7
2.1.7 Kandungan kimia
Kulit kayu dan kulit akar mengandung toosendamin C
30
H
38
O
11
dan komponen yang larut C
30
H
40
O
12
. Selain itu juga terdapat alkaloid azaridine margosina, kaempferol, resin, tanin, n-triacon-
tane, -sitosterol dan triterpen kulinone. Biji mengandung resin yang sangat beracun dan 60 minyak lemak.
Daun mengandung alkaloid paraisina, flavonioid rutin, zat pahit, saponin, tanin, steroida dan kaemferol Yuniarti, 2008.
2.1.8 Manfaat tumbuhan mindi
Tumbuhan mindi Melia azedarach L. mempunyai manfaat yang serbaguna atau multipurpose spesies. Kulit batang dan daun dimanfaatkan
sebagai obat sakit kepala, demam, antiseptik, peptisida dan obat kanker. Kulit mindi dipakai sebagai penghasil obat untuk mengeluarkan cacing usus. Kulit,
daun dan akar mindi telah digunakan sebagai obat rematik, demam, bengkak dan radang Khan, et al., 2008. Pernyataan diatas dipertegas oleh Sudharmono,
2014 bahwa tumbuhan mindi banyak dimanfaatkan untuk mengobati darah tinggi, sakit lambung, nyari perut, jamur di kulit kepala, obat pencahar,
perangsang muntah, peluruh kencing dan cacingan. Seluruh bagian tumbuhan berkhasiat sebagai pembunuh serangga.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan
Universitas Sumatera Utara
8 minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM RI, 2000.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrak zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan Ditjen POM RI, 1995.
2.2.1 Metode ekstraksi
Menurut Ditjen POM RI, 2000, metode ekstraksi adalah cara dingin dan cara panas.
a. Cara Dingin Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari: maserasi dan perkolasi.
1. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu terus-menerus. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
Universitas Sumatera Utara
9 tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus-menerus
sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan. b. Cara Panas
1. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
Umumnya dilakukan
pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
2. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti Digestasi adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
⁰C. 4. Infudasi
Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98
⁰C selama waktu tertentu 15-20 menit. 5. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infus pada waktu y ang lebih lama ≥30 menit dan
temperatur sampai titik didih air Ditjen POM RI, 2000.
Universitas Sumatera Utara
10
2.2.2 Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik yang mana suatu larutan biasanya dalam air dibuat bersentuhan dengan pelarut kedua biasanya pelarut
organik, yang pada hakikatnya tidak tercampurkan, pada proses ini terjadi pemindahan satu atau lebih zat terlarut solute ke dalam pelarut yang kedua
Bassett, dkk., 1994. Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan senyawa organik berdasarkan kelarutan senyawa-senyawa tersebut dalam dua pelarut yang
tidak saling bercampur, biasanya antara pelarut air dan pelarut organik seperti metanol, etanol, etilasetat, n-heksana dan petroleum eter Dey, 2012.
Pemisahan yang dilakukan bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah, yang dapat dilakukan dengan cara mengocok-ngocok dalam sebuah corong pisah
selama beberapa menit Bassett, dkk., 1994. Solut atau senyawa organik akan terdistribusi ke dalam fasenya masing-masing bergantung pada kelarutannya
terhadap fase tersebut dan kemudian akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang dapat dipisahkan dengan membuka kunci pipa
corong pisah Odugbemi, 2008. Kebanyakan ekstraksi cair-cair dilakukan dengan menggunakan corong pisah. Analit-analit yang mudah terekstraksi dalam
pelarut organik adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen dengan substituent yang mudah mengalami ionisasi dan senyawa polar lainnya
akan tertahan dalam fase air Gandjar dan Rohman, 2007. Pelarut organik yang dipilih untuk ekstraksi pelarut adalah pelarut yang
mempunyai kelarutan yang rendah dalam air 10, dapat menguap sehingga memudahkan penghilangan pelarut organik setelah dilakukan ekstraksi dan
mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya kontaminasi sampel Gandjar dan Rohman, 2007.
Universitas Sumatera Utara
11
2.3 Sterilisasi