35 dalam asam sebesar 0,43. Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan
jumlah silikat, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1998.
Hasil karakterisasi simplisia daun mindi Melia azedarach L dijumpai pada Materi Medika Indonesia VI sehingga
dari hasil penelitian ini memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan penelitian. Hasil perhitungan karakterisasi simplisia daun mindi meliputi
penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 53.
4.3 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi
Ekstraksi daun mindi menggunakan metode maserasi yang diekstraksi dengan pelarut etanol 80 untuk mendapatkan ekstrak etanol. Diharapkan
senyawa-senyawa aktif yang terkandung di dalamnya dapat tersari sempurna. Hasil penyarian dari 500 g serbuk simplisia daun mindi Melia azedarach L
diperoleh ekstrak etanol 45,38 g, sehingga diperoleh rendeman sebesar 9,07. Ekstrak etanol kemudian dilakukan fraksinasi ekstraksi cair-cair menggunakan
pelarut n-heksana dan aquadest, dari 20 g ekstrak diperoleh fraksi n-heksana 2,588 g, selanjutnya fraksi air di fraksinasi dengan etilasetat sehingga diperoleh
fraksi etilasetat 4,006 g Harborne, 1987.
4.4 Hasil Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia digunakan untuk menentukan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam tumbuhan. Hasil skrining fitokimia terhadap
serbuk simplisia Ekstrak etanol, Fraksi n-Heksana dan fraksi etilasetat Melia azedarach L menunjukkan bahwa daun mindi Melia azedarach L
Universitas Sumatera Utara
36 mengandung golongan senyawa metabolit sekunder seperti yang terlihat pada
Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak daun mindi
Melia azedarach L. No.
Parameter Serbuk
Simplisia Ekstrak
Etanol Fraksi n-
Heksana Fraksi
etilasetat 1.
Alkaloid +
+ -
+ 2.
Flavonoid +
+ -
+ 3.
Glikosida +
+ -
+ 4.
Glikosida antrakinon -
- -
- 5.
Saponin +
+ -
+ 6.
Tanin +
+ -
+ 7.
SteroidTriterpenoid +
+ +
- Keterangan:
+ positif : mengandung golongan senyawa - negatif : tidak mengandung golongan senyawa
Hasil skrining yang dilakukan pada penelitian ini terhadap serbuk simplisia dan ekstrak etanol menunjukkan hasil postif pada senyawa polar, semipolar dan
non polar yaitu alkaloid, glikosida, flavonoid, saponin, tanin dan steroidtriterpenoid. Fraksi n-heksana hanya mengandung senyawa nonpolar
yaitu steroidtriterpenoid dan fraksi etilasetat mengandung senyawa polar dan semipolar seperti alkaloid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin. Tumbuhan
mindi Melia azedarach L mengandung alkaloid, steroid, tanin, flavonoid, glikosida dan saponin Ahmed, et al., 2012 sebagai senyawa metabolit sekunder
yang memiliki potensi sebagai antibakteri Robinson, 1995.
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-heksana, Fraksi etilasetat Daun Mindi Melia azedarach L. Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri rata-rata Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan
Tabel 4.4 Data hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
37 bakteri rata-rata dapat dilihat pada
Lampiran 8 dan Lampiran 9.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
rata-rata Staphylococcus aureus No.
Konsentrasi mgml Diameter Daerah Hambatan mm
Ekstrak Etanol Fraksi
n- Heksana Fraksi
Etilasetat 1.
500 20,33
17,76 21,06
2 400
18,43 16,70
20,0 3
300 16,63
14,61 18,5
4 200
15,16 13,86
15,6 5
100 14,16
13,0 14,83
6 75
12,67 12,73
13,73 7
50 11,13
10,63 11,67
8 25
9,26 8,53
9,8 10
Blanko DMSO -
- -
Hasil pengukuran diameter daya hambat menujukkan hasil yang efektif dari ekstrak etanol dan etilasetat daun mindi Melia azedarach L. yang sama
sebesar 100 mgml terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter daya hambat yang berbeda masing-masing 14,16 mm dan 14,83 mm, serta fraksi
n-heksan menunjukkan konsentrasi yang berbeda sebesar 300 mgml dengan diameter daya hambat 14,61 mm.
Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
rata-rata Escherichia coli No.
Konsentrasi mgml Diameter Daerah Hambatan mm
Ekstrak Etanol
Fraksi n- Heksana
Fraksi Etilasetat
1. 500
19,16 17,0
20,20 2
400 17,50
15,93 18,63
3 300
15,56 14,10
16,53 4
200 14,33
13,16 14,50
5 100
13,13 12,67
13,56 6
75 11,63
11,93 12,50
7 50
10,20 10,06
11,03 8
25 9,06
8,06 9,3
10 Blanko DMSO
- -
- Keterangan :
D = Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri rata- rata
- = Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri
DMSO = Dimetilsulfoksida
Universitas Sumatera Utara
38 Hasil pengukuran diameter daya hambat menunjukkan hasil yang efektif
dari ekstrak etanol dan etilasetat daun mindi Melia azedarach L. pada konsentrasi yang sama sebesar 200 mgml terhadap bakteri Escherichia coli
dengan diameter daya hambat yang berbeda masing-masing 14,33 mm dan 14,50 mm, serta pada fraksi n-heksan menunjukkan konsentrasi yang berbeda sebesar
300 mgml dengan diameter daya 14,10 mm. Pada Tabel 4.3 dan 4.4 terlihat bahwa batas daerah hambat yang dinilai
efektif yang memenuhi persyaratan Ditjen POM RI, 1995, dengan diameter daya hambat lebih kurang 14-16 mm.
