compton, C. C., et al., 2010. Breast. Dalam: AJCC Cancer Staging Manual 7th ed. New York: Springer, pp: 347-376. Available From:http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/breast/healthprofessi onal/page3 [Accesed 14 May 2013].

Shema, L., Ore, L., Shachar, M. B., Haj, M., dan Linn, S., 2007. The association between breastfeeding and breast cancer occurrence among israeli jewish


(16)

women: a case control study. Israel: Journal Cancer Res Clinical Oncology No. 133, pp: 539-546.

Suradi, R., Siahaan, C. M., Boedjang, R. F., Sudiyanto., Setyaningsih, I., Soedibjo, S. et al., 2008. Studi kasus kontrol. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael, S (eds). Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto, pp: 127-145.

Suyatno dan Pasaribu, E. T., 2010. Kanker payudara. Dalam: Suyatno., Pasaribu, Emir Taris (eds). Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto, pp: 35-82.

Tot, Tibor., 2011. Breast cancer: a lobural disease. London: Springer, p: 1. Tryggvadóttir, L., Tulinius, H., Eyfjord, J. E., dan Sigurvinsson, T., 2001.

Breastfeeding and reduced risk of breast cancer in an icelandic cohort study. USA: American Journal of Epidemiology, Vol. 154, No. 1, pp: 37-41. World Health Organization., 2008. Media center: cancer. Geneva, Switzerland. Available From: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/ [Accesed 17 April 2013].

World Health Organization., 2009. Infant and young child feeding. Geneva, Switzerland, pp: 1-11.

World Health Organization., 2013. Health topic: breastfeeding. Geneva, Switzerland. Available From: http://www.who.int/topics/breastfeeding/en/ [Accesed 17 April 2013].


(17)

B AB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka keranka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Lama

Pemberian ASI

Durasi Pemberian ASI oleh ibu kepada bayi

dengan kategori < 6 bulan atau > 6 bulan

Wawancara langsung

Kuesioner sebagai panduan

ASI < 6 bulan / ASI > 6 bulan

Nominal

Kanker payudara

Penyakit keganasan yang berasal dari epitel

duktus dan lobus payudara dan diagnosis

ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi Wawancara langsung Hasil histopatologi sebagai acuan Kanker payudara/ Non-Kanker payudara Nominal


(18)

3.3. Hipotesis

Dengan mempertimbangkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara.


(19)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain case control, yaitu untuk mencari hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara dan mencari besar risiko terjadinya kanker payudara pada ibu menyusui.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Juli - September tahun 2013. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien di Poli Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah pasien di Poli Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah a. Kriteria Inklusi

1) Merupakan pasien yang memiliki riwayat kanker payudara maupun non-kanker payudara yang terdapat hasil pemeriksaan histopatologi. 2) Pasien dengan status performance baik (Karnofsky Score > 60%) 3) Bersedia ikut penelitian dengan menandatangani formulir persetujuan b. Kriteria Eksklusi


(20)

2) Pasien yang data rekam medisnya tidak lengkap 3) Pasien yang tidak lancar menjawab saat diwawancara

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode consecutive sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2008).

Besar sampel minimum yang diperlukan dihitung dengan rumus (Madiyono, 2008):

2

n = Zα/2 + Zβ √ PQ (P- ½) Keterangan:

n = besar sampel minimum

Zα = deviat baku normal untuk α

Zβ = deviat baku normal untuk β

P = nilai proporsi di populasi ( P = OR/1+OR ) Q = 1-P

Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) sehingga didapat nilai Zα adalah sebesar 1,96. Selain itu ditetapkan nilai β sebesar 0,2 (power 80%), maka didapat nilai Zβ sebesar 0,842. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Indrati (2005) didapatkan OR= 3,26. Sehingga berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

P = OR/1+OR = 3,26/4,26 = 0,76


(21)

= 1 – 0,76 = 0,24

2

n = Zα/2 + Zβ √ PQ (P- ½)

2

= 1,96/2 + 0,842 √(0,76) (0,24) (0,76 – 0,5)

2

= 0,98 + 0,842 x 0,427

0,26

2

= 0,98 + 0,3595 0,26 = 26,52

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 26,52 orang, dibulatkan menjadi 27 orang. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini masing-masing sejumlah 27 orang untuk kelompok kasus (kanker payudara) dan 27 orang untuk kelompok kontrol (non kanker payudara).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi lamanya pemberian ASI. Data penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung kepada sampel penelitian dengan panduan kuesioner penelitian.

Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang menderita kanker payudara dan kelompok bukan penderita kanker payudara. Dari setiap sampel ditelusuri berapa lama pemberian ASI dilakukan.


(22)

4.5. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari hasil wawancara ditabulasi untuk diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for Social Sciences (SPSS).

Pada studi case control dengan matching individual (pada penelitian ini dilakukan matching terhadap faktor usia dengan range 4 tahun), harus dilakukan analisis dengan menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan. Hasil pengamatan studi case control biasanya disusun dalam bentuk tabel 2 x 2 sebagai berikut:

Tabel 4.1. Penyajian Hasil Pengumpulan Data Non Kanker payudara ASI < 6 bulan ASI > 6 bulan Kanker payudara

ASI < 6 bulan A B

ASI > 6 bulan C D

Odds Ratio (OR) pada studi case control dengan matching ini dihitung dengan mengabaikan sel A, karena baik pada kasus maupun pada kontrol sama-sama terpajan. Selain itu juga mengabaikan sel D, karena baik pada kasus maupun pada kontrol sama-sama tidak terpajan, sehingga dihitung dengan menggunakan formula berikut:

OR = B/C Sel A = Kasus dan kontrol mengalami pajanan Sel B = Kasus mengalami pajanan, kontrol tidak

Sel C = Kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami Sel D = Kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan

Interpretasi hasil:

1. Bila nilai rasio odds = 1, berarti pemberian ASI < 6 bulan bukan merupakan suatu faktor risiko terjadinya infeksi kanker payudara


(23)

2. Bila nilai rasio odds > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti pemberian ASI < 6 bulan merupakan faktor risiko terjadinya kanker payudara

3. Bila nilai rasio odds < 1 dan rentang nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti pemberian ASI < 6 bulan justru merupakan faktor protektif terhadap terjadinya kanker payudara

4. Bila nilai interval kepercayaan rasio odds mencakup angka 1, maka belum dapat disimpulkan apakah pemberian ASI < 6 bulan merupakan faktor risiko atau faktor protektif terhadap terjadinya penyakit kanker payudara (Suradi, 2008).

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Mc Nemar dengan

tingkat kemaknaan (α) sebesar 5% untuk melihat ada atau tidaknya hubungan

antara lama Pemberian ASI dengan terjadinya Kanker payudara, serta melihat apakah hubungan tersebut bermakna secara statistik atau tidak.


(24)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Poli Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VIII/1990. RSUP Haji Adam Malik Medan menjadi sentra rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya. RSUP Haji Adam Malik Medan terletak di Jalan Bunga Lau Nomor 17 Medan, Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara.

5.1.2. Karakteristik Responden

Peneliti mewawancarai sebanyak 65 responden, namun yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan hanya 54 responden dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 27 pada kasus dan kontrol. Sebanyak 1 responden diekslusi dari penelitian ini diakibatkan menderita kanker payudara oleh karena faktor risiko genetik. Sebanyak 10 responden diekslusi dari penelitian ini oleh karena jarak umur antara kasus dan kontrol yang terlalu jauh sehingga tidak dapat dilakukan matching pada responden tersebut. Pada penelitian ini, karakteristik responden dapat dibedakan berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan terakhir, pertama kali menyusui, jumlah anak, lama pemberian ASI (mean

duration of breastfeeding), lama pemberian ASI (lifetime duration of


(25)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden

Umur Kasus (Orang) Kontrol (Orang) Persentase (%)

32-35 1 1 3,7

36-39 1 1 3,7

40-43 4 4 15,2

44-47 4 4 15,2

48-51 5 5 19

52-55 3 3 11.4

56-59 2 2 7,6

60-63 4 4 15,2

64-67 1 1 3,7

68-71 2 2 7,6

Total 27 27 100

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden (19%) masing berumur 48-51 tahun. Sementara terdapat 8 responden (15,2%) masing-masing berumur 40-43 tahun, 44-47 tahun, dan 60-63 tahun. Responden termuda didapati berumur 32 tahun dan yang tertua berumur 71 tahun.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Petani 10 18.5

Guru 7 13.0

IRT 29 53.7

Wiraswasta 2 3.7

PNS 4 7.4

Bidan 1 1.9

Karyawan Swasta 1 1.9

Total 54 100.0

Tabel 5.2. menunjukkan distribusi frekuensi pekerjaan responden, dimana didapati sebanyak 29 orang (53,7%) responden merupakan ibu rumah tangga sedangkan 1 orang (1,9%) dari keseluruhan responden berprofesi sebagai bidan dan karyawan swasta.


