b. Slow Vital Capacity SVC Prinsip pengukuran sama dengan FVC yang berbeda hanyalah
maneuver saat meniup dimana inspirasi maksimal secara normal dan ekspirasi maksimal secara normal sampai tidak ada udara yang
dapat dikeluarkan saat masih dalam posisi yang sama. c.
Maximal Voluntary Ventilation Pasien diinstruksikan untuk bernafas cepat dan dalam selama 15
detik dan mengumpulkan udara ekspirasi dalam kantong douglas. Uji ini telah banyak digunakan secara bertahun-tahun tetapi
kemudian sebagian besar diganti dengan pengukuran Forced Expiratory Volume FEV1 yang lebih sedikit persyaratannya dan
memberikan informasi yang sama.
2.2.5. Standarisasi pemeriksaan fungsi paru
Untuk mendapatkan informasi yang berguna dari suatu pemeriksaan fungsi paru, harus terlebih dahulu diamati mengenai masalah adekuasi alat serta
akseptabilitas dan reprodusibilitas dari nilai pengukuran Shifren, 2006.
Gambar 2.1. Spirometri normal Shifren, 2006
Dalam mengevaluasi hasil pemeriksaan fungsi paru, harus terlebih dahulu dinilai akseptabilitas dari hasil pemeriksaan tersebut. Pemeriksaan
akseptabilitas paling baik ditentukan dengan mempelajari kurva flow-volume.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kriteria akseptabilitas dari suatu pemeriksaan fungsi paru mencakup hal sebagai berikut Shifren, 2006; Miller, 2005:
1. Bebas artefak batuk, penutupan glottis, penghentian dini, usaha yang kurang maksimal dan bervariasi
2. Start yang baik fase awal kurva merupakan bagian yang paling baik dipengaruhi oleh usaha pasien sehingga harus bebas artefak
3. Waktu ekspirasi yang cukup ekspirasi paling sedikit 6 detik atau dijumpai plateau paling tidak selama 1 detik pada kurva volume-waktu
Bila telah didapat 3 kali pengukuran spirometri yang memenuhi kriteria akseptabilitas maka selanjutnya dinilai reprodusibilitasnya. Adapun kriteria
reprodusibilitas dari pemeriksaan fungsi paru mencakup Shifren, 2006: 1. Dua nilai pengukuran FVC yang terbesar tidak boleh berbeda lebih dari
0,2 L atau 5 satu sama lain. 2. Dua nilai pengukuran FEV1 yang terbesar tidak boleh berbeda lebih dari
0,2 L atau 5 satu sama lain. Jika kedua syarat ini terpenuhi maka pemeriksaan fungsi paru dapat dihentikan
dan dievaluasi hasilnya. Bila tidak memenuhi maka pemeriksaan harus diulang sampai memenuhi kriteria di atas maksimal 8 kali pengulangan Fischbach, 2003;
Miller, 2005.
2.2.6. Pemeriksaan terhadap aliran udara di saluran pernafasan
Kecepatan aliran udara di saluran nafas memberikan informasi mengenai adanya obstruksi di sistem saluran pernafasan. Metode pengukuran kecepatan
aliran udara yang dihubungkan dengan fungsi waktu dan volume disebut sebagai spirometri dan alat untuk pengukurannya mempergunakan spirometer Fischbach,
2003; Miller, 2005. Penilaian spirometri dasar mencakup FEV1, FVC, dan FEV1FVC. Ketiga
metode pengukuran ini luas dipergunakan, tidak mahal dan mudah diulang. Spirometri dapat digunakan dalam mendeteksi gangguan aliran udara akibat
obstruksi saluran nafas dan mengindikasikan adanya suatu kelainan paru restriktif. Ada banyak nilai hasil pengukuran spirometri yang lainnya, namun kegunaan
klinisnya masih belum dapat ditentukan Winn, 2005; Gomella, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Ketika nilai FEV1 berkurang, maka nilai FEV1FVC juga akan berkurang yang menunjukkan suatu pola obstruksi. Rasio FEV1FVC yang normal adalah
0,75 untuk individu yang berusia kurang dari 60 tahun dan 0,70 untuk yang berusia di atas 60 tahun Lang, 2006. Namun Adrien Shifren menyebutkan bahwa
suatu defek obstruksi dapat disangkakan bila FEV1FVC 0,70 tanpa memandang usia Shifren, 2006.
Bila sangkaan defek obstruktif telah dibuat, maka perlu dilanjutkan dengan upaya untuk menentukan beratnya derajat obstruksi dan menilai
reversibilitas dari obstruksi yang terjadi Fischbach, 2003. Nilai prediksi FEV1 yang normal adalah 80-120. FEV1 70-79 nilai prediksi menunjukkan
hambatan aliran udara ringan, FEV1 51-69 nilai prediksi menunjukkan hambatan aliran udara sedang, dan bila FEV1 50 nilai prediksi digolongkan
hambatan aliran udara berat, sangat berat FEV1 30 nilai prediksi atau FEV1 50 nilai prediksi disertai gagal nafas Winn, 2003; GOLD, 2010.
Pemeriksaan spirometri juga dapat digunakan untuk mendiagnosa kelainan penyakit paru restriktif, walaupun untuk gold standard haruslah diperiksa nilai
TLCnya. Kelainan restriktif dapat disangkakan bila nilai FEV1FVC75 nilai prediksi. Kelainan restriktif ringan bila FVC 60-80 nilai prediksi, restriksi
sedang bila FVC 50-60 nilai prediksi dan restriksi berat bila FVC50 nilai prediksi Gomella, 2007.
Bila defek obstruktif terjadi maka kurva flow-volume akan berubah membentuk gambaran konkaf. Pada kurva masih dapat dilihat adanya puncak
awal yang tajam dan cepat, tetapi aliran ekspirasi melemah lebih cepat daripada normal, sesuai dengan beratnya derajat obstruksi yang terjadi. lihat gambar 2.2
Shifren, 2006. Adapun kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan gambaran obstruksi
pada pemeriksaan fungsi paru antara lain Fischbach, 2003: 1. Penyakit pada saluran nafas perifer: bronkitis, bronkiektasis, bronkiolitis,
asma bronkhial, fibrosis kistik. 2. Penyakit parenkim paru : emfisema
Universitas Sumatera Utara
3. Penyakit saluran nafas atas : tumor pada faring, laring atau trakea, edema, infeksi, benda asing, saluran nafas kolaps dan stenosis.
Gambar 2.2. Spirometri pada penyakit paru Gambar 2.3. Sprometri pada penyakit obstruktif Shifren, 2006
paru restriktif Shifren, 2006
Kelainan-kelainan yang dapat memberikan gambaran restriktif pada pemeriksaan fungsi paru antara lain Fischbach, 2003:
1. Gangguan pada dinding toraks: cedera, kifoskoliosis, distrofi muscular. 2. Keadaan ekstra toraks: obesitas, peritonitis, asites, kehamilan.
3. Penyakit paru interstisial: interstisial pneumonitis, fibrosis, pneumokoniosis, granulomatosis.
4. Penyakit pleura: efusi pleura, pneumothorak, hemothorak, fibrothorak. 5. Space Occupaying lesion SOL : tumor, abses
2.2.7 Penyakit campuran restriktif dan obstruktif