Menurut Wetherell 1982, bahwa sel atau jaringan tanaman pada dasarnya dapat ditanam secara terpisah dalam suatu kultur in vitro. Sel dan jaringan yang
ditanam dengan cara ini, memiliki kemampuan untuk beregenerasi menjadi bagian yang diperlukan untuk bisa tumbuh normal, yaitu menjadi tumbuhan yang utuh.
Dengan kata lain bahwa di dalam masing- masing sel tumbuhan mengandung informasi genetik dan atau sarana fisiologis tertentu yang mampu membentuk
tanaman lengkap bila ditempatkan pada lingkungan yang sesuai. Kemampuan inilah yang kemudian dikenal sebagai totipotensi.
2.3 Media Kultur Jaringan
Media tanam untuk kultur jaringan adalah tempat tumbuh untuk eksplan. Media untuk menumbuhkan seleksplan tanaman pada dasarnya berisi unsur hara makro,
mikro, dan gula sebagai sumber karbon. Selain itu, media kultur juga dilengkapi dengan zat besi, vitamin, mineral, dan ZPT. Zat Pengatur Tumbuh sangat besar
peranannya didalam mengarahkan pertumbuhan sel tanaman. Kombinasi zat pengatur tumbuh yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan sel yang optimal
Wattimena, 1992. Media yang dipakai dalam kultur jaringan telah banyak dikembangkan oleh
beberapa peneliti. Di dalam media tersebut biasanya terkandung senyawa- senyawa kimia yang diperlukan oleh jaringan tanaman Drew 1980 dalam Wattimena et al.
1986. Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam media disusun dalam perimbangan tertentu. Perimbangan yang tepat dari senyawa penyusun tersebut
perlu dan menentukan tipe pertumbuhan yang akan terbentuk dari eksplan yang ditanam Drew 1980; Murashige 1977 dalam Wattimena et al.1986.
Setiap media kultur mempunyai spesifikasi yang tertentu. Media Murashige dan Skoog MS merupakan media kultur yang umum digunakan para ahli karena
dapat dipakai untuk mengkulturkan berbagai macam tanaman, contohnya anggrek. Sementara itu, media Vacin dan Went VW merupakan media kultur yang khusus
dipergunakan untuk anggrek Sandra, 2003. Keistimewaan medium MS adalah kandungan nitrat, kalium, dan amoniumnya yang tinggi Wetter Constabel
1991. Dari sekian banyak jenis media dasar yang digunakan dalam teknik kulturjaringan, tampaknya media MS mengandung jumlah hara organik yang layak
Universitas Sumatera Utara
untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur Gunawan, 1990.
Keberhasilan dalam teknologi serta penggunaan metode in vitro terutama disebabkan pengetahuan lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang
dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon gula, vitamin dan
pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen organik, berbagai asam organik, metabolit dan ekstrak tambahan tidak mutlak, tetapi dapat menguntungkan
ketahanan sel dan perbanyakannya Wetter Constabel 1991. Vitamin yang sering digunakan dalam media kultur jaringan adalah tiamin
B1, asam nikotin niacin, dan piridoksin B6. Vitamin ini berperan dalam reaksi enzimatik yang penting bagi pertumbuhan jaringan tanaman George Sherington,
1984. Selain itu penambahan mio-inisitol kedalam media juga diketahui dapat memperbaiki pertumbuhan bahan tanaman yang dikulturkan.
Gula merupakan komponen penting dalam media kultur untuk pertumbuhan dan perkembangan in vitro, sebab gula merupakan sumber energi yang biasa
didapat tanaman dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Sukrosa adalah sumber karbon terbaik George Sherrington, 1984. Agar sebagai bahan pemadat
merupakan polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies alga. Penggunaan agar berfungsi untuk menyangga eksplan sehingga kontak antara eksplan dengan
media terpenuhi Pierik, 1987. Umumnya konsentrasi agar yang ditambahkan pada media kultur berkisar antara 0,6- 1 Gunawan, 1988. Derajad asam pH media
adalah faktor penting yang mempengaruhi fungsi membran sel dan pH sitoplasma. Pengaruh pH harus juga mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kelarutan
garam- garam penyusun medi. Serapan ZPT oleh eksplan, serta efisiensi pembekuan agar Gunawan, 1988.
2.4 Eksplan