Berdasarkan dari hasil pengukuran daerah hambat, hasil pengukuran diameter daerah hambatan fraksi etilasetat daun mindi Melia azedarach L
menunjukkan aktivitas terkuat pertama dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dibandingkan dengan ekstrak etanol
dan fraksi n-heksan. Hal ini dikarenakan keberadaan metabolit sekunder menjadi faktor penting melalui mekanismenya terhadap bakteri dimana kandungan
metabolit sekunder yang terdapat pada fraksi etilasetat yaitu alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin.
Anisah, dkk., 2014 menyampaikan bahwa Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel bakteri. Cowan 1999 mengemukakan bahwa
flavonoid sebagai antibakteri dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri
dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Nuria, dkk., 2009 menyatakan bahwa saponin sebagai antibakteri dengan menurunkan tegangan
Universitas Sumatera Utara
39 permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas senyawa intraseluler
akan keluar. Dipertegas oleh Ngajow, dkk., 2013 senyawa saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan, lalu mengikat membran
sitoplasma dan mengganggu serta mengurangi kestabilan. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel. Agen
antimikroba yang mengganggu membran sitoplasma bersifat bakterisida. Cowan 1999 berpendapat bahwa tanin memiliki aktifitas antibakteri yang berhubungan
dengan kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba juga menginaktifkan enzim dan mengganggu transport protein pada lapisan dalam sel.
Ekstrak etanol daun mindi Melia azedarach L menunjukkan aktivitas terkuat kedua dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli dibandingkan dengan fraksi etilasetat dan fraksi n-heksan. Hal ini dikarenakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak
etanol daun mindi mengandung jumlah senyawa polifenol yang dipertegas oleh Ahmed, et al., 2012 bahwa ekstrak etanol daun mindi mengandung jumlah
tertinggi senyawa polifenol. Polifenol merupakan senyawa organik yang diketahui aktif menghambat beberapa jenis bakteri
.
Pernyataan diatas ditambahkan lebih lanjut oleh Anisah, dkk., 2014 bahwa salah satu contoh
golongan senyawa polifenol adalah flavonoid.
Dilihat dari hasil skrining fitokimia menunjukkan senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada
ekstrak etanol lebih banyak dibandingkan fraksi etil asetat namun diameter zona bening yang dihasilkan lebih kecil daripada fraksi etilasetat. Penjelasan lebih
lanjut diterangkan oleh penelitian Marliana, dkk., 2010 bahwa hal tersebut disebabkan karena adanya kerja yang tidak sinergis antara senyawa metabolit
sekunder dalam ekstrak etanol dalam peranannya sebagai antibakteri.
Universitas Sumatera Utara
40 Fraksi n-Heksana daun mindi Melia azedarach L menunjukkan aktivitas
terkuat ketiga dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dibandingkan dengan fraksi etilasetat dan ekstrak etanol.
Hal ini dikarenakan kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada fraksi n- heksan daun mindi yaitu steroidtriterpenoid. Aktifitas antibakteri triterpenoid
diduga melibatkan pemecahan membran oleh komponen-komponen lipofilik Ngajow, dkk., 2013.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa urutan ekstrak dan fraksi daun mindi yang memberikan daya hambat efektif terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yaitu fraksi etilasetat, ekstrak etanol dan fraksi n-heksana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bakteri Staphylococcus aureus memiliki zona hambat lebih besar dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli
pada berbagai variasi konsentrasi larutan uji. Menurut Anisah, dkk., 2014, perbedaan daya hambat dari ekstrak terhadap bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif dikarenakan perbedaan dari struktur susunan dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari lapisan peptidoglikan yang berbeda antara bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif memiliki tiga lapisan peptidoglikan yang terdiri dari fosfolipid, protein dan lipopolisakarida dengan
kandungan lipid sebesar 11 – 22. Bakteri gram negatif hanya terdiri dari dua
lapisan yaitu lipopolisakarida dan protein dengan kandungan lipid sebesar 1 -
4.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap daun mindi Melia azedarach L. diperoleh kesimpulan:
a. Simplisia daun mindi memenuhi persyaratan Materia Medika Indonesia
dengan hasil karakterisasi simplisia daun mindi diperoleh kadar air 5,94, kadar sari larut dalm air 17,78, kadar sari larut dalam etanol 11,32, kadar
abu total 7,11 dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,43 . b.
Hasil skrining serbuk simplisia dan ekstrak etanol menunjukkan hasil postitif pada alkaloid, glikosida, flavonoid, saponin, tanin dan steroidtriterpenoid.
