Tabel 2.1. Klasifikasi penyakit ginjal kronis Suwitra, 2006 : Stadium
Penjelasan LFG
mlmin1,73m
2
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat
≥ 90 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG yang ringan 60 - 89
3 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG yang sedang
30 - 59 4
Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG yang berat 15 - 29
5 Gagal ginjal
15 atau dialisis
Penatalaksanaan PGK amat beragam, yaitu terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid,
memperlambat perburukan progression fungsi ginjal, pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular, pencegahan dan terapi terhadap komplikasi,
dan terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Terapi pengganti ginjal dilakukan pada PGK stadium 5 atau gagal ginjal tahap akhir,
yaitu pada LFG 15 mlmin1,73m
2
. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis maupun transplantasi ginjal, di mana hemodialisis
merupakan pilihan yang paling umum dijumpai di Indonesia Clarckson, 2005; Purwanto, 2007.
2.3.1 Efek penyakit ginjal kronis terhadap pernafasan
Paru juga mendapat pengaruh buruk dari gagal ginjal, pasien-pasien gagal ginjal dalam berbagai tahap akut, kronik, tahap akhir memiliki resiko untuk
mengalami komplikasi paru yang signifikan secara klinis, yang paling sering edema pulmonum, fibrosis paru, kalsifikasi paru, hipertensi pulmonal,
hemosiderosis, fibrosis paru. Pasien-pasien ini juga bisa mengalami berbagai tingkatan disfungsi paru yang mungkin tidak signifikan secara klinis dan hanya
dapat dideteksi dengan serangkaian evaluasi non invasif yang dikenal sebagai tes faal paru. Disfungsi paru mungkin disebabkan langsung oleh toksin uremik yang
bersirkulasi dalam peredaran darah atau mungkin disebabkan secara tidak
Universitas Sumatera Utara
langsung oleh volume overload, anemia, penekanan imunitas, kalsifikasi ekstra tulang, malnutrisi, gangguan elektrolit, atau ketidakseimbangan asam-basa
Karacan, 2009. Tes faal paru yang dilakukan pada pasien-pasien penyakit ginjal kronis
dapat menunjukkan adanya gangguan yang amat bervariasi, mulai dari fungsi paru yang normal sampai dengan adanya gambaran penurunan minimal dari parameter
fungsi jalan nafas kecil bahkan sampai gangguan yang menyebabkan penurunan volume paru dalam derajat yang berat, sebagaimana pada kasus edema paru
Karacan, 2009. Sejumlah komplikasi yang berhubungan dengan sistem pernafasan terjadi
pada pasien dengan penyakit ginjal kronis Tabel 2.2. Beberapa diantaranya berhubungan dengan perubahan pada status volume, tekanan onkotik plasma,
metabolisme tulang dan mineral, adanya gagal jantung, serta perubahan faal imunitas pada pasien-pasien tersebut, meskipun pada beberapa kejadian lain
belum dapat diketahui mekanisme yang benar-benar tepat Pierson, 2006.
Tabel. 2.2. Komplikasi penyakit ginjal kronis pada sistem pernafasan. Pierson, 2006
Edema paru merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ginjal akut dan kronik. Patogenesa terjadinya masih kontroversial. Pada penderita
PGK terjadi hipoalbuminemia sehingga terjadi penurunan tekanan onkotik plasma yang menyebabkan keluarnya cairan dari pembuluh kapiler paru. Adanya
penemuan bahwa terjadi peningkatan kadar protein pada cairan edema
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa permeabilitas pembuluh kapiler paru juga mengalami perubahan. Kongestif paru pada penderita PGK memperlihatkan gambaran
restriktif dan penurunan aliran udara pada tes fungsi paru Hassan, 2005; Pierson, 2006.
Penyakit pleura sering dijumpai pada penderita PGK, sekitar 20-40 hasil autopsi paru dengan kondisi ini. Yang paling sering adalah efusi pleura, terdapat
sekitar 3 dari seluruh penderita PGK. Cairan efusi biasanya bersifat eksudat dan bisa hemoragik. Fibrinous pleuritis biasanya bersifat asimptomatik, biasanya
gejalanya sesak napas, demam dan nyeri dada pleuritik Pierson, 2006. Kalsifikasi metastatik merupakan komplikasi PGK dapat dijumpai pada
organ-organ viseral dan jaringan lunak. Ketika hal ini terjadi di paru biasanya bersifat asimptomatik, gambaran pada foto toraks tidak jelas Pierson, 2006.
.
2.2.2 Efek penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis terhadap pernafasan