(26)

Tabel5.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden

Dari Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa 14 orang (25,9%) responden merupakan lulusan SD. Sementara responden yang lulus Diploma 1 merupakan lulusan yang paling sedikit dengan jumlah hanya 1 orang (1,9%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Umur Pertama Menyusui

Umur pertama menyusui Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak menyusui 7 13.0

13 1 1.9

17 1 1.9

18 3 5.6

19 1 1.9

20 7 13.0

21 3 5.6

22 6 11.1

23 5 9.3

24 3 5.6

25 4 7.4

26 2 3.7

27 5 9.3

28 4 7.4

30 2 3.7

Total 54 100.0

Tabel 5.4. menunjukkan bahwa 7 responden (13%) tidak memberikan ASI kepada anaknya. Sementara 7 responden (13%) memberikan ASI pertama pada

Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tamat SD 14 25.9

Tamat SMP 13 24.1

Tamat SMA 11 20.4

Tamat Diploma 1 1 1.9

Tamat Diploma 2 4 7.4

Tamat Diploma 3 5 9.3

Tamat Sarjana 6 11.1


(27)

umur 20 tahun. Sedangkan 1 responden (1,9%) masing-masing memberikan ASI pertama pada umur 13 tahun dan 17 tahun.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jumlah Anak

Jumlah Anak Jumlah (Orang) Persentase (%)

0 7 13.0

1 3 5.6

2 3 5.6

3 13 24.1

4 15 27.8

5 3 5.6

6 4 7.4

7 3 5.6

8 1 1.9

9 2 3.7

Total 54 100.0

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa 15 responden (27.8%) memiliki anak sebanyak 4 orang dan sebanyak13 responden (24,1%) responden memiliki anak sebanya 3 orang. Sementara 1 responden (1.9%) memiliki anak sebanyak 8 orang.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Lama Pemberian ASI (Mean Duration)

Lama Pemberian ASI Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak menyusui 7 13.0

0-6 bulan 2 3.7

6-12 bulan 11 20.4

12-18 bulan 10 18.5

18-24 bulan 16 29.6

> 24 bulan 8 14.8

Total 54 100.0

Tabel 5.6. menunjukkan sebanyak 16 responden (29,6%) memberikan ASI rata-rata 18-24 bulan. Sebanyak 11 responden menyusui dengan waktu rata-rata 6-12 bulan (20,4%) Sementara 2 responden (3,7%) memberikan ASI dengan durasi rata-rata 0-6 bulan.


(28)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Lama Pemberian ASI (Lifetime Duration)

Lama Pemberian ASI Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak menyusui 7 13.0

0-6 bulan 1 1.9

6-12 bulan 3 5.6

12-18 bulan 1 1.9

18-24 bulan 8 14.8

> 24 bulan 34 63.0

Total 54 100.0

Tabel 5.7. menunjukkan sebanyak 34 responden (63%) memberikan ASI dengan durasi total > 24 bulan. Sementara 1 responden (1.9%) memberikan ASI dengan durasi total masing-masing 0-6 bulan dan 12-18 bulan.

5.1.3. Hasil Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.8. Hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara

Kanker payudara

Non Kanker

Payudara Total

n (%) n (%) n (%)

ASI < 6 bulan 6 66,7 3 33,3 9 100

ASI > 6 bulan 21 46,7 24 53,3 45 100

p = 0,001

Dari Tabel 5.8. dapat dilihat bahwa dari 9 orang responden yang memberikan ASI < 6 bulan, 6 orang diantaranya penderita kanker payudara. Sementara dari 45 orang responden yang memberikan ASI > 6 bulan, 21 orang di antaranya merupakan penderita kanker payudara.


(29)

kemaknaan 0,05 (α = 5%,) diperoleh nilai p (p value) adalah 0,001 (p < 0,01) yang berarti bahwa ada hubungan antara lama pemberiaan ASI dengan terjadinya kanker payudara. Dapat pula dilakukan perhitungan Odds Ratio (OR) sebagai berikut:

Tabel 5.9. Penyajian Hasil Pengumpulan Data Non Kanker payudara ASI < 6 bulan ASI > 6 bulan

Kanker payudara ASI < 6 bulan 9 30

ASI > 6 bulan 24 45

OR = B/C = 30/24 = 1,25

Pada penelitian ini didapat besarnya odds ratio adalah 1,25. Odds Ratio yang lebih besar dari 1 menunjukkan terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini besarnya odds ratio di atas angka 1, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini lama pemberian ASI dapat dipertimbangkan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa orang yang memberikan ASI < 6 bulan berisiko 1,25 kali lebih besar untuk terpapar kanker payudara dibandingkan dengan orang yang memberikan ASI > 6 bulan.

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini seluruh responden berusia di atas 30 tahun, dimana kelompok umur dengan frekuensi paling tinggi yaitu kelompok umur 48-51 tahun sebanyak 10 orang (19%). Sementara terdapat 8 responden (15,2%) masing-masing berumur 40-43 tahun, 44-47 tahun, dan 60-63 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrati (2005) yang menyatakan kasus kanker payudara terbanyak ditemukan pada umur 40 – 49 tahun. Tingginya proporsi pada kelompok umur tersebut disebabkan karena keterlambatan penderita dalam mencari pengobatan.

Dari karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, sebanyak 29 orang (53,7%) responden merupakan ibu rumah tangga. Dari karakteristik responden


(30)

berdasarkan pendidikan terakhir, sebanyak 14 orang (25,9%) reponden merupakan lulusan SD. Menurut penelitian Ng et al., (2010) hal ini dikarenakan tingkat kemiskinan di Indonesia lebih tinggi daripada di Malaysia. 29% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan dibandingkan dengan 2% di Malaysia. Total pengeluaran per kapita pada perawatan kesehatan di Malaysia hamper 7 kali lebih tinggi dibandingkan di Indonesia. Oleh karena itu, kanker payudara dapat

dianggap sebagai ‘prioritas rendah’ dibandingkan dengan penyakit menular oleh

system pelayanan kesehatan di Indonesia yang menyebabkan mereka menjadi kurang responsif terhadap perawatan kanker payudara dalam hal deteksi dini, pendidikan kesehatan payudara dan menciptakan kesadaran. Dari sudut pandang pasien, perempuan Indonesia tidak datang berobat lebih awal karena masalah keuangan. Selain itu, hambatan lain yang ialah kepercayaan dalam pengobatan tradisional dan kurangnya otonomi dalam pengambilan keputusan.

Dari karakteristik responden berdasarkan umur pertama menyusui, sebanyak 7 responden (13%) tidak memberikan ASI kepada anaknya. Sementara 7 responden (13%) memberikan ASI pertama pada umur 20 tahun. Sedangkan sebanyak 6 orang responden (11,1%) memberikan ASI pertama pada umur 22 tahun. Menurut penelitian Shema et al., (2007) peningkatan risiko kanker payudara sebesar 3,9 kali lipat pada wanita yang menyusui pertama kali pada usia 24-28 tahun dibandingkan dengan mereka yang menyusui pada umur < 20 tahun. Hal ini terjadi akibat penurunan paparan hormon ovarium pada usia muda dapat sangat menguntungkan. Menyusui pada usia dini mungkin lebih protektif karena sel-sel induk payudara mengalami diferensiasi dan ketahanan terhadap karsinogenesis.

Dari karakteristik responden berdasarkan jumlah anak didapati sebanyak 15 responden (27.8%) memiliki anak sebanyak 4 orang dan sebanyak 13 responden (24,1%) memiliki anak sebanyak 3 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian Awatef et al., (2010) bahwa ada sedikit penurunan risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita yang memberikan ASI lebih dari tiga anak. Mekanisme untuk menjelaskan hubungan ini adalah mengurangi paparan hormon siklik dari reproduksi akibat penekanan ovulasi berkepanjangan oleh karena


(31)

menyusui, efek perlindungan dari perubahan fisik payudara yang memproduksi susu, pengurangan konsentrasi organoklorin beracun pada payudara dengan meningkatnya durasi kumulatif menyusui, dan ekspresi transformasi faktor pertumbuhan selama menyusui.

Dari karakteristik responden berdasarkan lama pemberian ASI, sebanyak 16 responden (29,6%) memberikan ASI dengan durasi rata-rata 18-24 bulan dan sebanyak 34 responden memberikan ASI dengan durasi total > 24 bulan. Hal ini sesuai dengan penelitian Shema et al., (2007) bahwa perempuan yang memberikan ASI dengan durasi total 1-12 bulan dibandingkan mereka yang memberikan ASI dengan durasi total lebih dari setahun terdapat penurunan risiko kanker payudara sebanyak 1,5 kali.

Pada penelitian ini hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara disimpulkan (p= 0,001 CI 95%), dengan odds ratio sebesar 1,25. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrati (2006), bahwa lama menyusui mempengaruhi terjadinya kanker payudara. Kebiasaan menyusui berhubungan dengan siklus hormonal. Segera setelah proses melahirkan kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi selama masa kehamilan akan menurun dengan tajam. Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron akan tetap rendah selama masa menyusui. Menurunnya kadar hormon estrogen dan hormon progesteron dalam darah selama menyusui akan mengurangi pengaruh hormon tersebut terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.

Kelemahan penelitian ini terletak pada desain penelitian yang hanya menggunakan studi case control, dimana pengamatan bersifat retrospektif, yaitu melihat apakah selama ini responden memiliki faktor risiko. Keterbatasan waktu pengamatan menyebabkan ketidakmampuan dalam menggambarkan perjalanan penyakit. Penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel paling baik dilakukan dengan desain kohort (prospektif), yakni dengan pengamatan dan follow up ke masa yang akan datang. Dengan follow up yang cukup akan didapati apakah satu variabel memiliki hubungan yang kuat dengan variabel lainnya.


(32)

Pada penelitian ini hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara dapat dibuktikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, dimana dikatakan bahwa kedua variabel ini berhubungan. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai hal ini harus dilakukan dengan mengatasi hal-hal yang telah peneliti ungkapkan di atas, khususnya dalam hal desain penelitian, sehingga dapat diketahui data yang lebih valid mengenai berapa lama waktu yang diperlukan wanita untuk terkena kanker payudara akibat menyusui < 6 bulan.


(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

a. Dari 54 orang responden penelitian, diperoleh responden yang memberikan ASI < 6 bulan yang menderita kanker payudara adalah sebanyak 6 orang

b. Terdapat hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya Kanker payudara (p = 0,001)

c. Pemberian ASI < 6 bulan dapat dipertimbangkan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara pada pasien di Poliklinik Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013 (OR = 1,25)

6.2. Saran

a. Bagi Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan Lain

Pada penelitian ini hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara dapat dibuktikan. Maka dari itu, bagi sarana pelayanan kesehatan diharapkan agar lebih banyak penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan pemberian ASI dengan makanan pendamping hingga 2 tahun.

b. Bagi Pasien

Pemberian edukasi kepada pasien yang memiliki faktor risiko tersebut untuk mencegah terjadinya kanker payudara di masa yang akan datang. c. Bagi Masyarakat

Kanker payudara merupakan pembunuh wanita terbanyak kedua setelah kanker serviks di Indonesia. Maka dari itu dianjurkan kepada wanita yang sudah menikah dan memiliki anak untuk melakukan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan dapat dilanjutkan hingga 2 tahun. Masyarakat juga harus diedukasi mengenai pentingnya pemeriksaan payudara sendiri


(34)

(SADARI) setiap bulan dan juga melakukan mamografi rutin setiap tahunnya.

d. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian berikutnya diharapkan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan pada penelitian ini, seperti memperpanjang waktu pengambilan sampel, memperbanyak jumlah sampel untuk menghindari bias sehingga didapati odd ratio yang lebih besar yang dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya.


(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberian ASI

2.1.1. Definisi

Menyusui adalah cara normal memberi bayi nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Kolostrum yang terdapat dalam air susu ibu (ASI) diproduksi pada saat akhir kehamilan, direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai makanan sempurna untuk bayi yang baru lahir, dan pemberian makanan harus dimulai dalam satu jam pertama setelah lahir. Pemberian ASI eksklusif direkomendasikan sampai usia 6 bulan, dengan tetap menyusui bersama dengan makanan pendamping yang tepat hingga dua tahun atau lebih (WHO, 2013).

2.1.2 Epidemiologi

Di seluruh dunia, diperkirakan bahwa hanya 34,8% bayi ASI eksklusif untuk 6 bulan pertama kehidupan, mayoritas menerima makanan atau cairan lainnya pada awal bulan. Data dari 64 negara yang meliputi 69% kelahiran di negara berkembang menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan dalam situasi ini. Pada tahun 1996 dan 2006, tingkat pemberian ASI eksklusif untuk 6 bulan pertama meningkat dari 33% menjadi 37%. Peningkatan tersebut berada di Afrika sub-Sahara, di mana terjadi peningkatan dari 22% menjadi 30%, dan Eropa, dengan peningkatan dari 10% menjadi 19%. Di Amerika Latin dan Karibia, termasuk Brasil dan Meksiko, persentase bayi yang mendapat ASI ekslusif meningkat dari 30% pada sekitar tahun 1996 menjadi 45% di sekitar tahun 2006 (WHO, 2009).

Di Amerika, tingkat menyusui terus meningkat, dengan kenaikan sekitar 2 poin persentase dalam inisiasi menyusui, dan menyusui pada 6 dan 12 bulan. Inisiasi menyusui meningkat dari 74,6% pada tahun 2008 menjadi 76,9% pada tahun 2009 per kelahiran. Peningkatan dalam inisiasi merupakan kenaikan tahunan terbesar selama dekade sebelumnya. Menyusui pada 6 bulan meningkat dari 44,3% menjadi 47,2%, menyusui pada 12 bulan meningkat dari 23,8%


(36)

menjadi 25,5% (CDC, 2012). 2.1.3 Anatomi Payudara

Struktur payudara mencakup puting dan areola, jaringan susu, jaringan ikat dan lemak, pembuluh darah dan limfatik, dan saraf (WHO, 2009).

a. Jaringan Susu

Jaringan ini meliputi alveoli, yang merupakan kantung kecil yang terbuat dari sel-sel yang mensekresi susu, dan saluran yang membawa susu ke luar. Alveoli dikelilingi oleh sekeranjang mioepitel, atau sel-sel otot, yang berkontraksi dan membuat aliran susu sepanjang saluran (WHO, 2009).

b. Puting dan Areola

Puting rata-rata memiliki sembilan saluran susu yang menuju ke luar, dan juga serat otot dan saraf. Puting dikelilingi oleh bagian berpigmen melingkar yang disebut areola, di mana terletak kelenjar Montgomery. Kelenjar ini mengeluarkan cairan berminyak yang melindungi kulit puting dan areola selama menyusui, dan menghasilkan aroma individu ibu yang menarik bayi menuju payudara. Saluran bawah areola terisi oleh susu dan menjadi lebih luas selama disusui, ketika refleks oksitosin aktif (WHO, 2009).

