BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Audit tenure X
1
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Y.
2. Reputasi KAP X
2
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Y.
3. Komite audit X
3
secara parsial tidak memoderasi hubungan antara audit tenure terhadap kualitas audit Y.
4. Audit tenure X
1
, reputasi KAP X
2
, berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit Y.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diungkapkan, maka saran untuk peneliti yang ingin mengangkat penelitian serupa yaitu sebagai berikut :
1. Memperluas jumlah variabel yang digunakan untuk meneliti pengaruh
kualitas audit. 2.
Menambah sampel penelitian serta mengganti perusahaan yang dijadikan objek penelitian selain perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
3. Sebaiknya mempertimbangkan proksi yang berbedauntuk mengukur
komite audit. Ukuran lain dapat berupa proporsi dari anggota komite audit yang memiliki kompetensi dalam bidang akuntansi atau keuangan seperti
penelitian yang dilakukan oleh Pramudji dan Trihartati 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham shareholders sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka
pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.
Jensen dan Meckling 1976 menjelaskan hubungan keagenan sebagai :
“Agency relationship as a contract under which one or more person the principals engage another person the agent to perform some service on
their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang prinsipal memerintah orang lain agen untuk melakukan
suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak
tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai
perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu baik prinsipal maupun agen dalam mengevaluasi
lingkungan dimana keputusan harus diambil The belief revision role. Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna
mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja The performance evaluation role. Secara garis
besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua Eisenhardt,1989, yaitu positive agency research dan principal agent research.
Positive agent research memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan
mekanisme pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen. Secara ekslusif, kelompok ini hanya memperhatikan konflik
tujuan antara pemilik stockholder dengan manajer. Sementara itu principal agent research memfokuskan pada kontrak optimal antara
perilaku dan hasilnya, secara garis besar penekanan pada hubungan principal dan agent. Principal-agent research mengungkapkan bahwa
hubungan agent-principal dapat diaplikasikan secara lebih luas, misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer
dengan kliennya, auditor dengan auditee. Berkaitan dengan auditing, baik prinsipal maupun agen
diasumsikan sebagai orang yang memiliki rasionalitas ekonomi, dimana
setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh kepentingan pribadi atau akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi
kepentingan orang lain. Teori keagenan mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen agent akan selalu bertindak berdasarkan
kepentingan pemegang saham principal, sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham. Shareholder atau prinsipal mempekerjakan agen
untuk melaksanakan tugas termasuk pengambilan keputusan ekonomik, dalam lingkungan yang tidak pasti seperti perusahaan dalam kondisi
financial distress. Agen sebagai seorang manajer akan mengambil keputusan untuk melakukan berbagai strategi guna mempertahankan
kelangsungan usaha perusahaan. Disisi lain agen merupakan pihak yang diberikan
kewenangan oleh prinsipal berkewajiban mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan kepadanya. Teori
keagenan menyatakan bahwa dalam pengelolaan perusahaan selalu ada konflik kepentingan Brigham dan Gapenski,1996 antara manajer dan
pemilik perusahaan, manajer dan bawahannya, pemilik perusahaan dan kreditor.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh
pihak-pihak tersebut diatas. Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai lewat kinerja keuangannya yang tercermin dalam laporan keuangan. Lebih lanjut
dalam agency theory, pemilik perusahaan membutuhkan auditor untuk memverifikasi informasi yang diberikan manajemen kepada pihak
perusahaan. Sebaliknya, manajemen memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi atas kinerja yang mereka lakukan dalam bentuk
laporan keuangan, sehingga mereka layak mendapatkan insentif atas kinerja tersebut.
2.1.2 Kualitas Audit
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008, kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu. Sedangkan pengertian audit adalah
pemeriksaan tentang keuangan atau pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang dihasilkan.
Menurut Rahayu 2010: 1, auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai informasi tingkat kesesuaian tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang tela ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada
pihak yang berkepentingan, auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah tingkat baik buruknya suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secacra objektif atas suatu informasi untuk menentukan apakah suatu informasi disajikan secara wajar dan sesuai
dengan kriteria yang sudah ditetapkan dan dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
De Angelo 1981 mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan adanya suatu
kecurangan dalam sistem akuntansi auditeenya, dan kemungkinan untuk menyampaikan atau melaporkan temuan tersebut kepada pihak manajemen.