Fraksi n-heksana hanya mengandung steroidtriterpenoid dan pada fraksi etilasetat mengandung alkaloid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin.
c. Ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan aktivitas terbesar hingga terkecil berturut-turut yaitu pada fraksi
etilasetat, ekstrak etanol dan fraksi n-heksana.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasi ekstrak etanol daun mindi Melia azedarach L sebagai obat antidiare dan obat luka dengan
terlebih dahulu melakukan pengujian toksisitas.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi habitat, morfologi, sistematika, sinonim, nama
daerah, nama asing, kandungan kimia dan manfaat dari tumbuhan. 2.1.1 Habitat
Tumbuhan ini cepat tumbuh dan berkembang di semua negara tropis dan subtropis, di Jawa mindi tidak tumbuh liar, tapi awalnya ditanam untuk pohon
peneduh pada perkebunan kopi pada zaman pendudukan Belanda Heyne, 1987. Tumbuhan ini pertama kali dikenal dan dinaturalisasi di Filipina dan
dikembangkan secara khas di Manila sampai sekarang Khan, et al., 2008.
2.1.2 Morfologi
Tumbuhan bercabang banyak ini mempunyai kulit batang yang berwarna cokelat tua, dengan ketinggian sampai 4 meter. Daunnya majemuk, menyirip
ganda, tumbuh berseling. Anak daun berbentuk bulat telur sampai lanset, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat atau tumpul, permukaan atas daun
berwarna hijau tua, bagian bawah hijau muda Yuniarti, 2008. Pada tumbuhan masih muda memiliki kulit licin dan berlentisel, kayu
gubal putih coklat, kayu teras coklat kemerahan. Bunga majemuk malai, pada ketiak daun panjang malai 10-22 cm, warna keunguan, berkelamin dua
biseksual atau bunga jantan dan bunga betina pada tumbuhan yang sama. Buah bulat atau jorong, yang tidak membuka, ukuran 2-4 cm x 1-2 cm, kulit luar tipis,
licin, berkulit kering keriput, buah muda hijau, buah masak kuning, dalam satu buah umumnya terdapat 4-5 biji. Biji kecil 3,5x1,6 mm, lonjong, licin, warna
Universitas Sumatera Utara
6 coklat, biji kering warna hitam Sharma dan Paul, 2013.
2.1.3 Sistematika
Sistematika tumbuhan mindi Sukrasmo, 2003
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Meliaceae
Marga : Melia
Jenis : Melia azedarach L.
2.1.4 Sinonim
Sinonim Tumbuhan mindi adalah Melia dubia auct. non. Cav. How et T. Chen, Melia dubia Cav., Melia japonica G. Don. dan Melia toosendan Sieb.et
Zucc Yuniarti, 2008.
2.1.5. Nama daerah
Renceh, mindi Sumatera; gringging, cakra-cikri Jawa Yuniarti, 2008.
2.1.6 Nama asing
Chinna berry, China tree Inggris Permadani, 2008 ; Alelaila Puerto Rico; Jacinto Panama; Aleli Venezuela; lilac India barat; Cinnamomum
Brazil Khan, et al., 2008 ; Lelaila, Aleli, Pasilla, Violeta Singapura; giant paradise Argentina; Kuia China; Chiwesischer holunder, Poteronosterbaurn,
Paradiesbaurn, Persicher fleider Jerman; Lilas des indes, Lilas de chine, Lilas de perse, Paraiso, Margoiser, Margoiser Perancis; Bakain, Ramyaka, Drek,
Dharek, Karmuka, Keshamushti, Khammaga, Ghoranim, Kalo neem, Bakan Limado, Bakai Nimbu, Neem dan Malaivernba India Sharma dan Paul, 2013.
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.7 Kandungan kimia
Kulit kayu dan kulit akar mengandung toosendamin C
30
H
38
O
11
dan komponen yang larut C
30
H
40
O
12
. Selain itu juga terdapat alkaloid azaridine margosina, kaempferol, resin, tanin, n-triacon-
tane, -sitosterol dan triterpen kulinone. Biji mengandung resin yang sangat beracun dan 60 minyak lemak.
Daun mengandung alkaloid paraisina, flavonioid rutin, zat pahit, saponin, tanin, steroida dan kaemferol Yuniarti, 2008.
2.1.8 Manfaat tumbuhan mindi
Tumbuhan mindi Melia azedarach L. mempunyai manfaat yang serbaguna atau multipurpose spesies. Kulit batang dan daun dimanfaatkan
sebagai obat sakit kepala, demam, antiseptik, peptisida dan obat kanker. Kulit mindi dipakai sebagai penghasil obat untuk mengeluarkan cacing usus. Kulit,
daun dan akar mindi telah digunakan sebagai obat rematik, demam, bengkak dan radang Khan, et al., 2008. Pernyataan diatas dipertegas oleh Sudharmono,
2014 bahwa tumbuhan mindi banyak dimanfaatkan untuk mengobati darah tinggi, sakit lambung, nyari perut, jamur di kulit kepala, obat pencahar,
perangsang muntah, peluruh kencing dan cacingan. Seluruh bagian tumbuhan berkhasiat sebagai pembunuh serangga.
2.2 Ekstraksi