Gambar 2.1. Anatomi Payudara Sumber : Infant and Young Child Feeding (WHO, 2009)


(37)

2.1.4 Fisiologi Menyusui

Ada dua hormon yang secara langsung mempengaruhi ASI yaitu prolaktin dan oksitosin. Ketika bayi menyusui, sensorik impuls pergi dari puting ke otak. Sebagai tanggapan, lobus anterior dari kelenjar hipofisis mengeluarkan prolaktin dan lobus posterior mengeluarkan oksitosin (WHO, 2009).

a. Hormon Prolaktin

Hormon prolaktin diperlukan untuk sekresi susu oleh sel-sel alveoli. Tingkat prolaktin dalam darah meningkat secara nyata selama kehamilan, dan menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan jaringan payudara, dalam persiapan untuk produksi susu. Namun, ASI tidak dikeluarkan karena progesteron dan estrogen yang merupakan hormon kehamilan menghambat aksi prolaktin. Setelah melahirkan, tingkat progesteron dan estrogen menyusut secara cepat dan prolaktin tidak lagi dihambat, dan sekresi susu dimulai. Menyusui mempengaruhi pelepasan hormon hipofisis lainnya, termasuk Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Folikel Stimulating Hormone (FSH), dan Luteinising Hormon (LH), yang menyebabkan penekanan ovulasi dan menstruasi. Oleh karena itu, menyusui dapat membantu untuk menunda kehamilan baru.

b. Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin membuat sel-sel mioepitel sekitar alveoli untuk berkontraksi. Hal ini membuat susu, yang telah dikumpulkan di alveoli, mengalir dan mengisi saluran susu. Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Hal ini membuat susu yang sudah berada di payudara dapat mengalir dan membantu bayi untuk mendapatkan ASI dengan mudah. Oksitosin membuat rahim ibu kontraksi setelah melahirkan dan membantu mengurangi perdarahan.

c. Hormon Feedback Inhibitor of lactation (FIL)

Produksi susu juga dikendalikan di payudara oleh zat yang disebut hormon FIL (polipeptida), yang hadir dalam ASI. Kadang-kadang satu payudara berhenti membuat susu sementara payudara yang lain terus bekerja, misalnya jika bayi menyusui hanya pada satu sisi. Jika ASI tidak dikeluarkan, FIL mengumpulkan dan menghentikan sel-sel untuk mengeluarkan ASI sehingga membantu melindungi payudara dari efek berbahaya akibat terlalu penuh (WHO, 2009).


(38)

2.1.5 Komposisi Air Susu Ibu (ASI)

ASI mengandung semua nutrisi yang bayi butuhkan dalam 6 bulan pertama kehidupan, termasuk lemak, karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan air. ASI juga mengandung faktor bioaktif yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang belum matang pada bayi, menyediakan perlindungan terhadap infeksi, dan faktor lainnya yang membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi (WHO, 2009)

a. Lemak

ASI mengandung sekitar 3,5 g lemak per 100 ml susu, yang menyediakan sekitar satu setengah energi dari isi susu. Sebagai hasilnya, hindmilk dikeluarkan menjelang akhir menyusui kaya akan lemak dan terlihat berwarna putih krem, sedangkan foremilk pada awal menyusui mengandung sedikit lemak dan berwarna agak abu-abu kebiruan. Lemak pada ASI mengandung DHA (docosahexaenoic acid), dan ARA (arachidonic acid) yang tidak tersedia dalam susu lainnya. Hal ini sangat penting untuk perkembangan neurologis seorang anak.

b. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung sekitar 7 g laktosa per 100 ml, yang lebih banyak daripada susu kebanyakan, dan merupakan sumber penting dari energi. Jenis karbohidrat lain yang hadir dalam ASI adalah oligosakarida, yang menyediakan perlindungan terhadap infeksi.

c. Protein

Protein ASI berbeda dalam kuantitas dan kualitas dari susu hewan, dan mengandung keseimbangan asam amino yang membuatnya jauh lebih cocok untuk bayi. Konsentrasi protein dalam ASI (0,9 g per 100 ml) lebih rendah daripada di susu hewan. Protein lebih tinggi dalam susu hewan dapat membebani ginjal bayi yang belum matang dengan limbah nitrogen dari produk. ASI mengandung sedikit protein kasein, dan kasein dalam ASI memiliki struktur molekul yang berbeda. Membuat jauh lebih lembut dan lebih mudah dicerna daripada yang di susu lainnya.

d. Vitamin dan mineral

ASI biasanya mengandung vitamin yang cukup untuk bayi, kecuali ibu sendiri mengalami kekurangan. Pengecualian adalah vitamin D. Bayi


(39)

membutuhkan paparan sinar matahari untuk menghasilkan endogen vitamin D atau jika hal ini tidak mungkin, maka diberikan suplemen. Mineral besi dan seng hadir dalam konsentrasi yang relatif rendah, tapi bioavailabilitas dan penyerapan mereka tinggi. Menunda pemutusan tali pusat sampai denyutan telah berhenti (sekitar 3 menit) telah disarankan untuk meningkatkan status zat besi bayi selama 6 bulan pertama kehidupan.

e. Faktor anti infeksi

ASI mengandung banyak faktor yang membantu melindungi bayi terhadap infeksi termasuk imunoglobulin, terutama imunoglobulin sekretorik A (sIgA), yang melapisi mukosa usus dan mencegah bakteri masuk ke dalam sel. Sel darah putih dapat membunuh mikroorganisme, bakteri, virus dan jamur, oligosacccharides mencegah bakteri melekat pada permukaan mukosa. Perlindungan ini sangat penting untuk bayi. Pertama, mereka melindungi tanpa menyebabkan efek peradangan, seperti demam, yang bisa berbahaya bagi bayi. Kedua, sIgA mengandung antibodi yang terbentuk dalam tubuh ibu untuk melawan bakteri dalam usus dan melawan infeksi.

f. Kolostrum

Kolostrum adalah susu khusus yang disekresikan dalam 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Kolostrum dihasilkan dalam jumlah kecil yaitu sekitar 40-50 ml pada hari pertama. Kolostrum kaya akan sel darah putih dan antibodi, terutama IgA. Kolostrum memberikan perlindungan kekebalan tubuh yang penting pada bayi ketika ia pertama kali terkena mikroorganisme, dan epidermal faktor pertumbuhan membantu mempersiapkan lapisan usus untuk menerima nutrisi dalam susu (WHO, 2009).

2.1.6 Klasifikasi Pemberian ASI

WHO dan UNICEF membuat rekomendasi dunia untuk pemberian makanan bayi yang optimal sebagaimana tercantum dalam Strategi Global adalah:

 ASI eksklusif selama 6 bulan (180 hari).

 Makanan komplementer yang aman mulai dari usia 6 bulan dengan terus menyusui hingga usia 2 tahun atau lebih.


(40)

Pemberian ASI eksklusif berarti bahwa bayi menerima ASI dan tidak ada cairan lain atau makanan padat, bahkan air, dengan pengecualian untuk rehidrasi oral dan pemberian sirup yang mengandung vitamin, mineral suplemen atau obat-obatan.

Makanan pendamping ASI didefinisikan sebagai proses awal ketika ASI tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, dan karenanya makanan dan cairan pendamping dibutuhkan, bersama dengan ASI. Target untuk makanan pendamping ASI umumnya diambil menjadi 6-23 bulan, meskipun ASI dapat berlanjut setelah dua tahun (WHO, 2009).

a. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan telah ditemukan untuk mengurangi risiko diare dan penyakit pernapasan dibandingkan dengan menyusui selama masing-masing 3 bulan dan 4. Jika teknik menyusui memuaskan, menyusui secara ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan energi dan gizi bayi. Tidak ada makanan atau cairan lainnya yang diperlukan. ASI itu sendiri adalah 88% air, dan cukup untuk memenuhi haus bayi. Untuk ibu, ASI eksklusif dapat menunda kembalinya kesuburan, dan mempercepat pemulihan berat badan sebelum hamil.

b. Makanan pendamping ASI dari 6 bulan

Sejak usia 6 bulan, kebutuhan bayi untuk energi dan nutrisi mulai melebihi apa yang disediakan oleh ASI, dan saling melengkapi sehingga makanan pendamping diperlukan untuk mengisi energi dan kesenjangan gizi. Bahkan setelah makanan pendamping telah diperkenalkan, ASI tetap menjadi sumber nutrisi bagi bayi muda dan anak. ASI terus memasok lebih banyak kualitas nutrisi daripada makanan pendamping, dan juga faktor pelindung. Makanan pendamping harus berupa nutrisi yang adekuat, aman, dan tepat dalam rangka memenuhi energi anak dan kebutuhan gizi (WHO, 2009).

2.2. Kanker Payudara

2.2.1 Definisi


(41)

duktus atau lobulus payudara (Harrison, 2008). Kanker payudara adalah tumor ganas yang dimulai pada sel-sel payudara. Sebuah tumor ganas adalah sekelompok sel kanker yang dapat tumbuh menyerang jaringan sekitarnya atau menyebar ke daerah yang jauh dari tubuh. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita, tetapi pria bisa mendapatkannya (ACS, 2013).