Kualitas audit dapat dilihat dari kemampuan auditor mendeteksi kesalahan material dan independensi auditor dalam melaporkan kesalahan material
tersebut. AAA Financial Standard Committee 2000 dalam Indah 2010 menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi
keahlian dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas dan secara potensial saling mempengaruhi.
Deis dan Giroux 1992 :462 dalam Novrizah 2010 empat hal yang dianggap mempunyai hubungan yang kuat dengan kualitas audit, yaitu 1
lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan tenure. 2 jumlah klien, semakin banyak jumlah klien yang diaudit maka
kualitas auditnya akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, 3 kesehatan keuangan
klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk memberi tekanan kepada auditor agar tidak mengikuti
standar dan prosedur, 4 review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan
di-review oleh pihak ketiga. Sarbanes‐Oxley Act SOX juga melakukan perbaikan dan pengetatan usaha‐usaha untuk meningkatkan kualitas audit
maupun pendukungnya. Usaha peningkatan kualitas audit ini dilakukan
dengan mensyaratkan pendidikan minimum per tahun, membatasi masa perikatan tenure auditor dengan kliennya, serta membentuk komite audit
dan usaha‐usaha untuk meningkatkan kinerjanya.
2.1.3 Audit Tenure
Audit tenure merupakan lamanya jangka waktu pemberian jasa audit terhadap klien tertentu oleh suatu Kantor Akuntan Publik Shockley,
1981. Ketentuan mengenai audit tenure telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.012008 tentang
“Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh
KAP paling lama untuk 6 enam tahun buku berturut - turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut.
Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa
audit umum atas laporan keuangan klien tersebut. Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap
independensi auditor. Federasi Akuntan Internasional IFAC mengeluarkan suatu dokumen Rebuilding Public Confidence in Financial
Reporting, dimana IFAC menganggap kekerabatan antara auditor dengan klien sebagai suatu ancaman bagi independensi auditor. Perhatian IFAC
yang utama adalah kekerabatan yang berlebihan itu dapat mengakibatkan
keragu-raguan atau kepuasan auditor untuk menghadapi tantangan sewajarnya.
Terlepas dari kelemahan tersebut dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.012008 tentang “Jasa Akuntan
Publik” pasal 3. DeAngelo 1981 melakukan penelitian terkait dengan kualitas audit berdasarkan teori permintaan dan penawaran kualitas jasa
audit. Argumen utamanya adalah permintaan dan penawaran kualitas jasa audit dapat terpenuhi dengan semakin panjangnya masa penugasan
auditor auditor tenure, karena auditor dapat terus menggunakan teknologi dan audit yang telah diperoleh selama menjalankan audit pada
periode sebelumnya dan memberikan jasa secara konsisten. Menurut DeAngelo 1981, dengan panjangnya jangka waktu dan
kesinambungan penugasan audit, konsumen jasa audit seperti pemegang saham, pemegang obligasi, manajer, karyawan, agen-agen pemerintah dan
pengguna lainnya mendapatkan manfaat karena mereka dapat menghemat biaya yang berkaitan dengan evaluasi kualitas audit.
Lamanya masa penugasan audit dapat meningkatkan kualitas audit dengan berbagai alasan. Pertama, biaya audit yang tinggi termasuk
diantaranya kegagalan audit diasosiasikan dengan periode awal masa penugasan audit. Geiger dan Raghunandan 2002 menemukan bahwa
kegagalan audit sering terjadi pada periode awal auditor melaksanakan penugasan audit
2.1.4 Reputasi Kantor Akuntan Publik
Reputasi Kantor Akuntan Publik merupakan pandangan atas nama baik, prestasi dan kepercayaan publik yang disandang oleh KAP tersebut
Giri, 2011. KAP besar identik dengan KAP yang bereputasi tinggi atau KAP Internasional. Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk
bersikap independen dan melaksanakan audit secara profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien. Ukuran
Kantor Akuntan Publik dapat dikatakan besar jika KAP tersebut berafiliasi dengan Big 4, mempunyai cabang dan kliennya perusahaan-perusahaan
besar serta mempunyai tenaga professional diatas 25 orang. Sedangkan Ukuran Kantor Akuntan Publik dikatakan kecil jika tidak berafiliasi
dengan Big 4, tidak mempunyai kantor cabang dan kliennya perusahaan kecil serta jumlah profesionalnya kurang dari 25 orang. KAP yang besar
lebih independen dibandingkan dengan KAP yang kecil. Dengan alasan bahwa ketika KAP besar kehilangan satu klien tidak begitu berpengaruh
terhadap pendapatannya. Akan tetapi jika KAP kecil kehilangan satu klien sangat berarti karena kliennya sedikit Shockley, 1981.
Sehingga KAP besar seperti Big 4 biasanya dianggap lebih mampu mempertahankan independensi auditor daripada KAP kecil. Selain itu,
perusahaan audit yang lebih besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit tinggi dan memiliki reputasi tinggi di lingkungan bisnis serta
KAP yang lebih besar juga dianggap lebih mandiri dari KAP yang kecil
dalam menahan tekanan manejemen jika terjadi perselisihan karena biasanya memiliki lebih banyak klien dan mampu mengatasi kesulitan.
2.1.5 Komite Audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan
keuangan dan audit eksternal Pamudji dan Trihartati, 2009. Komite Audit bertugas mewakili dan membantu Dewan Direksi untuk mengawasi
proses pelaporan akuntansi dan keuangan, audit laporan keuangan dan pengendalian internal, dan fungsi-fungsi audit.
Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggung jawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan
memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan
standar dan kebijksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai
mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal KNGCG, 2002 dalam Jamaan 2008:3. Adapun persyaratan
keanggotaan komite audit sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643BL2012 pada tanggal 7 Desember 2012 adalah sebagai
berikut: 1
Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, pengalaman sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampu
berkomunikasi dengan baik.
2 Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya
yang terkait dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses audit, manajemen risiko, dan peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
3 Wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh
Emiten atau Perusahaan Publik.
4 Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui
pendidikan dan pelatihan.
5 Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang
pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi danatau keuangan.
6 Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor
Konsultan Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa assurance, jasa non-assurance, jasa penilai danatau
jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 enam bulan terakhir.
7 Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang
dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut dalam waktu 6 enam bulan terakhir kecuali Komisaris Independen.
8 Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada
Emiten atau Perusahaan Publik.
9 Dalam hal anggota Komite Audit memperoleh saham Emiten atau
Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib dialihkan
kepada pihak lain dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut.
10 Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik tersebut; dan tidak mempunyai hubungan
usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.
2.2 Tinjauan penelitian terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya
No Peneliti
Judul Variabel
Penelitian 1
Nuratama 2011 Pengaruh Tenure dan
Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit dengn
Komite Audit sebagai variabel Moderasi studi
kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia •
Independen:
Tenure dan
Reputasi Auditor •
Dependen: Kualitas Audit
• Tenure berpengaruh positif terhadap
kualitas audit •
Reputasi KAP berpengaruh terhadap kualitas audit
• komite audit sebagai variabel moderasi
memperlemah hubungan antara tenur dengan kualitas audit.
2 Giri 2010.
Pengaruh Tenur
Kantor Akuntan Publik KAP dan
Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus
Rotasi Wajib Auditor di Indonesia
•
Independen:
Tenur dan
Reputasi Auditor •
Dependen: Kualitas Audit
• Tenur berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit. •
Reputasi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kualitas audit
3 Wibowo dan Rossieta,
2009. Faktor-faktor determinasi
kualitas audit–suatu studi dengan
pendekatan
earnings surprise benchmark
•
Independen: Tenur,
Ukuran KAP, Regulasi.
•
Dependen: Kualitas Audit
• Tenure tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit •
Size KAP secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas audit
• Regulasi berpengaruh positif terhadap
kualitas audit 4
Permana dan Pamudji 2009
Pengaruh Masa Perikatan Audit Dan Ukuran Kap
Terhadap Kualitas Audit.
•
Independen:
Audit Tenure dan Ukuran KAP
•
Dependen:
Kualitas Audit
•
Masa perikatan audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
• Ukuran KAP berpengaruh negatif
terhadap kualitas audit, sehingga dapat dikatakan bahwa KAP yang berukuran
lebih besar tidak selalu diikuti dengan kualitas audit yang tinggi.
Sumber : Data diolah Peniliti
2.3 Kerangka Konseptual