Hubungan Kinerja, Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasi

organisasi. Sedangkan alternatif adalah kemungkinan untuk masuk ke organisasi lain. Proses pertimbangan adalah saat di mana individu mencapai kesadaran akan investasi dan alternatif dan bagaimana dampaknya bagi mereka sendiri. c. Proses Terbentuknya normative commitment Normative commitment terhadap organisasi dapat berkembang dari sejumlah tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi dari keluarga atau budaya dan selama sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam organisasi. Selain itu normative commitment juga berkembang karena organisasi memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi individu yang tidak dapat dibalas kembali. Faktor lainnya adalah adanya kontrak psikologis antara anggota dengan organisasinya. Kontrak psikologis adalah kepercayaan dari masing-masing pihak bahwa masing-masing akan timbal balik memberi.

2.2.4. Hubungan Kinerja, Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasi

Ma’rifah 2005, Theodora 2007, Yuliani 2010, Windi 2009, Luthan dalam Yuli dkk 2003 mengemukakan, dalam setiap organisasi, kinerja yang baik adalah salah satu sasaran penting yang ingin dicapai. Suatu kinerja yang baik dipercaya dipengaruhi kuat oleh tingginya motivasi kerja dan dukungan komitmen organisasional. Adapun hubungan antar kinerja, motivasi dan komitmen organisasi berdasarkan sejumlah penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: a Motivasi kerja memiliki hubungan positif dengan kinerja pegawai b Komitmen organisasi berhubungan positif dengan kinerja pegawai Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Konseptual

Nawawi 2003 mengemukakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dimana umumnya unsur-unsur yang mempengaruhi kinerja yang digunakan secara spesifik untuk PNS menggunakan DP3, dengan dimensi antara lain; 1 kesetiaan, 2 hasil kerja: a. Kuantitas. b. Kualitas, 3 tanggung jawab, 4 ketaatan, 5 kejujuran, 6 kerjasama, 7 prakarsa. Herzberg 1959 menyebutkan bahwa motivasi kerja adalah pendorong yang merupakan proses psikologis dari dalam dan luar diri seorang pegawai. Untuk motivasi kerja secara ekstrinsik hyegiene dimensi yang digunakan antara lain: 1 Kompensasi, 2 kebijakan dan adiministrasi organisasi, 3 hubungan dengan rekan sejawat, 4 mutu penyeliaan, 5 status, 6 keamanan dan keselamatan kerja, 7 kondisi kerja, 8 kehidupan pribadi. Sedangkan kondisi instrinsik motivation factors meliputi : 1 pencapaian prestasi, 2 pengakuan orang lain, 3 pekerjaan itu sendiri, 4 tanggung jawab, 5 peluang karier, dan 6 kemungkinan pekembangan ke depan. Sementara untuk komitmen, menurut Luthans dalam Yuli dkk 2003 adalah pendorong yang merupakan proses psikologis dari dalam dan luar diri seorang pegawai. Adapun dimensi yang digunakan untuk melihat komitmen organisasi ini antara lain adalah: 1 affective commitment, 2 continuance commitment, 3 normative commitment. Universitas Sumatera Utara