2.2.2. Epidemiologi

Menurut WHO tahun 2008, kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan menyumbang 7,6 juta kematian (sekitar 13% dari semua kematian) pada tahun 2008. Jenis-jenis utama kanker adalah:

 Kanker Paru (1,37 juta kematian)  Kanker Hati (695 000 kematian)  Kanker Kolorektal (608 000 kematian)  Kanker Payudara (458 000 kematian)  Kanker Serviks (275 000 kematian)

Sekitar 70% dari semua kematian akibat kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat kanker di seluruh dunia diproyeksikan akan terus meningkat menjadi lebih dari 13,1 juta pada tahun 2030. Meskipun kejadian penurunan telah diamati di beberapa negara industri selama beberapa tahun terakhir, negara-negara lain di antaranya China dan India dengan populasi yang sangat besar, mereka mengalami peningkatan terus menerus dan konstan dalam insiden kanker payudara (Tot, 2011).

2.2.3. Etiologi

a. Mutasi gen yang diturunkan

Perubahan DNA tertentu yang diwariskan dapat meningkatkan risiko untuk menjadi kanker. Sebagai contoh, gen BRCA (BRCA1 dan BRCA2) adalah gen supresor tumor. Mutasi pada gen ini didapat dari warisan orang tua. Ketika mereka bermutasi, mereka tidak lagi menekan pertumbuhan normal, dan kanker lebih mungkin untuk terjadi.


(42)

b. Mutasi gen acquired

Kebanyakan mutasi DNA yang berhubungan dengan kanker payudara terjadi pada sel payudara tunggal selama kehidupan wanita. Mutasi diperoleh dari onkogen atau gen supresor tumor akibat dari faktor-faktor lain, seperti radiasi atau bahan kimia. Sebagian besar kanker payudara memiliki gen yang mengakuisisi beberapa mutasi (ACS, 2013).

2.2.4. Klasifiksi

Ada beberapa jenis kanker payudara menurut American Cancer Society, tetapi beberapa dari mereka cukup langka. Dalam beberapa kasus tumor payudara tunggal dapat merupakan kombinasi dari jenis ini atau menjadi campuran invasif dan kanker in situ.

a. Kanker payudara yang umum terjadi: 1) Karsinoma Duktal In Situ

Karsinoma Duktal In Situ adalah jenis yang paling umum dari kanker payudara non-invasif. Sel-sel kanker ini berada di dalam saluran tetapi belum menyebar melalui dinding duktus ke jaringan payudara di sekitarnya. Ketika Karsinoma Duktal In Situ didiagnosis, ahli patologi akan mencari daerah sel kanker yang mati atau sekarat yang disebut tumor nekrosis, dalam sampel jaringan. Jika nekrosis hadir, tumor cenderung lebih agresif.

2) Karsinoma Duktal Invasif

Ini adalah jenis yang paling umum dari kanker payudara. Karsinoma Duktal Invasif dimulai di saluran susu, menerobos dinding duktus, dan tumbuh ke dalam jaringan lemak payudara. Pada titik ini, mungkin dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui sistem limfatik dan aliran darah. Sekitar 8 dari 10 kanker payudara adalah Karsinoma Duktal Invasif .

3) Karsinoma Lobular Invasif

Karsinoma Lobular Invasif dimulai dalam kelenjar penghasil susu. Kanker ini dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh. Karsinoma


(43)

Lobular invasif mungkin lebih sulit untuk dideteksi dengan mammogram dibanding Karsinoma Duktal Invasif.

b. Kanker payudara yang jarang terjadi:

1) Kanker payudara Triple-Negatif [ER (-), PR (-), dan HER2 (-) ]

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kanker payudara (biasanya Karsinoma Duktal Invasif) dengan sel yang kekurangan Reseptor Estrogen (ER) dan Reseptor Progesteron (PR), dan tidak memiliki kelebihan protein Human Epidermal Growth Factor

Receptor (HER2) pada permukaan mereka. Kanker dengan

karakteristik ini cenderung lebih sering terjadi pada wanita muda dan Perempuan Afrika-Amerika. Kanker payudara triple-negatif cenderung tumbuh dan menyebar lebih cepat daripada kebanyakan kanker payudara jenis lain. Karena sel-sel tumor ini kekurangan reseptor tertentu, baik terapi hormon atau obat yang targetnya HER2 tidak efektif tapi kemoterapi masih bisa berguna jika diperlukan.

2) Penyakit Paget pada puting

Jenis kanker payudara ini dimulai di saluran payudara dan menyebar ke kulit puting dan kemudian ke areola, lingkaran gelap di sekitar puting. Sangat jarang, hanya sekitar 1% dari semua kasus kanker payudara. Kulit dari puting dan areola sering muncul berkulit, bersisik, dan merah, dengan daerah pendarahan atau mengalir. Penyakit Paget hampir selalu terkait dengan Karsinoma Duktal In Situ atau Karsinoma Duktal Invasif.

2.2.5 Faktor Risiko

Ada berbagai jenis faktor risiko. Beberapa faktor, seperti usia seseorang atau ras, merupakan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Ada juga akibat pengaruh faktor lingkungan dan akibat perilaku pribadi yang terkait, seperti merokok, minum alkohol, dan diet. Beberapa faktor risiko untuk kanker payudara dapat berubah seiring waktu, karena faktor seperti penuaan atau gaya hidup (ACS, 2013).


(44)

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah (ACS, 2013) 1) Jenis kelamin

Cukup menjadi seorang wanita adalah faktor risiko utama untuk menjadi kanker payudara. Pria dapat terkena kanker payudara, tetapi penyakit ini sekitar 100 kali lebih umum di kalangan wanita dibandingkan laki-laki.

2) Usia

Risiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Sekitar 1 dari 8 kanker payudara invasif yang ditemukan pada wanita yang lebih muda dari 45, sementara sekitar 2 dari 3 invasif kanker payudara ditemukan pada wanita usia 55 atau lebih tua.

3) Faktor risiko genetik

Sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara dianggap turun-temurun, yang dihasilkan secara langsung dari mutasi gen yang diwarisi dari orangtua. Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 adalah penyebab paling umum dari kanker payudara herediter. Ada risiko sebanyak 80% bagi anggota keluarga dengan mutasi BRCA. Kanker ini cenderung terjadi pada wanita muda dan lebih sering mempengaruhi kedua payudara. 4) Riwayat keluarga kanker payudara

Risiko kanker payudara lebih tinggi pada wanita dengan keluarga dekat memiliki penyakit ini. Memiliki satu tingkat relatif pertama (ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan) dengan kanker payudara memiliki risiko sekitar dua kali lipat pada wanita. Secara keseluruhan, kurang dari 15% wanita dengan kanker payudara memiliki anggota keluarga dengan penyakit ini.

b. Faktor risiko yang dapat diubah (ACS, 2013) 1) Memiliki anak

Wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak pertama mereka setelah usia 30 memiliki risiko kanker payudara sedikit lebih tinggi. Hamil dan mengandung pada usia muda mengurangi risiko kanker


(45)

payudara. Kehamilan mengurangi jumlah siklus menstruasi pada wanita, yang mungkin menjadi alasan untuk efek ini.

2) Penggunaan kontrasepsi oral

Studi telah menemukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) memiliki risiko sedikit lebih besar terkena kanker payudara dibanding wanita yang tidak pernah menggunakan.

3) Menyusui

Beberapa studi menunjukkan bahwa menyusui mungkin sedikit menurunkan risiko kanker payudara, terutama jika menyusui dilanjutkan selama 1 ½ sampai 2 tahun. Satu penjelasan untuk efek ini mungkin adalah menyusui mengurangi jumlah total siklus menstruasi wanita (ACS, 2013). Ada beberapa faktor bahwa menyusui dapat mempengaruhi risiko terjadinya kanker payudara.

 Penurunan tingkat estrogen. Tingkat estrogen yang lebih rendah mungkin mengurangi risiko wanita terkena kanker payudara.

 Menurut beberapa penelitian, wanita yang memiliki lebih sedikit siklus ovulasi selama perjalanan hidup reproduksi mungkin memiliki penurunan risiko untuk terjadinya kanker payudara (BCERF, 1999).

 Mengurangi paparan hormon siklik dari reproduksi akibat penekanan ovulasi

 Pengurangan konsentrasi organoklorin beracun pada payudara dengan meningkatnya durasi kumulatif menyusui

 Ekspresi transformasi growth factor-b selama menyusui. Hormon ini mengatur faktor pertumbuhan negatif pada sel kanker payudara manusia (Awatef et al, 2009).

