31 dengan konsentrasi 400 mgmL, 300 mgmL, 200 mgmL, 100 mgmL, 75
mgmL, 50 mgmL, 25 mgmL. Dilakukan prosedur yang sama dengan fraksi n- heksana dan fraksi etilasetat.
3.13 Pembiakan Bakteri 3.13.1 Pembuatan stok kultur bakteri
Satu koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril. Koloni bakteri tersebut kemudian ditanamkan pada media nutrient agar miring dengan
cara menggores, setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37
o
C selama 18 - 24 jam Ditjen POM RI, 1995.
3.13.2 Penyiapan inokulum bakteri
Koloni bakteri diambil dari stok kultur bakteri yang telah tumbuh pada media nutrient agar miring diambil dengan menggunakan jarum ose steril.
Koloni bakteri tersebut kemudian disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 10 mL larutan nutrient broth, kemudian diukur kekeruhan larutan menggunakan alat
spektrofotometer visible pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25 Ditjen POM RI, 1995.
3.14 Uji Aktivitas Antibakteri
Sebanyak 0,1 mL inokulum ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan 15 mL media mueller hinton agar steril yang telah dicairkan dan ditunggu
hingga suhu mencapai 45
o
C, dihomogenkan dan dibiarkan memadat, kemudian diletakkan cakram kertas yang telah dicelupkan ke dalam ekstrak etanol dengan
berbagai konsentrasi ke dalam cawan petri, lalu diinkubasi pada suhu 36-37
o
C selama 18-24 jam. Diukur daerah hambat disekitar cakram kertas dengan
Universitas Sumatera Utara
32 menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali Ditjen POM
RI, 1995. Dilakukan pengujian yang sama terhadap fraksi n-heksana dan etilasetat.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi- LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan bahan tumbuhan adalah jenis Melia
azedarach L, suku Meliaceae.
4.2 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun mindi Melia azedarach L mempunyai panjang ± 1,75 cm, lebar 0,75 cm sampai 3,5 cm, ujungnya runcing,
pinggir bergerigi, berwarna hijau atau hijau kekuningan, permukaan atas dan bawah licin, tidak berbau dan rasa agak pahit.
4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia daun mindi dijumpai fragmen pengenal berupa epidermis dengan stomata tipe anomositik,
rambut penutup terdiri dari satu sel dan fragmen berkas pengangkut dengan penebalan spiral. Pada jaringan palisade berisi kristal kalsium oksalat berbentuk
prisma.
4.2.3 Pemeriksaan karekterisasi serbuk simplisia
Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun mindi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun mindi
dibandingkan dengan literatur MMI
No. Pemeriksaan
Hasil Persyaratan MMI
1 Kadar air
5,94 ≤ 10,00
2 Kadar sari yang larut dalam air
17,78 ≥ 10,00
3 Kadar sari yang larut dalam
etanol 11,32
≥ 9,00 4
Kadar abu total 7,11
≤ 8,00 5
Kadar abu yang tidak larut dalam asam
0,43 ≤ 1,00
Penetapan kadar air pada simplisia dilakukan untuk mengetahui jumlah air
yang terkandung dalam simplisia yang digunakan. Kadar air simplisia ditetapkan untuk menjaga kualitas simplisia karena kadar air berkaitan dengan
kemungkinan pertumbuhan jamurkapang. Hasil penetapan kadar air diperoleh lebih kecil dari 10 yaitu 5,94. Kadar air yang melebihi 10 dapat menjadi
media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, keberadaan jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan mutu simplisia WHO, 1998.
Penetapan kadar sari dilakukan menggunakan dua pelarut, yaitu air dan etanol. Penetapan kadar sari larut air adalah untuk mengetahui kadar senyawa
kimia bersifat polar yang terkandung di dalam simplisia, sedangkan kadar sari larut dalam etanol dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa larut dalam
etanol, baik senyawa polar maupun non polar. Hasil karakterisasi simplisia daun mindi menunjukkan kadar sari yang larut dalam air sebesar 17,78, sedangkan
kadar sari yang larut dalam etanol sebesar 11,32. Penetapan kadar abu total pada simplisia daun mindi menunjukkan sebesar
7,11. Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal dan eksternal Ditjen POM RI, 2000. Penetapan kadar abu tidak larut
Universitas Sumatera Utara
35 dalam asam sebesar 0,43. Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan
jumlah silikat, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1998.
Hasil karakterisasi simplisia daun mindi Melia azedarach L dijumpai pada Materi Medika Indonesia VI sehingga
dari hasil penelitian ini memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan penelitian. Hasil perhitungan karakterisasi simplisia daun mindi meliputi
penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 53.
4.3 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi