29
2. Persepsi Ancaman Simbolik
Ketakutan para peserta akan serangan terhadap nilai-nilai Islam mendominasi dialog selama proses FGD berlangsung melebihi persepsi ancaman
realistik yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan kodifikasi terhadap data, persepsi ancaman simbolik yang dirasakan oleh peserta dapat diklasifikasi ke
beberapa bentuk. Yaitu, tekanan politik, tuduhan terorisme terhadap umat Islam, upaya melemahkan perjuangan Islam, aliran sesat, pembongkaran mesjid,
penghinaan terhadap agama Islam, pergerakan kelompok lain.
a. Tekanan Politik
Sebagian peserta merasa seolah Islam tidak boleh tegak di Indonesia. Padahal, menurut sebagian peserta, penerapan hukum Islam di Indonesia adalah
hak umat Islam. Adapun perasaan atas hak ini muncul atas keyakinan mereka bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan umat Islam. Mereka
merasa bahwa tanpa perjuangan umat Islam Indonesia tidak akan merdeka. Dengan demikian, mereka merasa bahwa sudah selayaknya umat Islam
selayaknya memiliki hak untuk menegakkan hukum Islam di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada dua penggalan verbatim berikut:
“Ini terpaksa menjadi bahagian kita umat Islam, dikarenakan tidak ada lagi jaminan konstitusional untuk menegakkan hukum yang sesuai dengan
hukum syariat Islam. Kita terpaksa atau dipaksa. Ikhlas atau tidak karena itulah yang dijalankan negara, itulah yang harus kita terima. Walaupun
tidak sesuai dengan akidah dan syariat kita. Ini juga merupakan akibat atau hasil dari bentuk teror yang dilakukan sehingga para pemimpin kita
jadi takut dan mau menghapus tuj
uh kata di piagam Jakarta itu.” FGD.B.1.144
Universitas Sumatera Utara
30 “Indonesia ini mau atau tidak mau, diakui atau tidak diakui, adalah hasil
dari perjuangan besar dari umat Islam. Janganlah sampai umat Islamnya jadi yang dipinggirkan.” FGD.M.1.793
“kita sepertinya dipinggirkan, kenyataan kita adalah mayoritas” “FGD.B.2.74
Senada dengan itu, peserta juga mengkhawatirkan bahwa kondisi hukum di Indonesia saat ini tidak memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk
menjalankan Islam seutuhnya. Hal ini tercermin pada penggalan verbatim berikut: “kalau umat Islam seperti yang sekarang ini, ini tidak bisa terlaksana
untuk kita bisa menjalankan syariat kita sesuai dengan apa yang sudah diajarkan dalam pemahaman ajaran Islam kita”
Inilah yang menjadikan umat Islam merasakan adanya suatu tekanan terhadap Islam. menurut para peserta, umat Islam menginginkan sebuah negara
yang sesuai dengan hukum Islam sehingga umat Islam tidak perlu lagi khawatir menjalankan hukum-hukum yang bertentangan dengan agamanya. Telihat dalam
kutipan berikut “Kami gak boleh lari dari aturan ini. Bahwa kami harus ada ketaatan dan
loyalitas kami kepada Allah. Kami gak boleh taat kepada pemimpin yang modelnya macam Firaun” FGD.M.1.834
“Biarkanlah kami seperti ini. Kita ingin menjadi warga negara yang baik sekaligus yang taat kepada rasulnya. Jangan jadikan kami warga negara
yang baik tapi durhaka kepada Rasul. Macam mana menjadi itu coba.
Awak cinta sama indonesia, cinta. Sama Allah lebih cinta” FGD.M.1.842
Tentang perjuangan umat Islam dalam menegakkan hukum Islam di
Indonesia, umat agama lain tidak usah terlalu mempermasalahkannya. Peserta mempertanyakan kenapa umat lain mempermasalahkan umat Islam yang total
dalam menjalankan hukum Islam? terlihat dalam kutipan berikut:
Universitas Sumatera Utara
31 Tapi kenapa orang lain jadi keberatan kalau kita orang Islam ini terlalu
menjalanakan syariat Islam itu sebagaimana mestinya Islam. FGD.B.2.283
Dalam dakwah Islam tidak boleh ada yang disembunyi-sembunyikan, umat agama lain harus mengerti akan hal tersebut. Terlihat pada kutipan:
hei teman-teman, hei kalangan Kristen, Hindu, pemerintah. Ini lo hukum Islam itu begini. Ini begini. Pahami itu. Jadi dakwah memang harus
semua merata. Dan jangan ada yang disembunyi-sembunyikan. FGD.M.2.735
b. Tuduhan Terorisme Terhadap Umat Islam