untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur Gunawan, 1990.
Keberhasilan dalam teknologi serta penggunaan metode in vitro terutama disebabkan pengetahuan lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang
dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon gula, vitamin dan
pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen organik, berbagai asam organik, metabolit dan ekstrak tambahan tidak mutlak, tetapi dapat menguntungkan
ketahanan sel dan perbanyakannya Wetter Constabel 1991. Vitamin yang sering digunakan dalam media kultur jaringan adalah tiamin
B1, asam nikotin niacin, dan piridoksin B6. Vitamin ini berperan dalam reaksi enzimatik yang penting bagi pertumbuhan jaringan tanaman George Sherington,
1984. Selain itu penambahan mio-inisitol kedalam media juga diketahui dapat memperbaiki pertumbuhan bahan tanaman yang dikulturkan.
Gula merupakan komponen penting dalam media kultur untuk pertumbuhan dan perkembangan in vitro, sebab gula merupakan sumber energi yang biasa
didapat tanaman dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Sukrosa adalah sumber karbon terbaik George Sherrington, 1984. Agar sebagai bahan pemadat
merupakan polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies alga. Penggunaan agar berfungsi untuk menyangga eksplan sehingga kontak antara eksplan dengan
media terpenuhi Pierik, 1987. Umumnya konsentrasi agar yang ditambahkan pada media kultur berkisar antara 0,6- 1 Gunawan, 1988. Derajad asam pH media
adalah faktor penting yang mempengaruhi fungsi membran sel dan pH sitoplasma. Pengaruh pH harus juga mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kelarutan
garam- garam penyusun medi. Serapan ZPT oleh eksplan, serta efisiensi pembekuan agar Gunawan, 1988.
2.4 Eksplan
Eksplan adalah potonganbagian jaringan yang diisolasi dari tanaman yang digunakan untuk inisiasi suatu kultur in vitro Sandra Karyaningsih 2000.
Hendaryono Wijayani 1994 menyatakan bahwa eksplan yang dipilih harus merupakan bagian-bagian tanaman yang mempunyai sel aktif membelah sel
meristem, karena sel tersebut mengandung hormon tanaman yang baik untuk membantu pertumbuhan. Eksplan yang diambil dari jaringan dewasa in
deferensiasi dalam waktu lama tidak akan membentuk kalus, sebab kemampuan untuk membentuk jaringan tidak ada. Meskipun dari tanaman dewasa ini terjadi
penambahan volume, tetapi tidak terjadi penambahan jumlah sel. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena proliferasi sel tidak terjadi sedangkan pada jaringan meristem akan terjadi penambahan sel.
Pada prinsipnya eksplan dapat diambil dari semua bagian tanaman baik dari jaringan akar, batang, dan daun. Biasanya sebagai bahan eksplan diambil bagian
yang bersifat meristematik Majnu 1975 dalam Wattimena et al.1986. penggunaan tunas pucuk, tunas samping, tunas bunga, daun bunga, daun, cabang muda, akar,
umbi, bagian-bagian embrio, anther, dan beberapa bagian lainnya sering dilakukan dalam kultur jaringan beberapa tanaman tertentu Haramaki Heuser 1980 dalam
Wattimena et al.1986. Ukuran eksplan yang dikulturkan bervariasi tergantung tujuan
pembiakannya. Eksplan ukuran besar lebih mudah terkontaminasi, sedangkan yang kecil lebih sedikit kemungkinannya terkena kontaminasi. Dalam hal ini ukuran
eksplan yang baik digunakan adalah antara 0,5- 1 cm Katuuk,1989.
2.5 Zat Pengatur Tumbuh
Salah satu komponen media yang menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung
pada tujuan dan tahap pengkulturan. Contohnya, pada kultur untuk menumbuhkan dan menggandakan tunas aksilar atau merangsang tumbuhnya tunas- tunas adventif,
ZPT yang digunakan adalah campuran sitokinin dengan auksin rendah Yusnita, 2003.
Menurut Hendaryono dan Wijayani 1994, ZPT dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan inhibitor dengan ciri
khas serta pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis. Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen media bagi pertumbuhan dan diferensiasi.
Tanpa penambahan ZPT dalam media, pertumbuhan sangat terhambat bahkan mungkin tidak tumbuh sama sekali. Pembentukan kalus dan organ-organ ditentukan
oleh penggunaan yang tepat dari ZPT tersebut Zat pengatur tumbuh ZPT adalah senyawa organik yang dalam jumlah
sedikit dapat merangsang, menghambat, dan mengubah proses fisiologi tumbuhan. Auksin dan sitokinin merupakan ZPT yang sering ditambahkan dalam media tanam
karena mempengaruhi pertumbuhan dan organogenesis dalam kultur jaringan dan organ. Auksin berperanan untuk pertumbuhan sel, menyebabkan dominasi apikal,
Universitas Sumatera Utara
dan pembentukan kalus. Auksin sintetik perlu ditambahkan karena auksin yang terbentuk secara alami sering tidak mencukupi untuk pertumbuhan eksplan George
et al. 2007. Sementara sitokinin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan mengatur pembelahan sel serta mempengaruhi diferensiasi tunas. Keseimbangan
konsentrasi antara auksin dan sitokinin merupakan kunci keberhasilan dalam kultur jaringan Pierik, 1987.
Auksin adalah salah satu hormon yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Menurut Wetherell 1982 peran
auksin dalam kultur jaringan yang pertama adalah merangsang pertumbuhan pucuk- pucuk baru, dan yang kedua adalah merangsang pembentukan akar. ZPT auksin
seperti asam 2.4-D dan NAA merupakan jenis ZPT yang stabil dibandingkan dengan IAA. Zat pengatur tumbuh 2,4-D pada konsentrasi rendah dapat
menginduksi terbentuknya kalus, tetapi pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan timbulnya mutasi karena 2,4-D bersifat herbisida dan akan menyebabkan
perubahan jaringan tanaman Goldsworty Mina, 1991. Benzil amino purin salah satu jenis sitokinin yang sering digunakan dalam
kultur jaringan. BAP merupakan turunan adenin yang disubstitusi pada posisi 6 yang bersifat paling aktif Wattimena, 1988. Di antara berbagai hormon sitokinin
sintetik, BAP paling sering digunakan karena sangat efektif menginduksi pembentukan daun dan penggandaan tunas, mudah didapat dan harganya relatif
murah George Sherrington, 1984. Pada eksplan yang ditambahkan hormon BAP sitokinin akan tumbuh tunas Satria, 2004. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan jumlah tunas maksimum, penentuan jenis ZPT dengan kombinasi metode pengkulturan merupakan salah satu kunci penting dalam kultur jaringan.
Pada penelitian yang dilakukan Nurwahyuni dan Puspa 1994 tentang induksi kalus Dioscorea composita dengan menggunakan kombinasi auksin dan
sitokinin. Dalam penelitannya menunjukkan bahwa konsentrasi auksin yang tinggi selain memacu pertumbuhan kalus juga mampu menghasilkan akar dari tanaman
D. composita. Menurut Wiendi et al. 1991 dan Purnamaningsih 2002, Kalus yang bersifat embriogenik adalah kalus yang memiliki sel berukuran kecil,
sitoplasma padat, inti besar, vakuola kecil dan mengandung butiran pati
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN