Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2013
SKRIPSI
PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT, CAPITAL ADEQUACY RATIO, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN
REPUTASI AUDITORTERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAANPERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010 – 2013
OLEH:
M. NANDA FADLI SIREGAR 130522116
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : M. NANDA FADLI SIREGAR
NIM : 130522116
JURUSAN : AKUNTANSI EKSTENSI
JUDUL : PENGARUH KARAKTERISTIK
KOMITE AUDIT. CAPITAL ADEQUACY
RATIO, UKURAN PERUSAHAAN,
LEVERAGE, DAN REPUTASI AUDITOR
TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013
Tanggal : Agustus 2015 Dosen Pembimbing Skripsi
Drs. Erwin Abubakar, M.B.A., Ak. NIP. 195110141 198002 1 001
Tanggal : Agustus 2015 Ketua Program Studi S1 Akuntansi
Drs. Firman Syarif, Msi., Ak. NIP . 19670904 199403 1 004
Tanggal : Agustus 2015 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU
Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA NIP. 19560407 198002 1 001
(3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : M. NANDA FADLI SIREGAR
NIM : 130522116
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI EKSTENSI
JUDUL :PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT.
CAPITAL ADEQUACY RATIO, UKURAN
PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2013
Medan, Agustus 2015
M. NANDAFADLI SIREGAR NIM. 130522116
(4)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba Pada PerusahaanPerbankan Yang Terdaftar Di BeiTahun 2010 – 2013 ” adalah karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada program studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juni 2015
Penulis
M. Nanda Fadli Siregar NIM. 130522116
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karuniaNya yang
penulis rasakan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul ” Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi AuditorTerhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2010 – 2013”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai
pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum.M.Ec,AC.Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S. MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Drs. Hotmal Ja'far, MM,Ak selaku sekretaris Departemen S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Drs. Erwin Abubakar, M.B.A., Ak selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
(6)
6. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji saya yang memberikan
banyak masukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Syahrul Rambe, Ak., M.M. selaku Dosen Pembanding saya yang
juga telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini.
8. Bapak/Ibu Dosen dan Pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara
9. Orang tua Penulis Ayah saya Sofyan Siregar, SE, dan Ibu saya Deliahani
Nasution, SE yang telah memberikan banyak Doa, semangat dan dana
sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Kakak dan adik, Maya Asri Lestari Siregar dan Adinda Ayu Puspitasari yang
turut serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Pasangan Seperjuangan, Syahfitri Maha yang selalu memberikan dukungan
dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12. Teman teman seperjuangan Alif Judha Nugraha, Mhd Fuadi Dalimunthe,
Erwin Saputra, Muhammad Arfah, Daniel Robert Sinaga, Jahrianto Sitompul,
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
13. Teman-teman yang selalu jumpa dikampus, Satriani N Hutajulu, Nurul Ayu
Nareswari, Vestry Arta sembiring, Ilma Mawaddah, Mora Amalia Nasution,
Gito Manalu, Hadiatman Sinaga, Muhammad Rizky, Sofyan Harahap, Dwi
(7)
14. Teman teman satu kelas Akuntansi Ekstensi stambuk 2013 grup B yang tidak
bisa penulis sebutkan namanya satu per satu.
15. Seluruh Pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan
yang terdapat didalamnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada
pembacanya.
Medan, Juni 2015
Penulis
M. Nanda Fadli Siregar NIM. 1305221116
(8)
ABSTRAK
PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT, CAPITAL ADEQUACY RATIO, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN REPUTASI AUDITORTERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEITAHUN 2010 – 2013
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi Auditor terhadap manajemen laba. Objek penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama empat tahun (2010-2013).
Manajemen laba diukur dengan menggunakan akrual diskresioner yang diperoleh melalui Jones Model (1991). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 perusahaan yang diperoleh berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (purposive sampling)
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16.0, dengan terlebih dahulu melakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh tidak bias, dan secara simultan kelima variabel tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba (DA). Secara parsial, hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang signifikan terhadap manajemen laba.
Kata kunci: Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, Reputasi Auditor, Manajemen Laba.
(9)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CHARACTERISTICS OF AUDIT COMMITTEE, CAPITAL ADEQUACY RATIO, FIRM SIZE, LEVERAGE, AND THE REPUTATION OF AUDITORS ON EARNINGS MANAGEMENT ON
BANKING COMPANY REGISTERED IN BEI IN 2010 – 2013
This research aims to provide empirical evidence about the influence of characteristics of Audit Committee, Capital Adequacy Ratio, Firm Size, Leverage, And Auditor Reputation on Earnings management. The object of research is the banking company registered in BEI for four years (2010-2013).
Earnings Management measured using accrual diskresioner obtained through Jones Model (1991). The sample in this study amounted to 29 companies that are retrieved based on certain criteria (purposive sampling) secondary data collection done by downloading financial reporting data banking company listed on the Indonesia stock exchange through the site www.idx.co.id. The data were analyzed using multiple regression analysis.
Hypothesis testing is carried out using the software SPSS version 16.0, by first doing a classic assumption test to ensure that the results obtained are not biased, and simultaneously the fifth such variable has no effect on the earnings management (DA). Partially, the results of hypothesis testing also shows that there are no variables that significantly to earnings management.
Kata kunci: Characteristics Of Audit Committee, Capital Adequacy Ratio, Firm Size, Leverage, And The Reputation Of Auditors, Earnings Management.
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ... i
Abstrak ... iv
Abstract ... v
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Landasan Teori ... 10
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) ... 10
2.1.2 Manajemen Laba ... 12
2.1.3. Capital Adequacy Ratio ... 15
2.1.4. Leverage ... 15
2.1.5. Karakteristik Komite Audit ... 16
2.1.6. Ukuran Perusahaan ... 17
2.1.6.1 Pengukuran Ukuran Perusahaan ... 18
2.1.7. Reputasi Auditor ... 19
2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 19
2.3 Kerangka Konseptual ... 22
2.4 Hipotesis Penelitian ... 24
2.4.1 Hubungan Karakteristik Komite Audit dengan Manajemen Laba 24
2.4.2 Hubungan Capital Adequacy Ratio dengan Manajemen Laba ... 24
2.4.3 Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba ... 25
2.4.4 Hubungan Leverage dengan Manajemen Laba ... 26
2.4.5 Hubungan Reputasi Auditor dengan Manajemen Laba ... 26
2.4.6 Hubungan Karakteristik komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor dengan Manajemen Laba ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1Jenis Penelitian ... 29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
3.3 Batasan Operasional ... 29
3.4 Variabel Penelitian danDefinisi Operasional ... 30
3.4.1 Variabel bebas (independent variable) ... 30
3.4.2 Variabel terikat (dependent variable) ... 33
(11)
3.6 Metode Analisis Data ... 37
3.6.1. Uji Asumsi Klasik ... 37
A. Uji Normalitas ... 37
B. Uji Multikolinearitas ... 38
C. Uji Heteroskedastisitas ... 39
D. Uji Auto Korelasi ... 40
3.6.2. Pengujian HIpotesis ... 40
A. Uji t (Uji Secara Parsial) ... 41
B. Uji f (Uji Secara Serentak) ... 42
C. Pengujian Koefisien Determinan (R2) ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1 Statistik Deskriptif ... 44
4.2 Uji Asumsi Klasik ... 46
4.2.1 Uji Normalitas ... 46
4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 50
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 51
4.2.4 Uji Autokorelasi ... 51
4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 53
4.3.1 Analisis Regresi Berganda ... 53
4.3.2 Uji Statistik F ... 55
4.3.3 Uji Statistik t ... 56
4.3.4 Uji Koefisien Determinasi ... 59
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Keterbatasan ... 67
5.3 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Fenomena Praktik Manajemen Laba... 2
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 20
Tabel 3.1 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 33
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Y ... 44
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel X1 ... 44
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel X2 ... 45
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel X3 ... 45
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel X4 ... 45
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel X5 ... 44
Tabel 4.7 Tabel Uji Normalitas ... 47
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas... 50
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 51
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 52
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 53
Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik F ... 55
Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik t ... 57
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 23 Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 48 Gambar 4.2 Grafi Normal P-Plot ... 49
(14)
ABSTRAK
PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT, CAPITAL ADEQUACY RATIO, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN REPUTASI AUDITORTERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEITAHUN 2010 – 2013
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi Auditor terhadap manajemen laba. Objek penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama empat tahun (2010-2013).