4) Alkohol

Wanita yang meminum 2 sampai 5 gelas alkohol sehari memiliki risiko sekitar 1 ½ kali lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak minum alkohol.


(46)

2.2.6. Staging Kanker payudara (AJCC, 2010) dan Karnofsky Score Performance (Karnofsky, 1949)

Tabel 2.1. Tumor primer (T)

TX Primary tumor cannot be assessed.

T0 No evidence of primary tumor.

Tis Carcinoma in situ.

Tis (DCIS) DCIS (Ductal Carcinoma In Situ) Tis (LCIS) LCIS (Lobular Carcinoma In Situ) Tis

(Paget)

Paget disease of the nipple NOT associated with invasive carcinoma and/or carcinoma in situ (DCIS and/or LCIS) in the underlying breast parenchyma. Carcinomas in the breast parenchyma associated with Paget disease are categorized based on the size and characteristics of the parenchymal disease, although the presence of Paget disease should still be noted.

T1 Tumor ≤20 mm in greatest dimension.

T1mi Tumor ≤1 mm in greatest dimension.

T1a Tumor >1 mm but ≤5 mm in greatest dimension. T1b Tumor >5 mm but ≤10 mm in greatest dimension. T1c Tumor >10 mm but ≤20 mm in greatest dimension. T2 Tumor >20 mm but ≤50 mm in greatest dimension.

T3 Tumor >50 mm in greatest dimension.

T4 Tumor of any size with direct extension to the chest wall and/or to the skin (ulceration or skin nodules).c

T4a Extension to the chest wall, not including only pectoralis muscle adherence/invasion.

T4b Ulceration and/or ipsilateral satellite nodules and/or edema (including peau d'orange) of the skin, which do not meet the criteria for inflammatory carcinoma.

T4c Both T4a and T4b.


(47)

Tabel 2.2. Kelenjar Getah Bening Regional (N)

NX Regional lymph nodes cannot be assessed (e.g., previously removed). N0 No regional lymph node metastases.

N1 Metastases to movable ipsilateral level I, II axillary lymph node(s).

N2 Metastases in ipsilateral level I, II axillary lymph nodes that are clinically fixed or matted. OR

Metastases in clinically detectedb ipsilateral internal mammary nodes in the absence of clinically evident axillary lymph node metastases.

N2a Metastases in ipsilateral level I, II axillary lymph nodes fixed to one another (matted) or to other structures.

N2b Metastases only in clinically detectedb ipsilateral internal mammary nodes and in the absence of clinically evident level I, II axillary lymph node metastases.

N3 Metastases in ipsilateral infraclavicular (level III axillary) lymph node(s) with or without level I, II axillary lymph node involvement.

OR

Metastases in clinically detectedb ipsilateral internal mammary lymph node(s) with clinically evident level I, II axillary lymph node metastases.

OR

Metastases in ipsilateral supraclavicular lymph node(s) with or without axillary or internal mammary lymph node involvement.

N3a Metastases in ipsilateral infraclavicular lymph node(s).

N3b Metastases in ipsilateral internal mammary lymph node(s) and axillary lymph node(s). N3c Metastases in ipsilateral supraclavicular lymph node(s).

Tabel 2.3. Patologis (pN)

pNX Regional lymph nodes cannot be assessed (e.g., previously removed or not removed for pathologic study).

pN0 No regional lymph node metastasis identified histologically. pN0(i–) No regional lymph node metastases histologically, negative IHC.

pN0(i+) Malignant cells in regional lymph node(s) ≤0.2 mm (detected by H&E or IHC including ITC).

pN0(mol–) No regional lymph node metastases histologically, negative molecular findings (RT-PCR).

pN0(mol+) Positive molecular findings (RT-PCR), but no regional lymph node metastases detected by histology or IHC.


(48)

pN1 Micrometastases. OR

Metastases in 1–3 axillary lymph nodes. AND/OR

Metastases in internal mammary nodes with metastases detected by sentinel lymph node biopsy but not clinically detected.c

pN1mi Micrometastases (>0.2 mm and/or >200 cells but none >2.0 mm). pN1a Metastases in 1–3 axillary lymph nodes, at least one metastasis >2.0 mm.

pN1b Metastases in internal mammary nodes with micrometastases or macrometastases

detected by sentinel lymph node biopsy but not clinically detected.c

pN1c Metastases in 1–3 axillary lymph nodes and in internal mammary lymph nodes with micrometastases or macrometastases detected by sentinel lymph node biopsy but not clinically detected.

pN2 Metastases in 4–9 axillary lymph nodes.

OR

Metastases in clinically detectedd internal mammary lymph nodes in the absence of axillary lymph node metastases.

pN2a Metastases in 4–9 axillary lymph nodes (at least 1 tumor deposit >2 mm).

pN2b Metastases in clinically detectedd internal mammary lymph nodes in the absence of axillary lymph node metastases.

pN3 Metastases in ≥10 axillary lymph nodes. OR

Metastases in infraclavicular (level III axillary) lymph nodes. OR

Metastases in clinically detectedc ipsilateral internal mammary lymph nodes in the presence of one or more positive level I, II axillary lymph nodes.

OR

Metastases in >3 axillary lymph nodes and in internal mammary lymph nodes with micrometastases or macrometastases detected by sentinel lymph node biopsy but not clinically detected.c

OR

Metastases in ipsilateral supraclavicular lymph nodes.

pN3a Metastases in ≥10 axillary lymph nodes (at least 1 tumor deposit >2.0 mm). OR

Metastases to the infraclavicular (level III axillary lymph) nodes.

pN3b Metastases in clinically detectedd ipsilateral internal mammary lymph nodes in the presence of one or more positive axillary lymph nodes;

OR

Metastases in >3 axillary lymph nodes and in internal mammary lymph nodes with micrometastases or macrometastases detected by sentinel lymph node biopsy but not clinically detected.c


(49)

Tabel 2.4. Metastasis (M)

M0 No clinical or radiographic evidence of distant metastases.

cM0(i+) No clinical or radiographic evidence of distant metastases, but deposits of molecularly or microscopically detected tumor cells in circulating blood, bone marrow, or other

nonregional nodal tissue that are ≤0.2 mm in a patient without symptoms or signs of metastases.

M1 Distant detectable metastases as determined by classic clinical and radiographic means and/or histologically proven >0.2 mm

Tabel 2.5. Pengelompokan Stadium

Stadium T N M

0 Tis N0 M0

IA T1b N0 M0

IB T0 N1mi M0

T1b N1mi M0

IIA T0 N1c M0

T1b N1c M0

T2 N0 M0

IIB T2 N1 M0

T3 N0 M0

IIIA T0 N2 M0

T1b N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

IIIB T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

IIIC Any T N3 M0


(50)

Tabel 2.6. Karnofsy Score performance Mampu melakukan aktivitas normal dan

bekerja, tidak ada perawatan khusus yang diperlukan.

100 Tidak ada keluhan, tidak ada bukti penyakit.

90 Mampu melakukan aktivitas normal, tanda dan gejala sakit ada sedikit 80 Aktivitas normal dengan usaha, ada

tanda-tanda atau gejala penyakit. Tidak mampu bekerja; bisa tinggal di rumah

dan merawat kebutuhan pribadi, sedikit bantuan yang diperlukan.

70 Peduli diri sendiri; tidak dapat melakukan aktivitas normal atau untuk melakukan pekerjaan aktif.

60 Membutuhkan bantuan sesekali, tetapi mampu merawat sebagian besar kebutuhan pribadinya.

50 Membutuhkan bantuan dan perawatan medis.

Tidak mampu merawat diri, membutuhkan perawatan institusional atau rumah sakit, menderita penyakit parah.

40 cacat, membutuhkan perawatan dan bantuan khusus.

30 Sangat cacat, diindikasi masuk rumah sakit meskipun kematian tidak dekat. 20 Sangat sakit, masuk rumah sakit

diperlukan, diperlukan pengobatan suportif aktif.

