Berat Basah Kalus HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Suryowinoto 1996, proses mulai terbentuk kalus sampai diferensiasi berbeda- beda tergantung macam dan bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan.Menurut Tisserat 1985 dalam Irawati, 2005, di dalam suatu tumbuhan, jaringan yang muda umumnya mempunyai kemampuan berdiferensiasi lebih baik. Pemilihan ZPT juga merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pembentukan kalus tanaman yang dikulturkan. Pada perlakuan A B 0 ppm 2,4-D dan0 ppm BAP tidak terbentuknya kalus, eksplan hanya memperlihatkan penebalan dan tidak terbentuknya kalus walaupun dikultur dalam jangka waktu yang lama. Hal ini disebabkan karena hormon endogen dan eksogen yang terdapat pada eksplan tidak dapat mencukupi untuk merangsang pembentukan kalus,dengan kata lain eksplan mempunyai kandungan auksin yang rendah, sehingga masih membutuhkan tambahan auksin eksogen pada media kultur. Seperti yang dikatakan oleh Pierik 1987 bahwa auksin dikenal sebagai hormon yang mampu berperan menginduksi kalus. Menurut Klaus dan Haensch 2007 bahwa kombinasi tanpa 2,4-D tidak menunjukkan apapun embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik adalah proses terbentuknya embrio yang berasal dari sel-sel somatik tidak merupakan hasil dari peleburan gamet jantan dan gamet betina. Eksplan sering mati atau tidak mengalami perubahan. Sebagian dari eksplan tersebut membentuk sedikit kalus.Menurut Marlin 2005, pertumbuhan dan morfogenesis tanaman secara in vitro dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi ZPT yang ada dalam eksplan baik hormon endogen maupun eksogen. Menurut Gunawan 1987, konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda memberikan respon yang berbeda terhadap induksi kalus.

4.3. Berat Basah Kalus

Pertumbuhan dicirikan dengan bertambahnya berat yang irreversible, sehingga pengukuran berat segar kalus dapat mewakili variabel pertumbuhan kalus yang berasal dari eksplan tunas apikal tanaman kelapa sawit. Data pengamatan berat basah kalus dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 32. Dari data tersebut dapat diketahui masing- masing berat basah kalus pada tiap perlakuan. Adapun hasil uji rata- rata berat basah kalus tunas apikal kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Hasil Uji Rata- rata Berat Basah Kalus Tunas Apikal Kelapa Sawit ZPT Sitokinin B Rata-rata Auksin A B B 1 B 2 B 3 A - - - - - A 1 0,159 0,159 0,161 0,357 0,209a A 2 0,425 0,344 0,419 0,386 0,394b A 3 0,601 0,843 0,580 0,813 0,709c Rata-rata 0,296 0,337 0,290 0,389 Keterangan: A 0 ppm 2,4-D, A 1 110 ppm 2,4-D, A 2 120 ppm 2,4-D, A 3 130 ppm 2,4-D. B 0 ppm BAP, B 1 0,17 ppm BAP, B 2 0,23 ppm BAP, B 3 0,29 ppm BAP. Berdasarkan Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa berat kalus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A 3 B 1 130 ppm 2,4-D dan 0,17 ppm BAPsedangkan kalus yang yang memiliki berat terendah pada perlakuan A 1 B 110ppm 2,4-D dan 0ppm BAP. Dari Tabel 4.3. dapat diketahui bahwa 2,4-D memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat basah kalus hal ini disebabkan karena konsentrasi auksin yang sesuai dan tepat dalam memacu pembesaran dan perbanyakan sel sehingga berat kultur menjadi meningkat. Menurut Ruswaningsih 2007, berat segar secara fisiologis terdiri dari dua kandungan yaitu air dan biomasa. Berat basah yang besar ini disebabkan karena kandungan airnya yang tinggi. Menurut Rahayu et al. 2003, berat basah yang dihasilkan sangat tergantung pada kecepatan sel- sel tersebut membelah diri , memperbanyak diri, dan dilanjutkan dengan pembesaran kalus. Menurut Salisbury Ross 1995 zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam jumlah yang tepat memberikan pengaruh terhadap berat kultur. Auksin berperan pada perbesaran sel, sedangkan sitokinin merangsang pembelahan sel. Interaksi antara kedua zat pengatur tumbuh tersebut akan meningkatkan jumlah pada ukuran sel dalam jaringan sehingga dapat meningkatkan jumlah dan ukuran sel dalam jaringan sehingga dapat meningkatkan bobot berat basah. Hal ini terjadi pada perlakuan A 3 B 1 pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan diduga menginduksi sekresi ion H + keluar melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K + diambil, pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel, akibatnya air mudah masuk kedalam sel dan sel akan membesar Harjoko, 1999. Universitas Sumatera Utara Pada perlakuan A 1 B memberikan berat basah kalus yang terendah. Hal ini menunjukan bahwa kombinasi kedua ZPT pada taraf konsentrasi tersebut kurang tepat untuk pertumbuhan kalus. Kecepatan sel membelah diri dipengaruhi oleh kombinasi auksin dan sitokinin dalam konsentrasi tertentu, selain itu juga tergantung pada jenis tumbuhan faktor- faktor seperti media, ketersediaan unsur hara makro mikro, karbohidrat, adanya bahan tambahan seperti air kelapa dan juga faktor faktor fisik seperti cahaya, suhu, dan pH Gunawan, 1991.

4.4. Warna Kalus