Manajemen laba diukur dengan menggunakan akrual diskresioner yang diperoleh melalui Jones Model (1991). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 perusahaan yang diperoleh berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (purposive sampling)
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16.0, dengan terlebih dahulu melakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh tidak bias, dan secara simultan kelima variabel tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba (DA). Secara parsial, hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang signifikan terhadap manajemen laba.
Kata kunci: Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, Reputasi Auditor, Manajemen Laba.
(15)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CHARACTERISTICS OF AUDIT COMMITTEE, CAPITAL ADEQUACY RATIO, FIRM SIZE, LEVERAGE, AND THE REPUTATION OF AUDITORS ON EARNINGS MANAGEMENT ON
BANKING COMPANY REGISTERED IN BEI IN 2010 – 2013
This research aims to provide empirical evidence about the influence of characteristics of Audit Committee, Capital Adequacy Ratio, Firm Size, Leverage, And Auditor Reputation on Earnings management. The object of research is the banking company registered in BEI for four years (2010-2013).
Earnings Management measured using accrual diskresioner obtained through Jones Model (1991). The sample in this study amounted to 29 companies that are retrieved based on certain criteria (purposive sampling) secondary data collection done by downloading financial reporting data banking company listed on the Indonesia stock exchange through the site www.idx.co.id. The data were analyzed using multiple regression analysis.
Hypothesis testing is carried out using the software SPSS version 16.0, by first doing a classic assumption test to ensure that the results obtained are not biased, and simultaneously the fifth such variable has no effect on the earnings management (DA). Partially, the results of hypothesis testing also shows that there are no variables that significantly to earnings management.
Kata kunci: Characteristics Of Audit Committee, Capital Adequacy Ratio, Firm Size, Leverage, And The Reputation Of Auditors, Earnings Management.
(16)
BAB I
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja
perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan
dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan dibuat
oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan.
Laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain
salah satunya yaitu sebagai laporan kepada pihak di luar perusahaan. Kinerja
manajemen perusahaan tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan laba
rugi. Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis
manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya, tetapi dapat merugikan
pemegang saham atau investor.
Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal
Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh
kasus terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam
(Badan Pengawas Pasar Modal, 2002), diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan
(17)
dimana dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar. Kasus
manipulasi laporan keuangan juga pernah terjadi pada PT Kereta Api Indonesia.
Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia
(KAI) tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp,
6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan \ seharusnya
menderita kerugian sebesar Rp. 63 Miliar. Laporan keuangan tersebut telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Setelah hasil audit tersebut diteliti
dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI
tahun 2005 (Kompas, 5 Agustus 2006).
Praktik manajemen laba juga terjadi di luar negeri. AAER (Accounting and Auditing Enforcement Releases), suatu Divisi di The SEC (Security and Exchange Commision), menerbitkan laporan tentang beberapa kasus manajemen laba, antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.1
Fenomena Praktik Manajemen Laba
NO PERUSAHAAN FENOMENA MANAJEMEN LABA
1 Intile Design, Inc.
Menilai Terlalu Rendah Persediaan Akhir Agar Pajak Properti Mengecil.
2
System Software Associates, Inc.
Mengakui Pendapatan Atas Pendapatan Yang Tidak Jelas Apakah Produk Yang
(18)
Dikirim Telah Diterima Pelanggan Atau Belum.
3
Abs Industries, Inc. Aaer No. 1240, Mar 23, 2000.
Membukukan Penjualan Tanpa Adanya Pesanan Dari Pelanggan, Bahkan Pada Beberapa Kasus Produk Belum Selesai
Dibuat.
4
Sirena Apparel, Inc. Aaer No. 1673, Sept 27, 2000.
Tidak Menutup Pembukuan Di Kuartal Maret 1999 Agar Target Penjualan Periode Tersebut Tercapai Dengan Cara Mengubah
Tanggal Pada Computer Agar Tanggal Palsu Tercetak Di Faktur.
5
Guilford Mills, Inc. Aaer No. 1287, Mar 23, 2000.
Melakukan Pembukuan Palsu Ke Buku Besar Hofman Laces (Anak Perusahaan)
Yang Mengurangi Utang Dagang Dan Harga Pokok Penjualan Dengan Jumlah Yang Sama Sehingga Menaikkan Laba. Sumber: ilmuakuntansi.web.id
Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan
keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer).
Perbankan adalah perusahaan “kepercayaan”, sehingga apabila perusahaan diketahui melakukan tindak manajemen laba otomatis kepercayaan investor akan
berkurang dan satu persatu ataupun bersama-sama akan melakukan penarikan
(19)
kemudian akan merugikan bank tersebut bahkan menyebabkan bank tersebut
collapse (bangkrut).
Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan
manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya.
Banyak penelitian mengenai hubungan reputasi auditor dengan manajemen
laba. Dalam meneliti hubungan reputasi auditor dan manajemen laba, kualitas
audit dinilai berpengaruh dalam mendukung auditor mendeteksi manajemen laba.
Fan dan Wong (2001) yang melakukan penelitian di Asia Timur yang
menyatakan bahwa kualitas auditor tidak mempengaruhi manajemen laba.
Ketidakkonsistenan ini pula yang menyebabkan peneliti ingin menguji kualitas
auditor dalam penelitiannya.
Selain hal diatas, faktor lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah
Ukuran perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar biasanya memiliki peran
sebagai pemegang kepentingan yang lebih luas. Perusahaan yang berukuran besar
dapat memberikan informasi yang lebih baik untuk kepentingan investasi karena
perusahaan besar cenderung lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga dalam
melakukan pelaporan dapat lebih berhati-hati. Perusahaan-perusahaan besar
memiliki tanggung jawab yang lebih luas. Kebijakan-kebijakan yang dibuat
perusahaan besar akan membawa dampak yang besar pula terhadap kepentingan
publik dibandingkan perusahaan kecil.Modal kerja dapat dilihat dari perputaran
(20)
turnover), perputaran aset (asset turnover) dan perputaran piutang (receivable turnover).Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas.Makin pendek periode
perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal
kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas
semakin meningkat.
Bank Indonesia sebagai pengawas semua bank yang ada di Indonesia
menerapkan cara penilaian CAR suatu bank berdasarkan pada laporan keuangan.
Penilaian CAR dengan menggunakan laporan keuangan itulah yang menyebabkan
manajer memiliki inisiatif untuk melakukan manajemen laba agar perusahaan
mereka dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh BI.
Komite audit merupakan salah satu komponen GCG yang berperan penting
dalam sistem pelaporan keuangan yaitu dengan mengawasi partisipasi manajemen
dan auditor independen dalam proses pelaporan keuangan. Komite audit bertugas
membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: (i) laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (ii)
struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (iii)
pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar
audit yang berlaku, dan (iv) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh
manajemen (Komite Nasional Kebijakan Governance 2006). Dengan adanya
komite audit yang efektif diharapkan tindak manajemen laba dapat dibatasi.
(21)
perusahaan perbankan. Perusahaan perbankan dianggap memiliki tingkat regulasi
yang tinggi (highly regulated, seperti yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. Hal ini mendorong dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh komite audit terhadap manajemen laba yang akan lebih menekankan
pada karakteristik komite auditnya.
Handayani dan Rachadi (2009) yang menganalisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Earnings Management
Setiawan dan Siska (2013) meneliti Pengaruh Reputasi Auditor, Dewan Direksi Dan Leverage Terhadap Motivasi Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks Syariah Periode 2006-2011. Reputasi auditor terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini diperlihatkan
dengan p value (0,959) > α (0,05) yang berarti H1 ditolak. Leverage terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini diperlihatkan dengan p value (0,000) < α (0,05) yang berarti H3 diterima.
Suriyani, Yuniarta, dan Wikrama (2015) meneliti Pengaruh Peran Komite Audit Dalam Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI). Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh antara komite audit terhadap manajemen laba. Dan Tidak
terdapat pengaruh antara leverage terhadap manajemen laba.
Zahara dan Siregar (2009) meneliti Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank Syariah. Hasil penelitian menunjukkan
(22)
rasioa CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, tetapi tidak
signifikan
Hasil-hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten mengenai
berpengaruh atau tidaknya auditor terhadap Manajemen Laba dan mengenai
penelitian di Indonesia yang mengulas tentang karakteristik komite audit terhadap
manajemen laba jumlahnya masih sangat terbatas terutama jika mengambil obyek
perusahaan perbankan, mendorong penulis untuk meneliti kembali variabel dari
penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin menguji dan
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Komite Audit,
Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010 - 2013”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah
penelitian, yaitu:
1. Apakah Karakteristik Komite Audit berpengaruh terhadap manajemen
laba?
2. Apa Hubungan dan Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba?
4. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba?
5. Apakah Reputasi Auditor Berpengaruh Dalam Menurunkan Tingkat
(23)
6. Apakah Karakteristik Komite Audit, CAR, Ukuran perusahaan , leverage,
Reputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkaitan
antara penerapan Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba yang dilakukan Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan hubungan dan pengaruh
dari Karakteristik Komite Audit terhadap praktek manajemen laba yang
dilakukan pada perusahaan perbankan.
2. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan hubungan dan pengaruh
dari Capital Adequacy Ratio terhadap praktek manajemen laba yang dilakukan pada perusahaan perbankan.
3. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan hubungan dan
pengaruh dari Ukuran Perusahaan terhadap praktek manajemen laba yang
dilakukan pada perusahaan perbankan.
4. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan hubungan dan pengaruh
dari Leverage terhadap praktek manajemen laba yang dilakukan pada perusahaan perbankan.
(24)
5. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan hubungan dan
pengaruh dari Reputasi Auditor terhadap praktek manajemen laba yang
dilakukan pada perusahaan perbankan.
6. Untuk memberikan bukti empiris dan menjelaskan hubungan dan
pengaruh dari Karakteristik Komite Audit, CAR, Ukuran perusahaan ,
leverage, Reputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
1.4. Manfaat Penelitian
a) Bagi peneliti, berguna untuk memberikan pemahaman mengenai pengaruh
Karakteristik Komite audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan,
Leverage, dan Reputsasi Auditor terhadap Manajemen Laba yang
dilakukan pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010 – 2013.
b) Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis dengan
menggunakan atau menambah variabel agar hasil penelitian menjadi lebih
lengkap dan baik.
c) Bagi para praktisi dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
pengambilan keputusan mengenai Pengaruh Karakteristik Komite audit, Capital Adequacy ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Tahun 2010 - 2013.
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan
agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan
prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal
kepada agen. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang
saham bertindak sebagai prinsipal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agen mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan prinsipal.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan adanya konflik kepentingan
dalam hubungan keagenan. Adanya perbedaan posisi, fungsi, situasi, tujuan,
kepentingan dan latar belakang antara prinsipal dan agen yang saling bertolak
belakang dapat menimbulkan conflict of interest atau pertentangan tarik menarik kepentingan dan pengaruh antara yang satu dengan lainnya. Prinsipal dan agen
diasumsikan termotivasi oleh kepentingan sendiri. Perbedaan kepentingan dapat
menimbulkan asimetri informasi (kesenjangan informasi). Teori agensi
mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka
sendiri. Prinsipal hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau
investasi dalam perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan menerima kepuasan
berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan
(26)
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan biaya agensi dalam tiga jenis:
1. Biaya monitoring (monitoring cost), pengeluaran biaya yang dirancang untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh agen.
2. Biaya bonding (bonding cost), untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang dapat merugikan prinsipal, atau untuk meyakinkan bahwa
prinsipal akan memberikan kompensasi jika agen benar-benar melakukan
tindakan yang tepat.
3. Kerugian residual (residual cost), merupakan nilai uang yang ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran yang dialami oleh prinsipal sebagai
akibat dari perbedaan kepentingan.
Dalam sektor perbankan, aplikasi teori agensi menjadi unik karena sektor ini
berbeda dengan industri yang lain. Salah satunya adalah adanya regulasi yang
sangat ketat, yang mengakibatkan penerapan teori agensi dalam akuntansi
perbankan dapat berbeda dengan akuntansi untuk perusahaan non perbankan.
Dengan adanya regulasi tersebut maka ada pihak lain yang terlibat dalam
hubungan keagenan, yaitu regulator dalam hal ini pemerintah melalui Bank
Indonesia (BI) yang berperan sebagai prinsipal dan bank-bank yang terdapat di
Indonesia sebagai agennya. BI bertugas untuk mengawasi kegiatan dan kinerja
(27)
2.1.2 Manajemen Laba
Menurut Sulistyanto (2008), manajemen laba merupakan upaya manajer
perusahaan untuk mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan
tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Manajemen laba (earnings management) dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab
akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan
keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun laporan
keuangan. Alasannya, komponen akrual merupakan komponen yang tidak
memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar
kecilnya komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau
dikeluarkan perusahaan.
Manajemen laba dilakukan oleh manajer dengan merekayasa laba
perusahaannya menjadi lebih tinggi, rendah ataupun selalu sama selama beberapa
periode. Secara umum ada beberapa motivasi yang mendorong manajer untuk
berperilaku oportunis. Menurut Scott (2006) motivasi tersebut adalah:
1. Motivasi bonus
Bonus plan hypothesis menegaskan bahwa ceteris paribus, manajer perusahaan cenderung untuk memilih prosedur-prosedur akuntansi yang
menggeser earnings yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang. Manajer melakukan manajemen laba untuk kepentingan
(28)
2. Motivasi kontraktual lainnya
Hipotesis debt/equity yaitu ceteris paribus, suatu perusahaan yang rasio
debt/equity besar cenderung manajer perusahaan memilih prosedur-prosedur akuntansi yang menggeser earnings yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang. Manajemen melakukan manajemen laba
untuk memenuhi perjanjian utangnya agar meloloskan perusahaan dari
kesulitan keuangan.
3. Motivasi politik
Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
mengurangi laba periodiknya dibanding perusahaan yang kecil. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah.
4. Motivasi pajak
Manajer termotivasi melakukan manajemen laba karena income taxation. Karena semakin tinggi labanya maka semakin besar pajak yang
dikenakannya. Sehingga manajer melakukan manajemen laba untuk
mengurangi pajak tersebut.
5. Pergantian CEO
Motivasi manajemen laba ada di sekitar pergantian CEO. Hipotesis
rencana bonus menjelaskan bahwa CEO yang akan diganti melakukan
pendekatan strategi untuk memaksimalisasi laba agar menaikkan
bonusnya.
6. Motivasi pasar modal
(29)
oleh investor dan para analis keuangan untuk menilai saham. Dengan
begitu, kondisi ini menciptakan kesempatan bagi manajer untuk
memanipulasi earnings dengan cara mempengaruhi performa harga saham jangka pendek.
Menurut Scott (2006) pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:
1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang.
2. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi
sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis
dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
3. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
(30)
2.1 3 Capital Adequacy Ratio
Bank yang melakukan praktik Manajemen Laba disebabkan oleh faktor
penururnan nilai dari Capital Adequacy Ratio. Bank Indonesia sebagai pengawas semua bank yang ada di Indonesia menerapkan cara penilaian CAR suatu bank
berdasarkan pada laporan keuangan. Penilaian CAR dengan menggunakan
laporan keuangan itulah yang menyebabkan manajer memiliki inisiatif untuk
melakukan manajemen laba agar perusahaan mereka dapat memenuhi kriteria
Dalam formula CAR dibandingkan antara modal dengan semua jenis aktiva
yang dianggap mengandung risiko atau yang lazim disebut aktiva tertimbang
menurut resiko (ATMR). CAR menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank
masih dapat ditutup oleh ekuitas bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin
baik kondisi sebuah bank. BI menerapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan
modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh tiap bank sebagai suatu
proporsi tertentu dari total ATMR.
2.1.4 Leverage
Rasio leverage ( leverage ratios) mengukur sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Semakin tinggi rasio leverage maka
semakin banyak aktiva yang didanai hutang oleh pihak kreditor, sehingga
menunjukan resiko perusahaan dalam pelunasannya, hal ini dapat memicu
terjadinya praktik manajemen laba. Leverage berguna untuk melihat dua aspek
yaitu
1. Melihat modal yang dimiliki oleh sebuah bank apakah jumlahnya
(31)
2. Lebih banyaknya dana yang berasal dari pihak ketiga menunjukkan bahwa
bank memperoleh manfaat untuk memutarkan dana tersebut hanya dengan
modal yang relatif kecil
Perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi
dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Perusahaan yang memiliki
hutang besar, memiliki kecenderungan melanggar perjanjian hutang jika
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki hutang lebih kecil (Mardiyah,
2005)
2.1.5 Karakteristik Komite Audit
Bapepam dan BEI telah mengeluarkan peraturan yang memperkuat
independensi dan efektivitas komite audit. Salah satunya yaitu mewajibkan
perusahaan yang terdaftar di Bel memiliki komite audit. Peraturan tersebut berisi
tentang karakter yang harus dimiliki oleh komite audit, tugas, wewenang dan hak
komite audit dalam perusahaan. Diharapkan bahwa perusahaan yang telah
mempunyai komite audit dapat terhindar dari masalah manajemen laba. Sesuai
dengan Kep. 29/PM/2004, Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan.
Keberadaan Komite Audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite
audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain
itu Komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan
dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam mengenai masalah
pengendalian. Komite audit yang berfungsi optimal diaharapkan mampu
(32)
direksi bertindak dengan mementingkan kepentingan pemegang saham. Elemen
komite audit yang diperiksa adalah ukuran komite audit, keahlian keuangan
komite audit, pengalaman industry komite audit, frekuensi kegiatan komite audit,
tingkat kehadiran rata-rata komite audit dalam kegiatan yang melibatkan mereka.
Hal-hal ini menunjukkan kompetensi dan efisiensi kerja komite audit. Komite
audit merupakan salah satu komponen GCG yang berperan penting dalam sistem
pelaporan keuangan yaitu dengan mengawasi partisipasi manajemen dan auditor
independen dalam proses pelaporan keuangan. Komite audit bertugas membantu
dewan komisaris untuk memastikan bahwa: (i) laporan keuangan disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (ii) struktur
pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (iii) pelaksanaan
audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang
berlaku, dan (iv) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen
(Komite Nasional Kebijakan Governance 2006). Dengan adanya komite audit
yang efektif diharapkan tindak manajemen laba dapat dibatasi.
. Berdasarkan penjelasan tersebut, masalah yang diajukan dalam penelitian
ini adalah "Apakah terdapat pengaruh peran komite audit terhadap manajemen
laba perusahaan perbankan Indonesia” 2.1.6 Ukuran Perusahaan
Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar
kecilnya suatu objek. ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari
(33)
Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva,
tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi (Machfoedz, 1994).
Machfoeds (1994) dan Moses (1987) melakukan pengujian terhadap perusahaan
besar yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk pemerataan laba ( biger firms have greater propensity to smooth income). Hasil pengujian tersebut menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih
besar untuk melakukan perataan laba atau manajemen laba dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil. Untuk itu, perusahaan besar kemungkinan
melakukan praktik perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang besar,
fluktuasi laba yang besar menunjukkan risiko yang besar pula dalam investasi
sehingga mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan.
2.1.6.1 Pengukuran Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
pendapatan atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolok ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan, dimana dalam tahap ini
arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik
dalam jangka waktu yang relatif stabil dan lebih mampu menghasilkan laba
dibandingkan perusahaan dengan total asset yang kecil. Ukuran perusahaan
(34)
2.1.7 Reputasi Auditor
Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan
mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor
mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini berarti auditor mempunyai
peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan . Oleh
karena itu kualitas audit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para
auditor dalam proses pengauditan.
Auditor diharapkan dapat membatasi praktek manajemen laba serta
membantu menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap
laporan keuangan. Sehingga reputasi auditor merupakan variabel penting yang
mempengaruhi manajemen laba.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak
pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian dan
penambahan variabel. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat
(35)
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
RR. Sri Handayani dan
Agustono Dwi Rachadi
(2009) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba : - Ukuran Perusahaan
- Manajemen Laba
Ukuran Perusahaan tidak
Berpengaruh signifikan
terhadap Earnings Management
Setiawan dan Siska
(2013) Pengaruh Reputasi Auditor, Dewan Direksi Dan Leverage Terhadap Motivasi Manajemen Laba Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di
Indeks Syariah
Periode 2006-2011
- Reputasi Auditor
- Leverage
- Dewan Direksi
- Manajemen Laba
Reputasi auditor
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
Leverage terbukti berpengaruh terhadap
manajemen laba
Jumlah dewan direksi
terbukti tidak berpengaruh
(36)
Putu Putri Suriyani, Gede
Adi Yuniarta, dan Ananta
Wikrama T.A (2015)
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Manajemen Laba
- Kepemilikan
institusional
- Dewan komisaris
- Presentasi saham
publik
- Komite Audit
- Leverage
- Manajemen Laba
Tidak terdapat pengaruh
antara
Kepemilikan institusional
terhadap
Tidak terdapat pengaruh
antara
Dewan komisaris
independen
Terhadap manajemen laba
Terdapat pengaruh antara
Persentase saham publik
terhadap
Manajemen laba
Terdapat pengaruh antara
komite
Audit terhadap manajemen
laba
Pada perusahaan
(37)
Tidak terdapat pengaruh
antara
Leverage terhadap manajemen laba
.
Zahara dan Siregar (2009)
Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik Manajemen
Laba di Bank Syariah
- Rasio camel
- Manajemen
Laba
Rasio CAR berpengaruh
Negatif Terhadap Praktik
Manajemen Laba
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan
antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari
(38)
variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah
penelitian serta merumuskan masalah.
Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab
akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu Karakteristik
Komite Audit (X1), Capital Adequacy Ratio (X2), Ukuran Perusahaan (X3),
Karakteristik Komite Audit (X1)
Capital Adequacy Ratio(X2)
MANAJEMEN LABA (Y) Ukuran Perusahaan (X3)
Leverage(X4)
Reputasi Auditor (X5)
H1
H2
H3
H4 H5
(39)
Leverage (X4), dan Reputasi Auditor (X5) akan mempengaruhi variabel Manajemen Laba (Y).
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Sularso (2003:26) adalah “suatu pernyataan dugan yang logis mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel yang diwujudkan dalam
bentuk pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta kerangka konseptual yang telah
diuraikan maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
2.4.1 Hubungan Karakteristik Komite Audit dengan Manajemen Laba
Komite audit yang berfungsi optimal diaharapkan mampu mengurangi
upaya perusahaan untuk melakukan manajemen laba dan memastikan direksi
bertindak dengan mementingkan kepentingan pemegang saham. Elemen komite
audit yang diperiksa adalah karakteristik dari komite audit itu sendiri. Komite
audit merupakan salah satu komponen GCG yang berperan penting dalam sistem
pelaporan keuangan yaitu dengan mengawasi partisipasi manajemen dan auditor
independen dalam proses pelaporan keuangan.
Dari penjelasan diatas, hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah:
H1: Karakteristik Komite Audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba
2.4.2 Hubungan Capital Adequacy Ratio dengan Manajemen Laba.
CAR merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur proporsi
modal sendiri dibandingkan dengan dana luar di dalam pembiayaan kegiatan
usaha perbankan
(40)
ini yang menyebabkan jumlah CAR yang tersedia di bank rendah maka
tindakan manajemen laba perusahaan tersebut akan tinggi karena jika
manajer tidak dapat menampilkan tingkat persentase CAR yang baik, maka
masyarakat tidak akan percaya terhadap bank tersebut dan tidak akan
menggunakan bank tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa hal ini
menunjukkan semakin rendah rasio CAR sebuah perusahaan maka semakin
tinggi manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
Dari penjelasan diatas, hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini
adalah:
H2: CAR berpengaruh terhadap manajemen laba.
2.4.3 Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba
Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi manajemen laba dimana semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kesempatan untuk melakukan manajemen laba guna memenuhi tuntutan ekspektasi investor yang tinggi.
Perusahaan yang berukuran besar dapat memberikan informasi yang lebih baik
untuk kepentingan investasi karena perusahaan besar cenderung lebih
diperhatikan oleh masyarakat sehingga dalam melakukan pelaporan dapat lebih
berhati-hati. Perusahaan-perusahaan besar memiliki tanggung jawab yang lebih
luas. Kebijakan-kebijakan yang dibuat perusahaan besar akan membawa dampak
yang besar pula terhadap kepentingan publik dibandingkan perusahaan kecil.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai
(41)
H3: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba
2.4.4 Hubungan Leverage Perusahaan dengan Manajemen Laba
Praktik perataan laba yang merupakan salah satu bentuk manajemen laba
sering dilakukan oleh perusahaan ketika mereka menghadapi paksaan dari kreditor
dengan cara mengubah metode akuntansinya. Semakin besarnya rasio leverage
mengakibatkan risiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin
meningkat.
H4: leverage berpengaruh terhadap manajemen laba
2.4.5 Hubungan Reputasi Auditor Perusahaan dengan Manajemen Laba
Dalam menghadapi praktik manajemen laba di perbankan, auditor
diharapkan dapat membatasi manajemen laba serta membantu menjaga dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadaplaporan keuangnan.
Terdapat dugaan bahwa auditor bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan
adanya manajemen laba secara lebih dini, sehingga dapat memperkecil
kemungkinan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba, maka dari itu
reputasi auditor merupakan variabel penting yang mempengaruhi manajemen
laba.
(42)
2.4.6 Hubungan Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor Perusahaan dengan Manajemen Laba
Komite audit yang berfungsi optimal diaharapkan mampu mengurangi
upaya perusahaan untuk melakukan manajemen laba dan memastikan direksi
bertindak dengan mementingkan kepentingan pemegang saham. Elemen komite
audit yang diperiksa adalah karakteristik dari komite audit itu sendiri. Komite
audit merupakan salah satu komponen GCG yang berperan penting dalam sistem
pelaporan keuangan yaitu dengan mengawasi partisipasi manajemen dan auditor
independen dalam proses pelaporan keuangan. CAR merupakan variabel yang
digunakan untuk mengukur proporsi modal sendiri dibandingkan dengan dana
luar di dalam pembiayaan kegiatan usaha perbankan. Ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi manajemen laba dimana semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kesempatan untuk melakukan manajemen laba guna memenuhi tuntutan ekspektasi investor yang tinggi. Perusahaan yang berukuran
besar dapat memberikan informasi yang lebih baik untuk kepentingan investasi
karena perusahaan besar cenderung lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga
dalam melakukan pelaporan dapat lebih berhati-hati. Praktik perataan laba yang
merupakan salah satu bentuk manajemen laba sering dilakukan oleh perusahaan
ketika mereka menghadapi paksaan dari kreditor dengan cara mengubah metode
akuntansinya. Semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan risiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat. Dalam menghadapi
(43)
manajemen laba serta membantu menjaga dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat umum terhadaplaporan keuangnan. Terdapat dugaan bahwa auditor
bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya manajemen laba secara
lebih dini, sehingga dapat memperkecil kemungkinan bagi manajer untuk
melakukan manajemen laba, maka dari itu reputasi auditor merupakan variabel
penting yang mempengaruhi manajemen laba.
H6: Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan,
Leverage, dan Reputasi Auditor Perusahaan berpengaruh terhadap Manajemen Laba
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan pada penelitian kausatif.Penelitian kausatif
merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab
akibat antara dua variabel atau lebih.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat
bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perbankan yang sudah tercatat dalam bursa
efek indonesia (BEI). Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
telah dipublikasikan secara umum kepada masyarakat dan bersumber dari
www.idx.com. Data sekunder berupa laporan keuangan industri perbankan yang tercatat di bursa efek Indonesia priode tahun 2010-2013. Waktu penelitian dimulai
dari Februari 2015 sampai dengan penelitian ini selesai.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dari penelitian ini terletak pada perusahaan dan
periodenya dimana dalam penelitian ini peneliti hanya dilakukan pada perusahaan
(45)
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.4.1 Variabel bebas (independent variable)
“Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependent baik secara positif maupun negatif. Perubahan yang terjadi dalam
variabel dependent disebabkan oleh variabel independent” (Sularso, 2003 :17). Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Karakteristik Komite Audit (X1) Berdasarkan Surat Edaran dari Direksi
PT. Bursa Efek Jakarta No. SE- 008/BEJ/12-2001 tanggal 7 Desember
2001 serta Pedoman Pembentukan Komite Audit menurut BAPEPAM
perihal keanggotaan komite audit, disebutkan bahwa jumlah anggota
komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, termasuk ketua komite
audit. Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah
anggota komite audit yang dimiliki perusaahaan. Komite audit ditentukan
dari ada atau tidaknya komite audit dalam perusahaan. Sehubungan
dengan fungsi yang dimiliki komite audit, diindikasikan bahwa perusahaan
yang memiliki komite audit mempunyai aktivitas manajemen laba yang
lebih rendah intensitasnya dari pada perusahaan yang tidak mempunyai
komite audit. Variabel ini merupakan variabel dummy yaitu dengan menggunakan skala 1 untuk perusahaan yang memiliki komite audit dan
skala 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki komite audit
b. Capital Adequacy Ratio (X2) adalah variabel yang digunakan untuk
(46)
pembiayaan kegiatan usaha perbankan. Semakin besar rasio tersebut maka
semakin baik posisi modal sebuah bank. Tetapi patut diingat bahwa fungsi
utama bank sebagai financial intermediary sehingga tidak mungkin bank sepenuhnya mencukupi sendiri kebutuhan modalnya.
c. Ukuran Perusahaan (X3) adalah variabel gambaran besar atau kecilnya
suatu perusahaan yang ditentukan dengan batas-batas tertentu yang sudah
ditentukan. Proksi Firm size (ukuran perusahaan) dalam penelitian ini adalah logaritma natural dari besarnya total aset (Ln Total Asset) yang
dimiliki perusahaan pada akhir tahun. Menurut Mochfoedz (1994) dalam
Rahmi (2010), ukuran perusahaan pada dasarnya terbagi dalam tiga
kategori:
1. Perusahaan Besar (Large Firm)
Perusahaan besar merupakan perusahaan yang memiliki total aset yang besar.
Perusahaan-perusahaan yang dikategorikan besar biasanya merupakan perusahaan
yang telah go publik di pasar modal dan perusahaan besar ini juga termasuk dalam
kategori papan pengembangan satu ang memiliki aset sekurang-kurangnya Rp
(47)
2. Perusahaan Menengah (Medium Size)
Perusahaan mengengah merupakan perusahaan yang memiliki total aset antara Rp
2.000.000.000 sampai Rp 200.000.000.000 serta perusahaan menengah ini
biasanya listing di pasar modal pada papan pengembangan ke dua.
3. Perusahaan Kecil (Small Firm)
Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang dari Rp
2.000.000.000 dan biasanya perusahaan kecil ini belum terdaftar di Bursa Efek.
d. Leverage (X4) merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset.
Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Leverage digunakan untuk menangkap insentif dalam tindakan manajemen laba ketika terjadi pelanggaran perjanjian hutang.
Rasio yang dapat digunakan adalah Debt To Equity Ratio dimana DER merupakan risiko investor dalam berinvestasi pada suatu perusahaan. DER
menggambarkan sejauh mana pemilik modal dapat menutupi utang utang
kepada pihak luar, dengan demikian semakin kecil DER maka akan
semakin baik.
e. Reputasi Auditor (X5.) Pelaporan pelanggaran tergantung atas keinginan
auditor untuk mengungkapkan. pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan
tergantung kepada independensi yang dimiliki oleh auditor tersebut.
Auditor bereputasi baik yang diklasifikasikan sebagai Big 4 dianggap
(48)
tuntutan terhadap auditor. KAP di Indonesia yang saat ini berafiliasi
dengan KAP Big Fourantara lain:
1.PricewaterhouseCoopers (KAP Tanudireja Wibisana & Rekan).
2.Ernst & Young (KAP Purwantono Sarwoko & Sandjaja).
3.Deloitte Touche Tohmatsu (KAP Osman Bing Satrio & Rekan).
4.KPMG (KAP Siddhartha & Widjaja).
3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat yang menjadi fokus penelitian ini adalah
manajemen laba yang diartikan sebagai suatu intervensi pihak manajemen
terhadap informasi-informasi dalam laporan keuangan. Manajemen laba
diproksikan dengan discretionary accuals. Discretionary accruals
menggunakan komponen akrual dalam mengatur laba karena komponen
akrual tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga dalam
mempermainkan komponen akrual tidak disertai kas yang
diterima/dikeluarkan
Tabel 3.1
Defenisi Operaional dan Skala Pengukuran Variabel
VARIABEL
DEFENISI OPERASIONAL
PENGUKURAN PENELITIAN SKALA
Manajemen
Laba
Manajemen laba adalah
campur tangan
manajemen dalam
proses pelaporan
TAit= β + β1KAt+ β2CARt+ β3UKt + β4LEVt+ β5AUDt + e
NDAit = TA – (β + β1KAt + β2CARt + β3
(49)
keuangan dengan tujuan
untuk menguntungkan
dirinya sendiri
(manajer).
