Uji Multikolineritas Uji Heterokedastisitas Uji Autokorelasi

Apabila nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, sedangkan bila nilai signifikasinya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. Tabel 4.2 Hasil uji normalitas K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 64 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 3.51807441 Most Extreme Differences Absolute .131 Positive .131 Negative -.112 Kolmogorov-Smirnov Z 1.049 Asymp. Sig. 2-tailed .221 a. Test distribution is Normal. Sumber: hasil pengolahan SPSS Berdasarkan pengujian pada tabel 4.4 besar nilai kolmogorov-smirnov adalah 1.466 dengan nilai signifikansi 0,221. Berdasarkan hipotesis Ho diterima bila lebih besar dari 0,05. Nilai sinifikasi 0,221 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal dan memenuhi asumsi normalitas.

4.2.2.2 Uji Multikolineritas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen.Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinearitas. Uji ini dilihat dari nilai Tolerance dan VIF nya. Model regresi yang baik jika nilai Tolerance 0.1 dan VIF 10. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sumber: hasil pengolahan SPSS Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji multikolinearitas. Dari tabel menunjukkan bahwa tidak satupun variabel independen yang memiliki nilai tolerance yang kurang dari 0.10 dan VIF yang lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak satupun variabel memiliki persoalan multikolinearitas antara variabel independennya.

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola grafik yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah: a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant Tenure .977 1.023 ReputasiKAP .977 1.023 Gambar 4.3 Sumber: hasil pengolahan SPSS Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Adanya titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain dikarenakan adanya data observasi yang sangat berbeda dengan data observasi lainnya.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pada penelitian ini uji autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin-Watson DW test. Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Dari tabel 4.9 di atas menunjukkan nilai D-W sebesar 1,655. Selanjutnya nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 5. jumlah sampel 64 n=64, dan variabel independen 2 k=2. Maka dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai batas bawah dl adalah sebesar 1,5315 dan batas atas du adalah sebesar 1,6601. Oleh karena nilai DW 1,665 lebih besar dari batas du 1,6601 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terganggu oleh adanya autokorelasi.

4.2.3 Analisis Regresi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 40 99

PENGARUH REPUTASI KANTOR AKUNTAN PUBLIK, AUDIT TENURE, DAN CLIENT IMPORTANCE TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

5 12 21

PENGARUH AUDIT TENURE, ROTASI AUDITOR, UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN FEE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015)

11 58 25

PENGARUH AUDIT TENURE, ROTASI AUDITOR, UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN FEE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015)

1 30 28

Pengaruh Fee dan Tenure Audit Terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik

3 26 9

Analisis Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Audit Fee, Audittenure, Dan Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Quality Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 11 97

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 17 88

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

PENGARUH UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN AUDIT TENURE TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012)

0 0 7

PENGARUH REPUTASI KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN TENUR KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 - 2013) - repository perpustakaan

0 0 17