10 Sekarat, proses yang fatal maju pesat. 0 Mati

2.2.7. Tanda dan gejala

Gejala yang paling umum dari kanker payudara adalah benjolan atau massa baru. Massa yang tidak menyakitkan dan memiliki tepi yang tidak teratur lebih mungkin untuk menjadi kanker, tapi benjolan pada kanker payudara dapat lembut, bulat, atau lunak. Benjolan ini bahkan bisa menyakitkan. Untuk alasan ini, penting untuk setiap massa payudara baru atau benjolan diperiksa oleh perawatan kesehatan yang berpengalaman mendiagnosis penyakit payudara. Tanda-tanda lain yang mungkin merupakan gejala kanker payudara meliputi:

 Pembengkakan seluruh atau sebagian payudara (bahkan jika tidak ada benjolan yang berbeda dirasakan)

 Iritasi kulit atau dimpling  Nyeri puting atau payudara  Retraksi puting


(51)

 Kemerahan, atau penebalan pada puting atau kulit payudara  Nipple discharge (selain ASI)

Kadang-kadang kanker payudara dapat menyebar ke kelenjar getah bening di bawah lengan dan menyebabkan benjolan atau pembengkakan di sana, bahkan sebelum tumor asli di jaringan payudara cukup besar untuk dirasakan (ACS, 2013).

2.2.8. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Penunjang 1) Mammografi

Terdapat 2 tipe pemeriksaan mamografi: skrining dan diagnostik. Skrining mamografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik. Skrining mamografi direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk wanita berusia 40 tahun dan setiap tahun untuk wanita usia 50 tahun atau lebih. Untuk skrining mamografi, masing-masing payudara dibuat dalam posisi cranio-caudal (CC) dan medo-lateral oblique (MLO). Mammografi diagnosis dilakukan pada wanita yang simptomatik. Hal ini digunakan untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas payudara, untuk evaluasi jaringan sekitar dan kelenjar getah bening sekitar payudara. Untuk mamografi diagnosis, masing-masing payudara difoto dalam posisi cranio-caudal (CC), medo-lateral oblique (MLO), dan dapat ditambah dengan latero-medial (LM) atau medio-lateral (ML) (Suyatno & Pasaribu, 2010).

2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI scan merupakan instrumen yang sensitif untuk deteksi kanker payudara, karena itu MRI sangat baik untuk deteksi local recurrence pasca BCT (Breast Conserving Treatment) atau augmentasi payudara dengan implant, deteksi multifocal cancer dan sebagai tambahan terhadap mamografi pada kasus tertentu.sensitivitas MRI mecapai 98% namun spesifisitasnya rendah dan biayanya cukup mahal


(52)

(Suyatno & Pasaribu, 2010). 3) USG Payudara

Biasanya, USG payudara digunakan untuk menargetkan area spesifik yang ditemukan pada mammogram. USG membantu membedakan antara kista dan massa solid dan kadang-kadang dapat membantu membedakan antara tumor jinak dan kanker (ACS, 2013).

b. Biposi

Biopsi dilakukan bila mammogram, tes pencitraan lain, atau pemeriksaan fisik belum menemukan kelainan payudara yang mungkin kanker. Ada beberapa jenis biopsi, seperti biopsi aspirasi jarum halus, biopsi Core, dan biopsi bedah (ACS, 2013). FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi masa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kistik. Namun FNAB belum menjadi standar baku untuk diagnosis definitif (Suyatno & Pasaribu, 2010). Biopsi yang memberikan informasi histopatologi ialah biopsi Core, biopsi insisi, biopsi eksisi, potong beku dan ABBI (advance breast biopsy instrument). Hasil biopsi ini merupakan standar baku untuk diagnosis dan terapi. Masing-masing biopsi ini mempunyai keuntungan dan kerugian.


(53)

Tabel 2.7. Perbandingan Berbagai Jenis Biopsi

Masa Teknik Keuntungan Kerugian

Teraba

FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)

Biopsi Core

ABBI (Advance Breast Biopsy Instrument)

Biopsi insisi

Biopsi eksisi

Cepat, sedikit sakit, tanpa anastesi

Cepat, sakit minimal sedang, minimal sediaan 4 jaringan.

Dapat langsung eksisi, dengan tepi bebas tumor pada lesi kecil

Cepat, dapat dipastikan dengan potong beku dan pemeriksaan

Immunohistochemical

(IHC)

Dapat langsung evaluasi tepi sayatan dan pemeriksaan

Immunohistochemical

(IHC)

Ahli sitologi

berpengalaman, tidak bisa membedakan insitu dengan invasif,

false negatif. False negatif pada lesi kecil, tidak dapat dilakukan pada lesi dalam.

Alat masih mahal.

Memerlukan tambahan eksisi

Tidak bisa dilakukan pada tumor > 3 cm

Tidak teraba

FNAB Core Biopsi

ABBI dengan bantuan USG

Cepat, sudah banyak digunakan

Tidak teraba dan ada mikrokalsifikasi

Core biopsi stereotatic ABBI

Cepat

Dapat langsung eksisi dan evaluasi tepi sayatan

Mahal

Mahal

Sumber: Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi (Suyatno & Pasaribu, 2010) c. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium darah yang dianjurkan adalah darah rutin, alkalin fosfat, SGOT, SGPT, dan tumor marker. Kadar alkalin fosfat yang tinggi dalam darah mengindikasikan adanya metastasis ke liver, saluran empedu dan tulang. SGOT dan SGPT merupakan gambaran fungsi liver.


(54)

Kadar yang tinggi dalam darah mengindikasikan kerusakan atau metastasis pada liver. Tumor marker untuk kanker payudara adalah carcinoembryonic antigen (CEA), cancer antigen (CA) 15-3, dan CA 27.29 (Suyatno dan Pasaribu, 2010).

2.2.9. Penatalaksanaan

Menurut American Cancer Society, jenis utama dari pengobatan untuk kanker payudara adalah:

 Bedah : Classic Radical Mastectomy (CRM) Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing Mastectomi, Nipple Sparing Mastectomy dan Breast Conserving Treatment (BCT) (Suyatno & Pasaribu, 2010)

 Terapi radiasi  Kemoterapi  Terapi hormon  Terapi Target

2.3. Hubungan Lama Menyusui dengan Terjadinya Kanker payudara

Bagaimana menyusui dikaitkan dengan penurunan risiko kanker payudara mungkin berhubungan dengan perubahan diferensiasi kelenjar susu atau efek pada tingkat estrogen di payudara. Kelenjar susu berkembang saat pubertas dan mengalami perubahan perkembangan dengan setiap kehamilan. Selama bagian pertama dari setiap kehamilan, epitel payudara berproliferasi cepat, dan kemudian jaringan payudara mengalami diferensiasi akhir selama bulan-bulan terakhir kehamilan. Akibatnya, payudara mengandung persentase lobulus lebih tinggi. Diferensiasi lobuloalveolar dirangsang oleh estrogen, progesteron, plasenta laktogen, pertumbuhan plasenta, hormon oksitosin, dan prolaktin. Setelah melahirkan, menyusui dimulai sebagai hasil dari peningkatan kadar prolaktin. Laktasi dapat mengurangi risiko kanker payudara dengan mengubah hormonal lingkungan secara langsung. Menyusui juga dapat mengurangi risiko kanker


(55)

payudara secara tidak langsung dengan menunda pembentukan ovulasi kembali (Jernströ et al., 2004).

Dari beberapa mekanisme yang diusulkan untuk menjelaskan efek menyusui terhadap risiko kanker payudara, masih belum jelas yang mana yang terbaik dalam menjelaskan pengamatan epidemiologi. Penekanan hormon ovulator yang terjadi dengan menyusui berkepanjangan dapat mengurangi paparan siklik hormon reproduksi. Pengaruh perilaku dan lingkungan pada ekspresi faktor-faktor ini mungkin penting karena mereka terkait dengan onkogen, proto-onkogen, dan penekanan tumor ekspresi. Perubahan fisik langsung dalam payudara yang menyertai produksi susu juga dapat berkontribusi pada efek perlindungan (Newcomb et al., 1999).