UKt+ β4LEVt+ β5AUDt + e)
DAit = TAit - NDAit
Karakteristik
Komite
Audit (X1)
Keberadaan Komite
Audit sangat penting
bagi pengelolaan
perusahaan. Komite
audit merupakan
komponen baru dalam
sistem pengendalian
perusahaan. Selain itu
Komite audit dianggap
sebagai penghubung
antara pemegang saham
dan dewan komisaris
dengan pihak
manajemen dalam
mengenai masalah
pengendalian.
jika perusahaan memiliki komite audit
afiliasinya angka 1 atau jika perusahaan
tidak memiliki komite audit afiliasinya
angka 0
Nominal
Capital Adequacy Ratio (X2)
variabel yang digunakan
untuk mengukur
proporsi modal sendiri
(50)
dibandingkan dengan
dana luar di dalam
pembiayaan kegiatan
usaha perbankan.
Ukuran
Perusahaan
(X3)
variabel gambaran besar
atau kecilnya suatu
perusahaan yang
ditentukan dengan
batas-batas tertentu
yang sudah ditentukan.
Proksi Firm size
(ukuran perusahaan)
Ln Total Asset Rasio
Leverage
(X4)
merupakan rasio antara
total kewajiban dengan
total asset. Semakin
besar rasio leverage, berarti semakin tinggi
nilai utang perusahaan.
Rasio
Reputasi
Auditor (X5.)
Pelaporan pelanggaran
tergantung atas
keinginan auditor untuk
mengungkapkan.
pelanggaran tersebut.
jika perusahaan di audit oleh KAP Big four
dengam afiliasinya angka 1 atau jika
perusahaan di audit oleh KAP non Big Four dengan afiliasinya angka 0
(51)
Dorongan ini akan
tergantung kepada
independensi yang
dimiliki oleh auditor
tersebut.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah “kelompok keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang diselidiki oleh peneliti” (Sularso, 2003 : 67). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang berjumlah 41 perusahaan.
Menurut Sularso (2003 : 67), “sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi. Dengan mempelajari sampel peneliti berharap dapat
mengambil kesimpulan yang akan digeneralisasikan keseluruhan populasi”. Dengan pertimbangan peneliti, maka kriteria dalam pengambilan sampel yang
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 hingga tahun 2013.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk
periode 2010 hingga tahun 2013. (www.idx.co.id).
3. Adanya data mengenai dewan komisaris independen, komite audit, dan auditor
eksternal (KAP) selama periode yang ditentukan.
(52)
5. Perbankan harus pada posisi keuangan yang laba.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam melakukan analisis data digunakan metode deskriptif kuantitatif,
yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan hasil yang
diperoleh.Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
statistik, yaitu uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, dan pengujian
hipotesis.
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji analisis regresi linear berganda, maka hal yang
pertama dilakukan adalah uji asumsi klasik, yang bertujuan untuk mendapatkan
nilai estimasi yang diperoleh bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and Estimator), yang artinya nilai estimator yang terbaik, estimator yang linear, dan estimator yang tidak bias. Maka data-data yang digunakan dalam analisis regresi
terlebih dahulu akan diuji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
dan uji autokorelasi
a. Uji Normaliitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Uji ini
berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data.Jika data normal,
maka digunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal maka digunakan
(53)
adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.Untuk melihat
normalitas dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data
normal.Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya.
Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1. jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2. jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam
penelitian ini Peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk
menguji normalitas data. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
H0 : data residual berdistribusi normal,
Ha : data residual tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2013:105), “uji ini bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.” Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen.Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel- variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna
diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
(54)
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Ada
tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks korelasi
variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai VIF tidak lebih dari
sepuluh dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan
terbebas dari multikolinieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan
pengamatan yang lain. Menurut Ghozali (2013:139) Model regresi yang baik
adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.Cara
memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari
pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang
menyatakan model regresi berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:
1) titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol,
2) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah,
3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
4) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
(55)
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier
terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1.Jika terjadi autokorelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Menurut
Ghozali (2013:110). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan
pada data time series. Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif tidak
terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi adalah dengan menggunakan Runs-test
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
karena analisis regresi digunakan untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat serta menunjukkan arah hubungan variabel-variabel tersebut.
Pengukuran manajemen laba menggunakan Discretionary Accrual (DA). Penggunaan DA sebagai proksi Manajemen laba dihitung dengan menggunakan
Beaver dan Engel (1996).).
Berdasarkan pembahasan teori, data penelitian, variabel-variabel
penelitian, dan penelitian terdahulu maka bentuk persamaan regresi berganda
penelitian ini menggunakan model sebagai berikut:
Rumus:
TAit= β + β1KAt+ β2CARt+ β3UKt+ β4LEVt+ β5AUDt (3.1)
Keterangan:
β : koefisien regresi DAt : discretionary accruals
(56)
KAt : Komite Audit pada tahun t
CARt : capital adequacy ratio pada tahun t
UKt : Ukuran Perusahaan yang dihitung dari jumlah asset perusahaan pada
tahun t
LEVt : leverage pada tahun t
AUDt : Reputasi Auditor, nilai 1 jika KAP Big 4 dan 0 jika KAP Non Big 4
CARt : capital adequacy ratiopada tahun t
NDAit = TA – (β + β1KAt+ β2CARt+ β3 UKt+ β4LEVt+ β5AUDt + e) (3.2)
Dengan demikian dapat diperoleh Discretionary Accrual dengan rumus:
DAit = TAit - NDAit (3.3)
Persamaan di atas kemudian dianalisis dengan SPSS dengan tingkat signifikansi
5% (α = 0,05).
Analisis terhadap hasil regresi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji t (Uji Secara Parsial)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.Tujuan dari uji
t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual.
