akhirnya berdampak pada kematian. Dampak kekurangan gizi akan meningkatkan prevalensi terjadinya kurang energi kronis. Kurang energi kronis sangat berisiko
untuk terjadinya berat bayi lahir rendah. Secara tidak langsung hal ini juga menunjukkan hubungan ketahanan pangan keluarga dengan kurang energi kronis,
dalam hal ini berdampak pada ibu dan bayi yang dikandungnya.
5.8.4. Hubungan Ketahanan Pangan dengan Preeklamsi
Berdasarkan studi kami, sosiodemografi respondenusia terbanyak responden adalah 30 tahun 57.1 dengan usia kehamilan 30 minggu 71.5
dan paritas terbanyak adalah primigravida 100. Sesuai dengan penelitian Rozikhan 2007 yang dilakukan di Rumah Sakit DR. H. Soewondo Kendal
tentang faktor-faktor risiko terjadinya preeklamsia. Hasil penelitian diperoleh bahwa dari48 responden yang mengalami hamil pertama mengalami preeklamsia
sebesar 31 31.0. sedangkan yang tidak mengalami preeklampsia hanya 17 17,0. Sedangkan pada responden dengan paritas lebih dari satu ,banyak yang
tidak mengalami preeklampsia yaitu 83 83,0 sedangkan yang mengalami preeklampsia sebanyak 69 69,0 Ini menunjukkan bahwa seorang ibu yang
mengalami hamil pertama mempunyai kecenderungan untuk mengalami preeklampsia. Hasil uji chi squarediperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan
antara paritas dengan terjadinya preeklampsia berat p=0,031. Dari nilai OR nya dapat disimpulkan bahwa ibu primigravida mempunyai risiko terjadi
preeklampsia 2,2 kali dibandingkan dengan seorang ibu multigravida. Pada primigravida atau ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam
menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone CRH
oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kotisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap semua stressor
dengan meningkatkan respons simpatis, termasuk respons yang ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah
Penelitian kami menunjukkan ada hubungan antara ketahanan pangan keluarga dengan kejadian preeklamsia p=0.002. Terdapat 7 responden yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami preeklamsi 6 responden dari kelompok rawan pangan dan 1 orang kelompok tahan pangan. Terjadinya preeklamsia sesuai dengan salah satu teori
penyebab preeklamsia yaitu teori defisiensi gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Penelitian pertama kali dilakukan di Inggris tentang pengaruh diet pada preeklamsia. Salah satu defisiensi gizi yang paling sering menyebabkan
preeklamsia adalah vitamin D. vitamin D memiliki peran penting dalam metabolisme tulang melalui regulasi kalsium dan fosfat. Selain meningkatkan
risiko preeklamsia menurut WHO defisiensi vitamin D juga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan diabetes mellitus pada kehamilan. Sebenarnya hal ini
dapat dicegah dengan mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan vitamin D seperti minyak ikan, telur, dan makanan fortifikasi.
Terdapat 3 faktor yang berhubungan secara signifikan pada kejadian preeklamsia yaitu, riwayat preeklampsia, variabel paritas dan variabel keturunan.
Dari tiga variabel tersebut setelah dilakukan uji interaksi diperoleh tidak terdapat interaksi antara ketiga variabel terhadap kejadian preeklampsia, artinya
bahwavariabel riwayat preeklampsia, paritas dan keturunan mempunyai peran sendiri- sendiri dengan terjadinya preeclampsia.Maksudnya adalah faktor intrinsik
seseorang merupakan faktor yang dapat menyebabkan kejadian preeklamsia.
Universitas Sumatera Utara
BAB6 KESIMPULANDANSARAN
6.1Kesimpulan
1. Usia responden terbanyak adalah 20 – 30 tahun 55.4, pendidikan responden terbanyak adalah SMA 67.8 dan pekerjaan ibu rumah
tangga 88.3 dengan usia kehamilan 21I30 minggu 42.8. Paritas terbanyakrespondenadalahmultigravida76.8denganpengeluaran≤
Rp1.000.000 2. Pada penelitian ini terdapat 56 responden. Dari 56 responden 17
responden30.4mengalamirawanpangandan38responden68.6 tahanpangan
3. Ada hubungan antara ketahanan pangan keluarga dengan anemia ibu hamil di kecamatan Binjai Selatan p=0.005. Jumlah responden yang
menderitaanemiaadalah18orang32.1 4. Adahubunganantaraketahananpangankeluargadenganlingkarlengan
atas ibu hamil di kecamatan Binjai Selatan p=0.001. jumlah responden yangmengalamikurangenergikronisadalah13orang23.2
5. Adahubunganantaraketahananpangankeluargadengapreeklamsiaibu hamil di kecamatan Binjai Selatan p=0.002. Jumlah responden yang
mengalamipreeklamsiaadalah7orang12.5.
6.2Saran
1. Perlunya peninggkatan ketahanan pangan untuk mengurangi kejadian anemia, KEK, dan preeklamsia pada ibu hamil di Kecamatan Binjai
Selatan. 2. Dinas Kesehatan Kota Binjai melakukan penyuluhan kembali terhadap
ibuhamildanmembantumenanggulangimasalahkesehatanibuhamil 3. Sebagai rekomendasi, sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti tentang
faktor – faktor lain yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan dan masalah–masalahkesehatanibuhamillainnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ketahanan Pangan Keluarga 2.1.1. Defenisi