35 islam. Pada sebuah kasus yang disampaikan oleh peserta , masjid yang dibongkar,
memang dibangun lagi di lokasi yang berbeda oleh pihak pengembang. Tetapi masjid tidak bisa seenaknya saja dibongkar dan dibangun lagi begitu saja. Mesjid
bukan milik peseorangan, masjid merupakan milik umat Islam, milik Allah, tidak boleh diperlakukan dengan hina begitu.
“Padahal masjid itu bukan milik pengurus. Pengurus mesjid itu kan hanya berkewajiban memakmurkan mesjid, mengegolanya. Tapi itukan milik
Allah, milik umat Islam, wakaf, yang tidak boleh digadaikan, dipindahkan, atau dijual. Nah ini kita lawan juga kezaliman itu. Banyak juga pihak
yang mengatakan udahlah, sudahlah, sudah dibangunkan yang lebih indah disana. Memang dibangunkan yang lebih bagus yang lebih indah,
tapi persoalannya bukan sudah dibuat gantinya lebih bagus lebih indah itu. Persoalannya rumah ibadah kita begitu mudahnya dibongkar,
dipindah-pindahkan itu seenaknya kepentingan per
ut pengembang itu.” FGD.B.2.479
“Padahal umat Islam itulah yang paling berhak ketika rumah ibadah itu jangan dinistasi, diperlakukan secara hina begitu. Asal ada kepentingan
bisnis pengembang yang pada umumnya adalah orang-orang kafir pulak itu, itu den
gan mudahnya mesjid dibongkar, dipindahkan” FGD.B.2.493
f. Penghinaan Terhadap Agama Islam
Dari pernyataan peserta di atas,terlihat jelas bahwa agama Islam dinilai begitu tinggi oleh peserta.
“Kalau bapak, Islam yang lain-lain itu gak merasa terhina terserah, tapi saya pribadi merasa terhina. Agama Islam saya, Nabi Muhammad dicaci
maki dalam buku ini, hajarul aswad dianggap sebagai kemaluan perempuan. Catat pak, hari ini MS bertekad memilih mati terhormat
daripada melihat agamanya dihina” FGD.M.2.667 Penilaian yang tinggi ini membuat sebagian peserta memandang apabila
ada pihak-pihak yang berusaha menghina Islam, hal ini akan sangat menghina peserta dan agamanya. Pada sebuah sesi FGD, peserta menyampaikan sebuah
kasus penghinaan agama Islam oleh umat dari agama lain. Terlihat pada kutipan:
Universitas Sumatera Utara
36 “Waktu itu ada buku Kristen, brosur, vcd, yang disebarkan ke rumah
ustad-ustad. Nadanya sangat menghina. Sampai digambarkan hajarul aswat itu adalah kemaluan perempuan. Dan itulah yang dicium orang
Islam” FGD.M.1.1144
Peserta sama sekali tidak menolak dialog dengan umat agama lain. Tapi jangan menggunakan cara-cara yang dinilai peserta sebagai cara-cara yang
pengecut seperti penghinaan agama. Terlihat pada kutipan: “Akhirnya saya katakan, bapak-bapak pendeta baik yang protestan
maupun yang katolik, kalau udah mau kali dialog tentang agama, buat forumnya saya datang. Janganlah dengan cara-cara pengecut begini.
Tidak ksatria. Buat forumnya, kita datang. Gak ada yang marah” FGD.M.2.682
Penghinaan yang dirasakan oleh peserta tidak hanya berupa penghinaan secara langsung seperti yang sudah disampaikan di atas. Perilaku tertentu yang
dilakukan oleh umat agama lain yang pada umumnya bukan sesuatu yang seharusnya dipermasalahkan, dapat dianggap sebagai bentuk hinaan terhadap
umat Islam. seperti yang dijelaskan peserta pada kutipan berikut: “Kita ada masjid namanya Al-Qamal. Mesjid Al-Qamal itu kita akui ada
pedagang babi di depannya. Kita tidak ribut sepanjang dia berdagang babi mentah karena memang dia duluan berdagang di situ lalu kita
beberapa belas tahun yang lalu. Yang membuat kita beberapa tahun itu ribut. Setelah dia berdagang babi mentah, ke depan dia dagang babi
panggang. Pada saat-saat kita shalat Jumat, ada pengajian, seperti sengaja ya. Seperti di stel waktuny
a, arah anginnya ke tempat kita” FGD. M.1.617
Kasus yang mirip juga disampaikan oleh peserta lain. Peserta mempermasalahkan ternak babi kepada narasumber yang merupakan umat dari
agama lain saat sesi FGD. Peserta mengistilahkan ternak babi sebagai masalah yang fundamental. Peserta menyatakan bahwa seharusnya peternakan babi sudah
Universitas Sumatera Utara
37 ada peraturan yang mengaturnya, yaitu tidak boleh didirikan di daerah komunitas
berpenduduk. Peserta mempermasalahkan aroma dari ternak babi yang membuat penduduk setempat tidak nyaman. Peserta juga menambahkan kalau hal ini bisa
memancing radikalisme dari umat Islam. hal ini terlihat pada kutipan berikut: “Nah yang ketiga yang fundamental juga ini terutama yang di Medan ini
masalah ternak babi. Setahu saya memang sudah ada ini peraturan, bahwa tidak boleh ternak babi di daerah komunitas berpenduduk, saya
dari Denai pak. Bapak kalau ke Mandala, bapak akan merasakan bagaimana aroma ternak babi. Bisa dilihat kan ini jugalah pemancing-
pemancing dari radikalisme dan segala macam” FGD.E.1.803 Selain menyampaikan tentang permalahan peternakan babi, peserta juga
menyampaikan tentang keberatannya terhadap umat dari agama lain yang memelihara anjing. Terlihat pada kutipan berikut:
“Jadi di sana itu kalau yang kasar-kasar itu saya takut pak. Karena apa? Mereka memelihara babi, memelihara anjing” FGD.E.1.1256
Penghinaan terhadap umat Islam secara tidak langsung juga dirasakan oleh peserta melalui televisi. Permasalahannya adalah di masa kini semua orang
menonton televisi, begitu juga dengan umat Islam. tidak jarang informasi yang disajikan oleh televisi diterima “mentah-mentah” oleh penonton. Acara yang
disajikan oleh televisi menurut peserta merendahkan Islam, dan tanpa disadari umat Islam ikut menertawakan hal tersebut. Hal ini dipandang peserta sebagi hal
yang mengecewakan. Penjelasan ini sesuai dengan pernyataan peserta berikut: “Kemudian tanpa kita sadari tiap malam kita ketawa film haji, film
hajjah, ustad, ustazah, kalau tak pelit, merengut, kikir, semua. Tak ada lagi saya lihat bag
us ustad dan ustazah di televisi” FGD.B.2.420
Universitas Sumatera Utara
38
g. Ancaman Terkait Dengan Pembangunan Rumah Ibadah