Teknologi Adaptif Antropologi Kelas 12 Dyastriningrum 2009

67 Pengaruh Iptek terhadap Bahasa Lokal Televisi sebagai Simbol Pemersatu bagi Masyarakat Indonesia Melalui Tri Brata, William A. Folley mengatakan bahwa ”A Symbol . . .” dijelaskan di sini bahwa terdapat suatu makna di dalam sebuah simbol jika dikaitkan dengan hal lain. Makna yang diterakan pada suatu objek harus mengacu pada konteks sosial budaya masyarakat pemilik simbol. Perbedaan persepsi dapat terjadi pada masyarakat yang berbeda. Suatu masyarakat dapat menganggap bahwa suatu objek memiliki makna yang berarti, namun masyarakat lain dapat memandang objek tersebut hampa makna. Suatu objek dapat dipandang memiliki nilai yang tinggi bagi sebagian kalangan masyarakat, namun bagi sebagian masyarakat yang lain dipandang kurang memiliki nilai. Perbedaan persepsi tersebut bergantung pada konteks sosial budaya yang melingkupi masyarakat tersebut. Latar belakang pemikiran sosial budaya sangat berpengaruh pada pola pikir setiap masyarakatnya. Hal tersebut berlaku pada masyarakat di seluruh dunia. Informasi yang disebarkan televisi ke seluruh Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia dapat dianggap bahwa televisi sebagai salah satu simbol pemersatu masyarakat Indonesia. Bahasa pengantar utama yang digunakan televisi adalah bahasa persatuan, bahasa resmi, bahasa kenegaraan, yakni bahasa Indonesia. Dengan demikian, televisi dapat dipandang sebagai simbol pemersatu bangsa karena televisi adalah sebuah jembatan penghubung informasi dan komunikasi antarsuku bangsa. Bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku bangsa tentunya memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penyelaras bahasa yang seirama. Untuk itu diperlukan suatu bahasa yang digunakan oleh seluruh suku bangsa di Indonesia. Bahasa tersebut adalah bahasa yang oleh pemerintah diwajibkan untuk digunakan sebagai bahasa pengantar resmi di sekolah atau instansi pemerintah. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahasa daerah tetap dapat digunakan dengan tujuan untuk melestarikan bahasa tersebut agar tidak lenyap dari khazanah kekayaan bahasa. Jika diamati, pada siaran-siaran berita seperti Dunia Dalam Berita TVRI, Nuansa Pagi dan Buletin Siang RCTI, Fokus Indosiar, Liputan 6 Pagi dan Liputan 6 Petang SCTV, dan lain-lain, di dalam menyiarkan berita para penyiar menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Sebaliknya, untuk siaran-siaran santai dan menghibur penyiar, cenderung mengguna- kan bahasa pop atau bahasa gaul sebagai bahasa pengantar. Hal ini dapat dibedakan bahwa bahasa pada berita adalah aspek langue, dan siaran hiburan adalah aspek parole. Siaran televisi pada hakikatnya dapat menghegemoni masyarakat pemirsanya. Demikian pula dengan bahasa yang digunakan oleh para penyiar televisi. Bahasa para penyiar akan dapat menghegemoni masya- rakat pemirsa televisi sehingga mereka cenderung menikutinya, melihat, Siaran televisi memiliki keunggulan dibandingkan dengan siaran radio. Keunggulan siaran televisi adalah bentuk siaran yang berupa audiovisual. Sementara itu, siaran radio hanya berupa siaran audio. Pemirsa televisi selain dapat melihat wajah dan ekspresi gerak orang dan segala sesuatu yang berada di dalam siaran televisi, sedangkan pada siaran radio pemirsa hanya mampu mendengar suara tanpa dapat menyaksikan sumber suara tersebut.