Rumusan Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
1. H0 diterima bila ttabel > thitung, atau dapat dilihat dari nilai
signifikansinya apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang
(57)
2. Ha diterima bila thitung> ttabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya
apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
b. Uji F (Uji Secara Serentak)
Pengujian Hipotesis Distribusi F pada model regresi berganda dilakukan
untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
1. Terima H0 (tolak Ha) bila Fhitung ≤ Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai
signifikansinya apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Tolak H0 (terima Ha) bila Fhitung> Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai
signifikansinya apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang
signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
c. Pengujian Koefisien Determinan (R2 )
Pengujian koefisien determinan dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Pengujian ini dilakukan dengan
melihat nilai koefisien determinan. Koefisien determinan (R2) merupakan besaran non negatif dan besarnya koefisien determinasi adalah ( . Jika
koefisien determinan bernilai 0, maka tidak ada hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Sebaliknya jika koefisien determinan bernilai 1, maka
(58)
Uji Determinasi, untuk melihat besarnya kontribusi pengaruh variabel
bebas dan variabel terikat dapat dihitung dengan rumus :
(59)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dari data-data dalam penelitian ini disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Y
96
-1.610973509 00E2
4.095550218 00E1
-4.25986727 17604E0
2.1371990949018 6E1
Valid N (listwise) 96
Berdasarakan tabel 4.1 dapat dideskripsikan bahwa manajemen laba sebagai variabel Y memiliki nilai minimum --1.61097 nilai maksimum 4,09555
nilai rata – rata -4,21371 dan standar deviasinya 2,13719 dengan jumlah pengamatan 96 unit analisis
Tabel 4.2 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 96 0 1 .47 .502
Valid N (listwise) 96
Berdasarakan tabel 4.2 dapat dideskripsikan bahwa Komite Audit sebagai variabel X1 memiliki nilai minimum 0 nilai maksimum 1 nilai rata – rata 0,47dan standar deviasinya 0,502dengan jumlah pengamatan 96 unit analisis
(60)
Tabel 4.3 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X2 96 .0010 .4640 .169031 .0513199
Valid N (listwise) 96
Berdasarakan tabel 4.3 dapat dideskripsikan bahwa Capital Adequacy Ratio sebagai variabel X2 memiliki nilai minimum 0,0010 nilai maksimum 0,4640 nilai rata – rata 0,169031 dan standar deviasinya 0,0513199 dengan jumlah pengamatan 96 unit analisis.
Tabel 4.4 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X3
96 1.50947254
30E1
3.05851725 80E1
2.0251802 15927E1
3.976432206320 9E0
Valid N (listwise) 96
Berdasarakan tabel 4.4 dapat dideskripsikan bahwa ukuran perusahaan sebagai variabel X3 memiliki nilai minimum 1,509472 nilai maksimum 3,05851 nilai rata – rata 2,02518 dan standar deviasinya 3,9764322 dengan jumlah pengamatan 96 unit analisis.
Tabel 4.5 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X4 96 .751630 .939830 .88250323 .034966032
(61)
Berdasarakan tabel 4.5 dapat dideskripsikan bahwa Leverage sebagai variabel X4 memiliki nilai minimum 0,751630 nilai maksimum 0,939830 nilai rata – rata 0,88250323 dan standar deviasinya 0,034966032 dengan jumlah pengamatan 96 unit analisis.
Tabel 4.6 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X5 96 0 1 .70 .462
Valid N (listwise) 96
Berdasarakan tabel 4.6 dapat dideskripsikan bahwa Reputasi Auditor sebagai variabel X5 memiliki nilai minimum 0 nilai maksimum 1 nilai rata – rata 0,70 dan standar deviasinya 0,462 dengan jumlah pengamatan 96 unit analisis.
4.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali,2013). Model regresi yang baik adalah yang mempunyai
(62)
Tabel 4.7 Tabel Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 96
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 20.59473018
Most Extreme Differences Absolute .227
Positive .157
Negative -.227
Kolmogorov-Smirnov Z 2.220
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.046
Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan besarnya
Kolmograv-Smirnov (K-S) adalah 2.220 dan signifikansi 1.046. Hal ini
menunjukkan bahwa data tersebut telah terdistribusi normal karena nilai
signifikansinya atau Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 yakni
1.046
Selain uji Kolmograv-Smirnov, hasil uji normalitas juga dapat
dilihat pada diagram histogram dan Normal Probability Plot yang ditampilkan pada gambar berikut ini:
(63)
Gambar 4.1
Histogram Uji Normalitas
Grafik histogram pada gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa
distribusi data memiliki kurva berbentuk lonceng dimana distribusi data
tidak menceng ke kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini menunjukkan
bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini juga didukung dengan
(64)
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot
Gambar 4.3 merupakan grafik normal probability plot yang menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal. Hal
tersebut menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini
sejalan dengan pengujian yang menggunakan histogram dan model
Kolmograv-Smirnov yang juga menyatakan bahwa data telah terdistribusi secara normal.
(65)
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 105.021 82.328 1.276 .205
X1 7.815 4.511 .183 1.732 .087 .920 1.087
X2 -40.523 55.044 -.097 -.736 .464 .591 1.693
X3 .101 .594 .019 .169 .866 .839 1.192
X4 -115.908 82.246 -.190 -1.409 .162 .570 1.755
X5 -8.383 5.160 -.181 -1.625 .108 .831 1.204
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti
tidak ada korelasi antar variabel independen. Selain itu juga, hasil
perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal
yang sama tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF
lebih dari 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas
(66)
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 106.458 82.404 1.292 .200
X1 7.765 4.515 .182 1.720 .089
X2 -40.832 55.014 -.098 -.742 .460
X3 .064 .597 .012 .108 .914
X4 -116.530 82.299 -.191 -1.416 .160
X5 -8.485 5.161 -.183 -1.644 .104
a. Dependent Variable: Y
Dari tabel 4.9 dapat diketahui masing – masing signifikansi variabel lebih besar dari 0,05 yakni variabel komite audit sebesar 0,089, Capital Adequacy Ratio
sebesar 0,460, Ukuran Perusahaan sebesar 0.914, Leverage sebesar 0,160, Reputasi Auditor sebesar 0,104. Oleh karena itudapat disim[ulkan bahwa data
dalam penelitian ini bebas dari gejala heteroskedastisitas.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
(1)
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 105.021 82.328 1.276 .205
X1 7.815 4.511 .183 1.732 .087 .920 1.087
X2 -40.523 55.044 -.097 -.736 .464 .591 1.693
X3 .101 .594 .019 .169 .866 .839 1.192
X4 -115.908 82.246 -.190 -1.409 .162 .570 1.755
X5 -8.383 5.160 -.181 -1.625 .108 .831 1.204
(2)
92
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 5.886E-14 82.404 .000 1.000
X1 .000 4.515 .000 .000 1.000 .919 1.088
X2 .000 55.014 .000 .000 1.000 .591 1.691
X3 .000 .597 .000 .000 1.000 .838 1.194
X4 .000 82.299 .000 .000 1.000 .569 1.757
X5 .000 5.161 .000 .000 1.000 .831 1.204
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
(3)
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea 2.01931
Cases < Test Value 48
Cases >= Test Value 48
Total Cases 96
Number of Runs 41
Z -1.642
Asymp. Sig. (2-tailed) .101
(4)
94
Uji Koefisien Determinasi (R
2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.267a .071 .020 2.116107538458
64E1
a. Predictors: (Constant), X5, X2, X1, X3, X4
b. Dependent Variable: Y
(5)
Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3091.190 5 618.238 1.381 .239a
Residual 40301.200 90 447.791
Total 43392.390 95
a. Predictors: (Constant), X5, X2, X1, X3, X4
(6)
96
Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 106.458 82.404 1.292 .200
X1 7.765 4.515 .182 1.720 .089
X2 -40.832 55.014 -.098 -.742 .460
X3 .064 .597 .012 .108 .914
X4 -116.530 82.299 -.191 -1.416 .160
X5 -8.485 5.161 -.183 -1.644 .104
a. Dependent Variable: Y