Kultur Jaringan Kelapa Sawit

tulang-tulang daun sejajar. Panjang pelepah daun kelapa sawit adalah 5- 7 m, dalam satu pelepah terdapat 200- 400 helai anak daun. Dalam satu pohon kelapa sawit bisa terdapat lebih dari 60 pelepah Hadi, 2004. Menurut Hartley et al. 1977, kelapa sawit dibedakan ke dalam tiga tipe berdasarkan ketebalan cangkang buahnya yaitu dura, psifera, dan tenera. dura memiliki ketebalan cangkang 2- 8 mm, kandungan mesokarp sekitar 35- 55. Tenera memiliki ketebalan cangkang 0,5- 4 mm, kandungan mesokarp sekitar 60- 90. Psifera memiliki cangkang yang lebih tipis. Ketebalan cangkang dikendalikan oleh gen tunggal.

2.2 Kultur Jaringan Kelapa Sawit

Kultur jaringan terdiri dari dua kata yaitu kultur yang memiliki arti budidaya dan jaringan yang berarti sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama Nugroho Sugito, 2005. Menurut George Sherrington 1984, kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian tanaman baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Meskipun pada prinsipnya semua sel dapat ditumbuhkan, sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh. Perbanyakan melalui kultur in vitro dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu pembentukan tunas adventif, proliferasi tunas lateral, dan embriogenesis somatik. Proliferasi tunas lateral dapat dilakukan dengan cara mengkulturkan tunas aksilar atau tunas terminal ke dalam media yang mempunyai komposisi yang sesuai untuk proliferasi tunas sehingga diperoleh penggandaan tunas dengan cepat. Setiap tunas yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penggandaan tunas selanjutnya sehingga diperoleh tunas yang banyak dalam waktu yang relatif lebih singkat. Menurut Mariska Sukmadjaja 2003, faktor perbanyakan dengan teknik kultur in vitro jauh lebih tinggi dari cara konvensional. Selain itu, teknologi ini juga lebih menjamin keseragaman, bebas penyakit, dan biaya pengangkutan yang lebih murah. Upaya peningkatan budidaya pertanian melalui kultur jaringan merupakan teknik penciptaan yang didukung perkembangan studi sel, kimia, biokimia nutrisi, biomolekul dan fisiologi sel. Secara umum kultur jaringan disebut juga kultur in vitro yakni budidaya dalam botol yang menggunakan sel, jaringan dan organ tanaman yang ditumbuhkembangkan menjadi individu normal dalam lingkungan aseptik serta diberi nutrisi yang sesuai Santoso dan Nursandi, 2004. Universitas Sumatera Utara Menurut Wetherell 1982, bahwa sel atau jaringan tanaman pada dasarnya dapat ditanam secara terpisah dalam suatu kultur in vitro. Sel dan jaringan yang ditanam dengan cara ini, memiliki kemampuan untuk beregenerasi menjadi bagian yang diperlukan untuk bisa tumbuh normal, yaitu menjadi tumbuhan yang utuh. Dengan kata lain bahwa di dalam masing- masing sel tumbuhan mengandung informasi genetik dan atau sarana fisiologis tertentu yang mampu membentuk tanaman lengkap bila ditempatkan pada lingkungan yang sesuai. Kemampuan inilah yang kemudian dikenal sebagai totipotensi.

2.3 Media Kultur Jaringan