Beberapa hipotesis telah diusulkan untuk menjelaskan hubungan timbal balik antara menyusui dan risiko kanker payudara. Salah satu mekanisme yang berkaitan dengan wanita ialah mengurangi paparan hormon ovarium selama menyusui. Estrogen dan progesteron mungkin memainkan peran dalam risiko kanker payudara dengan meningkatkan aktivitas mitosis sel-sel payudara, mengurangi paparan hormon ovarium selama menyusui mungkin menawarkan efek perlindungan. Laktasi juga dapat mencegah kanker payudara melalui apoptosis, dimana sel-sel disintergrasi menjadi partikel yang akan difagositosis oleh sel lain. Setelah seorang wanita berhenti menyusui, payudaranya mengalami involusi sambil sel-sel diserap kembali ke dalam tubuh. Reabsorpsi sel ini mungkin membuat penurunan risiko kanker payudara. Hipotesis lain menunjukkan bahwa efek perlindungan dari laktasi terjadi melalui perubahan struktural dalam jaringan payudara. Laktasi menyebabkan sel epitel untuk berdiferensiasi, berpotensi mengurangi kerentanan terhadap sel karsinogen (Furberg et al., 1999).

Mekanisme lain ialah berkaitan dengan keterlambatan onset menstruasi selama menyusui. Ini bisa mengurangi risiko kanker payudara karena risiko dapat berkorelasi secara positif dengan jumlah kumulatif siklus ovulasi, karena aktivitas mitosis ditingkatkan pada fase luteal dari siklus mestrual (Tryggvadóttir et al., 2001).


(56)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker payudara adalah kanker paling umum pada wanita dan peringkat kedua setelah kanker paru-paru sebagai penyebab utama kematian akibat kanker di kalangan perempuan di Amerika Serikat. pusat pengendalian penyakit memperkirakan bahwa lebih dari 192.370 wanita didiagnosis menderita kanker payudara setiap tahun, dan jumlah kasus baru telah menurun selama dekade terakhir. Lebih dari 40.000 wanita kehilangan nyawa mereka untuk penyakit ini setiap tahun (MD Anderson, 2013).

Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010, di Indonesia kanker menjadi penyebab kematian nomor 3 dengan kejadian 7,7% dari seluruh penyebab kematian karena penyakit tidak menular, setelah stroke dan penyakit jantung. Sementara itu, kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia, dengan proporsi sebesar 28,7% untuk kanker payudara, dan kanker leher rahim 12,8%, leukemia 10,4%, lymphoma 8,3% dan kanker paru 7,8% (DEPKES RI, 2010).

Berdasarkan data dari rekam medis RS Kanker Dharmais 2010, saat ini kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan. Di RS Dharmais sendiri, kanker payudara menduduki peringkat pertama dari 10 kanker terbesar (RS Kanker Dharmais, 2010).

Menurut data yang didapat dari Departemen Ilmu Bedah Divisi Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, didapati sebanyak 278 orang menderita kanker payudara pada tahun 2012 dengan pasien termuda didapati pada umur 27 tahun dan pasien tertua pada umur 78 tahun.

Terjadinya kanker payudara dapat dipengaruhi oleh beberapa jenis faktor risiko seperti umur, genetik, riwayat keluarga, umur pertama menarche, pengguanaan pil kontrasepsi, riwayat pemberian ASI, obesitas, dan alkohol (ACS, 2012).


(57)

Menyusui adalah cara normal memberi bayi nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Kolostrum yang terdapat dalam ASI diproduksi pada saat akhir kehamilan, direkomendasikan oleh WHO sebagai makanan sempurna untuk bayi yang baru lahir, dan pemberian makanan harus dimulai dalam satu jam pertama setelah lahir. Pemberian ASI eksklusif direkomendasikan sampai usia 6 bulan, dengan tetap menyusui bersama dengan makanan pendamping yang tepat hingga dua tahun atau lebih (WHO, 2013).

ASI dalam beberapa cara melindungi jaringan payudara seperti:  Meningkatkan ekskresi karsinogen larut dalam lemak.

 Tingkat karsinogen potensial (kolesterol/3-epoksida) lebih rendah dalam cairan payudara wanita selama menyusui dan sampai 2 tahun setelah menyusui. Tingkat estrogen juga lebih rendah pada cairan payudara dalam tahun-tahun setelah menyusui.

 Tingkat karotenoid yang lebih tinggi dalam kolostrum selama menyusui untuk kelahiran selanjutnya dibandingkan dengan kelahiran pertama. Sehingga Freudenheim et al., (1997) menyimpulkan bahwa laktasi dapat mengubah jaringan payudara sehingga jaringan kurang terkena karsinogen potensial dan lebih berpotensi terkena agen pelindung.

Berdasarkan teori diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara sehingga dapat diketahui berapa besar peningkatan risiko kanker payudara pada individu yang memberikan ASI < 6 bulan dan dapat berguna sebagai dasar dilakukannya upaya pencegahan pada individu yang berisiko.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

a. Apakah terdapat hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara ?


(58)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui adanya hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara.

1.3.2 Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui lama pemberian ASI sebagai faktor risiko kanker payudara. b. Mengetahui karateristik umur pasien yang menderita kanker payudara. c. Mengetahui berapa besar risiko lama pemberian ASI untuk menyebabkan

kanker payudara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1. Bagi Objek Penelitian

a. Seberapa besar risiko terjadinya kanker payudara akibat memberikan ASI < 6 bulan.

b. Pengetahuan atau informasi tentang bagaimana hubungan antara lama pemberian ASI dengan terjadinya kanker payudara.

1.4.2. Bagi RSUP Haji Adam Malik Medan

a. Menambah informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker payudara, sehingga berguna sebagai dasar upaya pencegahan terjadinya kanker payudara pada pasien di RSUP Haji Adam Malik Medan.

b. Sebagai data primer untuk mengetahui jumlah penderita kanker payudara akibat faktor risiko memberikan ASI < 6 bulan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

c. Bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berhubungan dengan penelitian ini.


(1)

8. Keluarga besar yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai dengan baik, penulis haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua dukungan tersebut.

9. Devi Nafilah Yuzar, Indah Sari Atika Sembiring, Masitah Nst, Rizki Masharida Nasution penulis ucapkan banyak terima kasih atas segala waktu, tenaga, dukungan dan bantuan yang tiada henti kalian berikan sehingga karya tulis ini dapat selesai pada waktunya.

10. Teman-teman seperjuangan penulis yang selalu mendukung penuh dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini

Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna proses penyempurnaannya. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2013 Penulis


(2)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Bagi Objek Penelitian ... 3

1.4.2. Bagi RSUP Haji Adam Malik Medan ... 3

1.4.3. Bagi Peneliti ... 4

1.4.4 Bagi Masyarakat... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pemberian ASI ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Epidemiologi ... 5

2.1.3. Anatomi Payudara ... 6

2.1.4. Fisiologi Menyusui ... 7

2.1.5. Komposisi ... 8

2.1.6. Klasifikasi Pemberian ASI ... 9

2.2. Kanker Payudara ... 11

2.2.1. Definisi ... 11

2.2.2. Epidemiologi ... 11

2.2.3. Etiologi ... 11

2.2.4. Klasifikasi ... 12

2.2.5. Faktor Risiko ... 13 2.2.6. Staging Kanker Payudara dan Karnofsky Score


(3)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 26

3.1. Kerangka Konsep ... 26

3.2. Definisi Operasional ... 26

3.3. Hipotesis ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Jenis Penelitian ... 28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.3. Populasi dan Sampel ... 28

4.3.1. Populasi ... 28

4.3.2. Sampel ... 28

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Metode Analisis Data ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 33

5.1.2. Karakteristik Responden ... 33

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 37

5.2. Pembahasan ... 38

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 42

6.2. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA………. 44 LAMPIRAN


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tumor primer (T) 16

2.2. Kelenjar Getah Bening Regional (N) 17

2.3. Patologis (pN) 17

2.4. Metastasis (M) 19

2.5. Pengelompokan Stadium 19

2.6. Karnofsky Score 20

2.7. Perbandingan Berbagai Jenis Biopsi 23

3.1. Definisi Operasional 26

4.1. Penyajian Hasil Pengumpulan Data 31

5.1. Distribusi Frekuensi Umur Pasien 34

5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden 34

5.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden 35

5.4. Distribusi Frekuensi Umur Pertama Menyusui 35

5.5. Distribusi Frekuensi Jumlah Anak 36

5.6. Distribusi Frekuensi Lama Pemberian ASI (Mean Duration)

36

5.7. Distribusi Frekuensi Lama Pemberian ASI (Lifetime Duration)

37

5.8. Hubungan Lama Pemberian ASI Dengan Terjadinya Kanker Payudara

37


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Anatomi payudara 6


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Lembar Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3 Lembar Persetujuan

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian (Panduan Wawancara) Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Lampiran 7 Data Induk