15 menjadi anggota sebuah organisasi Islam. Kedua, identititas sosial
mempermudah hubungan kita dengan orang yang sama dengan kita. Contoh: Dengan mengindifikasi diri kita seorang muslim, kita akan lebih mudah
berhubungan dengan muslim lain. Ketiga, membedakan diri individu yang satu dengan individu yang lain dari kelompok lain. Dengan membedakan diri dengan
dengan kelompok lain, individu lebih dapat menonjolkan kelompoknya pada masyarakat. Contohnya organisasi Islam yang menggunakan atribut tertentu agar
dapat dikenali bahwa indovidu tersebut merupakan anggota dari kelompok Islam tertentu.
c. Aspek Perilaku
Identitas sosial individu juga berhubungan dengan perilakunya terutama dengan orang diluar kelompoknya. Individu akan melakukan perilaku yang
ditujukan untuk menguntungkan kelompoknya dan tidak menguntungkan bagi kelompok lain. Individu yang memiliki identitas kelompok yang tinggi akan lebih
melakukan perilaku-perilaku yang mendukung kelompoknya.
C. Islam Radikal
Menurut Sheri Berman 2003 dalam Islamism, revolution, and civil society, Islamisme, adalah paham yang menganggap seluruh aspek kehidupan
harus diatur berdasarkan ajaran Islam. Penganut paham ini ingin menguasai kepemimpinan, dan ingin merubah komunitas tempat hidupnya secara
revolusioner. Penganut paham ini menyatakan dengan jelas bahwa perubahan yang mendasar pada komunitas tempat mereka tinggal adalah tujuan mereka.
Paham ini menjadi kekuatan yang besar terutama di Negara-negara Arab yang
Universitas Sumatera Utara
16 kurang stabil secara ekonomi, politik danatau sosial. Gerakan Islamisme muncul
sebagai dampak akumulasi dari keluhan sosial, ketidakpuasan dan kesenjangan antara pemerintah dan rakyat.
Sebagaimana penjelasan Berman bahwa Islamisme muncul di Negara yang sedang kacau dan lemah. Berman memberikan contoh Mesir. Mesir dalam
keadaan politik yang buruk, sehingga Mesir sedang berada di posisi yang lemah, sehingga gerakan islamisme muncul di Mesir.
Tidak semua negara di negara Arab gerakan Islamisme muncul. Contohnya Uni Emirat Arab, Dana Moneter Internasional IMF memperkirakan
pencapaian pertumbuhan ekonomi Arab Saudi akan meningkat di atas empat persen pada 2014 dan 2015 Puspaningtyas, 2014. Sehingga menurut penjelasan
Berman Islamisme tidak akan muncul di Arab Saudi, karena Islamisme sama sekali tidak dibutuhkan di sana.
Apabila merujuk pada Berman, maka potensi islamisme untuk berkembang di Indonesia cukup besar karena adanya berbagai ketidak puasan
terhadap pemerintah. Sebagai contoh berdasarkan Lingkaran survey Indonesia hanya 31,4 persen masyarakat yang merasa puas dengan pelaksaan reformasi,
sejak tahun 2008 sampai 2013 jumlah kepuasan publik terus menurun hingga 14 . Umi, 2013. Kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap hukum juga rendah.
Peneliti LSI, Dewi Arum menyatakan pada survey tahun 2013, jumlah masyarakat yang tidak puas terhadap hukum Indonesia sebesar 56, 29 menyatakan puas
dan 14,2 tidak menjawab, Damarwati, 2013. Dari sisi ekonomi, survey pada tahun 2011 menyatakan bahwa 35,7 masyarakat Indonesia menyatakan kondisi
Universitas Sumatera Utara
17 ekonomi semakin memburuk Ina, 2011. Dari berbagai hasil survey tersebut
dapat disimpulakan bahwa kepuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintah adalah rendah. Islamisme muncul dan dianggap oleh sebagian orang Islam di
Indonesia sebagai satu-satunya keluar dari permasalahan ini. Segala konflik seperti ketidak adilan, kesenjangan ekonomi dan sebagainya dapat diselesaikan
melalui jalan pelaksanaan hukum Islam secara mutlak di Indonesia. Gerakan Islamisme sudah terlihat di Indonesia. Salah satunya adalah
Hizbut Tahrir Indonesia HTI. HTI menerbitkan buku yang berjudul Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia. Dalam buku tersebut, HTI menjelaskan bahwa
persoalan-persoalan yang terjadi di Indonesia seperti kemiskinan, kebodohan, korupsi, kedzaliman, ketidakadilan dsb, berpangkal dari tidak tegaknya hukum
Islam di Indonesia. Sistem sekuler yang menguasai Indonesia selama lebih dari 6 dekade, dianggap gagal untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di
Indonesia. Sehingga dibutuhkan negara dengan sistem hukum Islam yang diharapkan akan memberikan kebaikan dan kemajuan. Dikarenakan penegakan
hukum Islam sedemikian penting, setiap umat Islam wajib untuk menegakkan agamanya. Hizbut Tahrir sama sekali tidak menggunakan cara-cara yang
kompromis atau langkah-langkah penyesuaian diri dalam penegakan hukum Islam. meskipun demikian HTI juga tidak menggunakan kekerasan fisik dalam
perjuangannya. Contoh lainnya adalah Front Pembela Islam FPI. FPI dikenal sering
terlibat dalam berbagai aksi kekerasan fisik di Indonesia. Ketua umum FPI Muhammad Rizieq Shihab di situs Youtube dengan jelas mengatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
18 hukum Islam lebih tinggi posisinya dibandingkan konstitusi Negara, Hukum
Islam tidak boleh dikalahkan oleh hukum manusia, dan umat Islam tidak boleh mengalah dan menyerah dalam urusan prinsip ini. Arsyad, 2015.
Ada berbagai istilah yang dapat merujuk kepada Islamisme, salah satunya fundamentalisme.
Istilah islamisme
dapat disamakan
dengan istilah
fundamentalisme, yaitu sebuah gerakan sosial dan keagamaan yang mengajak umat Islam kembali kepada kemurnian etika dengan cara mengintegrasikannya
secara positif dengan doktrin agama , kembali kepada keseimbangan hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan kepribadiannya sendiri Yusril
Mahendra dalam Fenomena Sosial Fundamentalisme Islam. Dari definisi tersebut, gerakan-gerakan Islamisme yang telah disampaikan sebelumnya juga
merupakan gerakan fundamentalisme. Ada tujuh ciri fundamentalisme Farid Essack dalam Fenomena Sosial
Fundamentalisme Islam, yaitu: berkomitmen pada praktik keagamaan yang ketat, berkomitmen mentaati teks, memiliki pandangan ahistoris bahwa Islam mampu
menjawab semua persoalan umat manusia secara permanen, berkeyakinan akan perlunya penerapan syari’at sebagai yang diyakini fundamentalis telah
dipraktikkan dalam era Nabi Muhammad SAW di Madinah, berkomitmen untuk menegakkan Negara Islam dengan kedaulatan di tangan tuhan, permusuhan
dengan semua yang menentang fundamentalis dengan menyebut mereka sebagai orang yang telah memiliki kesesatan dari pada kebenaran, penyangkalan terhadap
kebaikan apapun dalam sesuatu yang non Islam.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah