Epidemiologi Patogenesis Limfadenitis Tuberkulosis 1. Definisi

2.3. Limfadenitis Tuberkulosis 2.3.1. Definisi Limfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening. Jadi, limfadenitis tuberkulosis TB merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis Ioachim, 2009.

2.3.2. Epidemiologi

Tuberkulosis dapat melibatkan berbagai sistem organ di tubuh. Meskipun TB pulmoner adalah yang paling banyak, TB ekstrapulmoner juga merupakan salah satu masalah klinis yang penting. Istilah TB ekstrapulmoner digunakan pada tuberkulosis yang terjadi selain pada paru-paru. Berdasarkan epidemiologi TB ekstrapulmoner merupakan 15-20 dari semua kasus TB pada pasien HIV- negatif, dimana limfadenitis TB merupakan bentuk terbanyak 35 dari semua TB ekstrapulmoner. Sedangkan pada pasien dengan HIV-positif TB ekstrapulmoner adalah lebih dari 50 kasus TB, dimana limfadenitis tetap yang terbanyak yaitu 35 dari TB ekstrapulmoner Sharma, 2004. Epidemiologi limfadenitis TB bervariasi tergantung pada angka kejadian TB dan tingginya infeksi HIV di suatu negara, misalnya di daerah Afrika dimana insidensi infeksi HIV sangat tinggi, angka kejadian TB pulmoner dan ekstrapulmoner juga sangat tinggi Clevenbergh, 2010. Berdasarkan penelitian Dandapat 1990 terhadap 192 pasien limfadenopati perifer dimana 80 pasien dengan limfadenitis TB didapatkan pada usia penderita berkisar 1 sampai 65 tahun, dimana kebanyakan berusia dibawah 30 tahun dan sedikit lebih banyak didapat pada wanita 1,2:1. Tujuh puluh persen pasien adalah dengan status sosioekonomi rendah. Dari 80 pasien, 56 pasien melibatkan kelenjar limfe servikal, 7 pasien kelenjar limfe inguinal, 5 pasien kelenjar limfe aksilaris dan 12 pasien melibatkan kelenjar limfe multipel. Berdasarkan penelitian dari Maharjan 2009 dari 155 kasus dengan pembesaran kelenjar limfe servikal, 83 kasus 54 adalah limfadenitis TB, 52 kasus 33 adalah limfadenitis reaktif dan 17 11 kasus adalah metastasis. Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Patogenesis

Basil tuberkulosis juga dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut sebagai TB ekstrapulmoner. Menurut Raviglione 2010, organ ekstrapulmoner yang sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar getah bening, pleura, saluran kemih, tulang, meningens, peritoneum, dan perikardium. Limfadenitis tuberkulosis adalah manifestasi lokal dari penyakit sistemik ataupun sebagai manifestasi klinis yang tersendiri dan terlokalisasi di leher Bayazit, 2004. Limfadenitis tuberkulosis dapat terjadi sebagai manifestasi tuberkulosis primer ataupun reaktivasi fokus Gohn yang dorman atau sebagai kelanjutan fokus Gohn yang aktif Mohapatra, 2009. Supraclavicular lymphadenitis terjadi akibat penyebaran melalui saluran limfatik paru. Cervical lymphadenitis merupakan manifestasi penyebaran dari kompleks primer pada infeksi di tonsil, sinonasal adenoid, dan osteomyelitis pada tulang etmoid Mohapatra, 2009. Pada tahap awal multiplikasi M. tuberculosis di kelenjar getah bening superfisial, permulaan hipersensitivitas tipe lambat ditandai dengan gambaran hiperemia, pembengkakan, nekrosis, dan pembentukan kaseosa di tengah nodus. Hal ini dapat diikuti inflamasi, pembengkakan yang progresif, dan penyatuan dengan nodus-nodus lain matting. Adhesi dengan kulit dapat menyebabkan indurasi dan berwarna keunguan. Bagian tengah kelenjar yang membesar dapat melunak dan materi kaseosa dapat ruptur ke jaringan sekitar atau menembus kulit dengan pembentukan sinus Mohapatra, 2009. LTB mediastinum dapat membesar dan menyebabkan penekanan pembuluh-pembuluh darah besar, nervus frenikus, dan laringeus atau menyebabkan erosi pada bronkus. Menurut Sharma 2004 LTB terbagi atas 5 stadium : 1. Stadium 1, pembesaran kelenjar yang berbatas tegas, mobile dan diskret. 2. Stadium 2, pembesaran kelenjar yang kenyal serta terfiksasi ke jaringan sekitar oleh karena adanya periadenitis. 3. Stadium 3, perlunakan di bagian tengah kelenjar central softening akibat pembentukan abses. 4. Stadium 4, pembentukan collar-stud abscess. Universitas Sumatera Utara 5. Stadium 5, pembentukan traktus sinus.

2.3.4. Manifestasi Klinis