11
2.3 Sterilisasi
Proses sterilisasi
merupakan proses
penghilangan semua
jenis mikroorganisme yang hidup. Metode-metode sterilisasi yaitu :
1. Metode Sterilisasi Fisika, meliputi sterilisasi pemanasan basah, pemanasan
kering dan radiasi. a.
Sterilisasi pemanasan basah, Teknik sterilisasi ini yang paling pasti adalah penggunaan uap air disertai tekanan, yang dilakukan dalam alat yang
disebut otoklaf. Metode ini dilakukan dengan suhu 121 C dengan waktu
15 menit. b.
Sterilisasi pemanasan kering, Alat-alat yang akan disterilkan dengan cara ini, ditempatkan di dalam oven dimana suhunya dapat mencapai 160-
170 C selama 1-2 jam.
c. Radiasi : proses dikeluarkannya energi dalam bentuk gelombang sinar
UV, radiasi energi tinggi yang terpancar dari isotop radioaktif seperti Co
60
Sinar atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis elektron sinar katoda sinar .
2. Metode Sterilisasi Kimia, metode ini dilakukan untuk bahan-bahan yang
mudah rusak bila disterilkan dalam suhu tinggi. Salah satu sterilisasi kimia yang dapat digunakan cairan desinfektan, berupa senyawa aldehid, hipoklorit,
fenolik dan alkohol. 3.
Metode Sterilisasi Penyaringan Bakteri, metode ini digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan pemanasan, sangat baik untuk sediaan-sediaan
farmasi steril yang harus dibuat segar. Pada proses ini digunakan membran filter yang terbuat dari selulosa asetat. Membran filter tidak dapat digunakan
untuk menyaring virus Lee, 1983.
Universitas Sumatera Utara
12
2.4 Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniselular dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Reproduksi terutama
dengan pembelahan biner sederhana yaitu suatu proses aseksual. Beberapa dapat tumbuh pada 0
C, ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air panas yang suhunya 90
C atau lebih Irianto, 2013.
2.4.1 Ukuran bakteri
Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun panjangnya, bakteri yang khas berdiameter sekitar 0,5 sampai 1,0 µm dan panjangnya 1,5 sampai 2,5
µm Irianto, 2013.
2.4.2 Bentuk bakteri
1. Golongan basil berbentuk batang dengan panjang yang bervariasi. Sebagian besar basil tampak sebagai batang tunggal yang disebut monobasil. Basil
dapat bergandengan dua-dua yang disebut diplobasil, yang bergandeng- gandengan panjang membentuk rantai disebut streptobasil Pratiwi, 2008.
Monobasil Diplobasil
Streptobasil
Gambar 2.1 Bentuk Bakteri Basil
2. Golongan spiral merupakan bakteri yang memiliki satu atau lebih lekukan dan
mempunyai berbagai variasi. Bakteri yang berbentuk batang melengkung menyerupai koma disebut vibrio. Bakteri yang berpilin kaku disebut spiral,
sedangkan bakteri yang berpilin fleksibel disebut spirochaeta Irianto, 2006.
Spiral Vibrio Spirochaeta
Gambar 2.2 Bentuk Bakteri Spiral
Universitas Sumatera Utara
13 3. Golongan Kokus merupakan bakteri yang berbentuk bulat dinamakan kokus
coccus dan mempunyai beberapa variasi. Kokus yang berbentuk tunggal, ini disebut monokokus. Kokus yang bergandeng dua-dua, ini disebut diplokokus;
Kokus yang bergandengan empat dan membentuk bujursangkar, ini disebut tetrakokus; Kokus yang bergerombol membentuk kubus, ini disebut sarcina;
kokus yang berbentuk sekelompok sel yang tidak teratur, sehingga terbentuknya mirip dompolan buah anggur disebut stafilokokus; Kokus
bergandeng-gandengan memanjang
membentuk rantai,
ini disebut
steptokokus Tamher, 2002.
Monokokus Diplokokus
Tetrakokus
Sarkina Streptokokus
Stafilokokus
Gambar 2.3 Bentuk Bakteri Kokus 2.4.3 Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah : a.
Suhu Seperti halnya makhluk hidup tingkat tinggi, untuk pertumbuhannya
bakteri memerlukan suhu tertentu. Berdasarkan suhu yang diperlukan untuk tumbuh, bakteri dapat dibagi menjadi :
a bakteri psikrofil yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu antara 0 - 20ᴼC dengan
suhu optimal 25
o
C. b
bakteri mesofil yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu antara 25 - 40ᴼC dengan suhu optimal 37
o
C
Universitas Sumatera Utara
14 c
bakteri termofil yaitu bakteri yang tumbuh antara suhu 50-60ᴼC Dzen, dkk., 2003.
b. pH
pH merupakan indikasi konsentrasi ion hidrogen. Peningkatan dan penurunan konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan ionisasi gugus-gugus
dalam protein, amino dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan denaturasi protein yang mengganggu pertumbuhan sel Pratiwi, 2008.
Mikroorganisme memerlukan pH tertentu untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme asidofil tumbuh pada pH 1,0-5,5; Mikroorganisme neutrofil
tumbuh pada pH 5,5- 8,5 dan mikroorganisme alkalofil tumbuh pada pH 9-11,0 Jawetz, et al., 2007.
c. Tekanan osmosis
Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel
karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Medium yang baik untuk pertumbuhan sel adalah medium isotonis terhadap sel tersebut. Dalam
larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma
mengerut dan lepas dari dinding sel plasmolisis Pratiwi, 2008. d.
Oksigen Mikroorganisme dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan kebutuhannya
akan oksigen, yaitu: a
Bakteri aerob yaitu bakteri yang untuk pertumbuhannya memerlukan adanya oksigen.
b Bakteri anaerob yaitu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen dalam
pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara
15 c
Bakteri anaerob fakultatif yaitu bakteri yang tumbuh dengan ada atau tanpanya oksigen.
d Bakteri mikroaerofilik yaitu bakteri yang memerlukan oksigen tetapi dalam
konsentrasi terendah Pratiwi, 2008.
2.4.4 Faktor pertumbuhan bakteri
Fase pertumbuhan bakteri meliputi fase penyesuaian, fase pembelahan, fase statisioner dan fase kematian.
a. Fase penyesuaian lag phase Fase ini merupakan fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu
lingkungan yang baru. Ciri –ciri fase ini yaitu tidak ada pertambahan jumlah sel,
yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mokroorganisme dan media pertumbuhan.
b. Fase pembelahan log phase Pada fase ini kecepatan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri
terjadi sangat cepat dan maksimum. Komposisi sel bakteri dan bahan metabolitnya relatif konstan untuk jangka waktu tertentu. Hal ini tergantung dari
sifat-sifat alamiah bakteri dan keadaan lingkungannya. Keadaan ini dipertahankan sampai keadaan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
c. Fase stasioner stationary phase Pada fase ini kecepatan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri
mencapai titik terendah atau boleh dikatakan nol. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan telah berubah dan tidak menguntungkan bagi pertumbuhan maupun
perkembangbiakan bakteri dikarenakan nutrisi telah habis dan terjadi penumpukan hasil metabolik yang bersifat toksis. Jumlah sel bakteri yang hidup
tampak konstan, hal ini terjadi karena jumlah sel yang baru terbentuk seimbang
Universitas Sumatera Utara
16 dengan jumlah sel yang mati.
d. Fase penurunan death phase Ciri-ciri fase ini, terjadinya peningkatan kematian sel bakteri sehingga
terjadi penurunan populasi bakteri Dzen, dkk., 2003.
2.5 Uraian Bakteri Uji 2.5.1 Bakteri Staphylococcus aureus