untuk menderita Limfadenitis TB dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki riwayat penyakit TB Paru pada keluarganya.
5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini seluruh responden adalah anak yang berusia 0-14 tahun, dimana kelompok umur dengan frekuensi paling tinggi yang menderita
Limfadenitis TB yaitu kelompok umur 0-6 tahun sebanyak 18 orang 64,3, sedangkan pada kelompok umur 7-14 tahun berjumlah 10 orang 35,7. Hal ini
dikarenakan pada kelompok umur 0-6 tahun, faktor kedekatan dengan sumber penular dan lama kontak dengan sumber penular lebih tinggi daripada anak umur
8-14 tahun yang sudah lebih aktif. Berdasarkan hasil karakteristik responden penelitian, mayoritas responden
yang menderita Limfadenitis TB berjenis kelamin perempuan yaitu sejumlah 20 orang 71,4, sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 8
orang 28,6. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa limfadenitis tuberkulosis lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki Jniene, 2010. Dari karakteristik responden berdasarkan asal jaringan yang dilakukan
pemeriksaan sitologi terhadap Limfadenitis TB, ditemukan yang terbanyak pada leher atau kelenjar limfe servikalis yaitu berjumlah 23 orang 82,1. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian dari beberapa peneliti yang menyatakan bahwa Limfadenitis TB paling sering melibatkan kelenjar getah bening servikalis,
kemudian diikuti berdasarkan frekuensinya oleh kelenjar mediastinal, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan kelenjar inguinalis Mohapatra,
2009. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 28 responden yang menderita
Limfadenitis TB, 25 orang diantaranya memiliki riwayat kontak TB pada keluarganya 89,3. Hal ini dikarenakan faktor risiko utama yang dapat
menimbulkan penyakit TB pada anak adalah kontak dengan penderita TB dewasa Sinta, 2008. Kontak dengan penderita TB dewasa merupakan faktor risiko utama
dan makin erat kontak makin besar risikonya. Oleh karenanya kontak dirumah
Universitas Sumatera Utara
dengan anggota keluarga yang menderita TB sangat berperan untuk terjadinya infeksi TB pada keluarga, terutama pada keluarga dekat. Menurut penelitian
Atmosukarto dari Litbang kesehatan 2000, faktor lain yang mempengaruhi adalah lamanya tinggal serumah dengan penderita dan satu kamar dengan
penderita TB, terutama apabila satu tempat tidur. Pada penelitian ini hubungan antara kedua variabel tersebut ditemukan p=
0,021 CI 95, dengan odds ratio sebesar 2,5. Hal ini sesuai dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dudeng 2005, yang menunjukkan bahwa anak
dengan riwayat kontak dengan penderita TB memiliki peluang 3,87 kali mengalami TB dibandingkan anak yang tidak mempunyai riwayat kontak
penderita TB. Tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri M. tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah,
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening Siswanto, 2007.
Pada penelitian ini hubungan antara kejadian Limfadenitis TB pada anak dengan riwayat TB Paru pada keluarganya dapat dibuktikan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya, dimana dikatakan bahwa kedua variabel ini
berhubungan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan