Membuat Analisis Komponen Antropologi Kelas 12 Dyastriningrum 2009
77
Pengaruh Iptek terhadap Bahasa Lokal
kebersamaan bahwa semua unsur itu menjadi bagian dari sistem yang bernama negara Indonesia. Inilah yang disebut sebagai disintegrasi
atau distabilitas sistem negara. Sebagai identitas bangsa atau negara maka bahasa Indonesia
menjadi ciri atau tanda yang membedakan dengan bangsa lain atau negara lain. Identitas ini bisa saja menjadi salah satu faktor kebanggaan
pada sebuah bangsa, yang kadang-kadang diiringi dengan sikap merendahkan atau menganggap aneh identitas bangsa lain. Identitas
ini tidak stabil atau baku akan tetapi selalu berproses lewat wacana untuk berkomunikasi, sehingga identitas selalu terjaga, dinamis,
berubah, atau malah musnah. Berawal dari merosotnya atau musnahnya kebanggaan akan identitas yang berupa Bahasa Indonesia
maka bisa jadi ini adalah awal dari disintegrasi negara Indonesia. Tidak ada lagi alat komunikasi sesama warga Indonesia yang menjadi
kebanggaan bersama, masing-masing merasa bangga dengan bahasa daerahnya atau bangga dengan bahasa manca negara sehingga bahasa
Indonesia akan ditinggalkan.
2. Bahasa Lokal
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa daerah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
bahasa yang digunakan hampir seluruh penduduk Indonesia.
Suku bangsa, antarbangsa, dan nasional adalah tiga tingkat interaksi linguistik yang sedikitnya ditunjukkan
seseorang. Fungsi dan kesempatan lebih banyak me- mengaruhi terjadinya tingkat interaksi tersebut. Bahasa
Indonesia tampaknya memiliki fungsi yang lebih unggul karena dipakai sebagai bahasa nasional. Namun, sesungguh-
nya di Indonesia lebih bersifat multilingual daripada bilingual.
Penduduk Sulawesi Tengah akan menyebutkan bahasa daerah mereka dengan berbeda-beda. Mereka akan
menyebut bahasa daerah mereka dengan bahasa Doi, Ado, Inja, Rai, Hodi, Da’a, Ava, Parigi, Tado, atau Unde. Keseluruh bahasa
tersebut sesungguhnya tidak berbeda, melainkan hanya berbeda dialek yang berakar pada hasa Kaili.
Percampuran penutur bahasa-bahasa lokal terjadi karena adanya interaksi antarpemakai bahasa. Salah satu di antaranya melalui
program transmigrasi. Daerah yang terletak di wilayah bagian timur semakin banyak memiliki bahasa daerah. Papua memiliki sekitar 233
bahasa daerah. Namun, bahasa yang beragam terebut masing-masing hanya memiliki sedikit penutur saja. Bahasa Taogwe hanya memiliki
sekitar 50 penutur. Bahasa Jawa memiliki sekitar delapan juta penutur.
Berkaitan dengan pengembangan bahasa lokal, Eriyanto melalui Trisnu Brata menjelaskan bahwa pada REPELITA II tahun 1974
dibentuk dua proyek pengembangan bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Pencanangan penggunaan bahasa yang baik dan
benar menjadi perhatian utama pada kebijakan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang tertuang di dalam Ketetapan MPR Nomor IIMPR
1983 yang menyatakan bahwa bahasa harus dibina dan dikembangkan serta digunakan secara baik dan benar. www.duniaesai.com
Sumber: www.ecplanet.com
Gambar 3.6 Penggunaan bahasa lokal dalam per- cakapan sehari-hari.