1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan
dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan dibuat
oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan.
Laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain salah satunya yaitu sebagai laporan kepada pihak di luar perusahaan. Kinerja
manajemen perusahaan tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis
manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor.
Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh
kasus terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam Badan Pengawas Pasar Modal, 2002, diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan,
Universitas Sumatera Utara
2
dimana dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar. Kasus
manipulasi laporan keuangan juga pernah terjadi pada PT Kereta Api Indonesia. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia
KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp, 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan \ seharusnya
menderita kerugian sebesar Rp. 63 Miliar. Laporan keuangan tersebut telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Setelah hasil audit tersebut diteliti
dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005 Kompas, 5 Agustus 2006.
Praktik manajemen laba juga terjadi di luar negeri. AAER Accounting and Auditing Enforcement Releases, suatu Divisi di The SEC Security and Exchange
Commision, menerbitkan laporan tentang beberapa kasus manajemen laba, antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.1 Fenomena Praktik Manajemen Laba
NO PERUSAHAAN
FENOMENA MANAJEMEN LABA
1 Intile Design, Inc.
Menilai Terlalu Rendah Persediaan Akhir Agar Pajak Properti Mengecil.
2 System Software Associates,
Inc. Mengakui Pendapatan Atas Pendapatan
Yang Tidak Jelas Apakah Produk Yang
Universitas Sumatera Utara
3 Dikirim Telah Diterima Pelanggan Atau
Belum.
3 Abs Industries, Inc.
Aaer No. 1240, Mar 23, 2000. Membukukan Penjualan Tanpa Adanya
Pesanan Dari Pelanggan, Bahkan Pada Beberapa Kasus Produk Belum Selesai
Dibuat.
4 Sirena Apparel, Inc.
Aaer No. 1673, Sept 27, 2000. Tidak Menutup Pembukuan Di Kuartal
Maret 1999 Agar Target Penjualan Periode Tersebut Tercapai Dengan Cara Mengubah
Tanggal Pada Computer Agar Tanggal Palsu Tercetak Di Faktur.
5 Guilford Mills, Inc.
Aaer No. 1287, Mar 23, 2000. Melakukan Pembukuan Palsu Ke Buku
Besar Hofman Laces Anak Perusahaan Yang Mengurangi Utang Dagang Dan
Harga Pokok Penjualan Dengan Jumlah Yang Sama Sehingga Menaikkan Laba.
Sumber: ilmuakuntansi.web.id
Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri manajer.
Perba nkan adalah perusahaan “kepercayaan”, sehingga apabila perusahaan
diketahui melakukan tindak manajemen laba otomatis kepercayaan investor akan berkurang dan satu persatu ataupun bersama-sama akan melakukan penarikan
dana sehingga bisa menimbulkan rush penarikan dana secara besar-besaran yang
Universitas Sumatera Utara
4
kemudian akan merugikan bank tersebut bahkan menyebabkan bank tersebut collapse bangkrut.
Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan
manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya.
Banyak penelitian mengenai hubungan reputasi auditor dengan manajemen laba. Dalam meneliti hubungan reputasi auditor dan manajemen laba, kualitas
audit dinilai berpengaruh dalam mendukung auditor mendeteksi manajemen laba. Fan dan Wong 2001 yang melakukan penelitian di Asia Timur yang
menyatakan bahwa kualitas auditor tidak mempengaruhi manajemen laba. Ketidakkonsistenan ini pula yang menyebabkan peneliti ingin menguji kualitas
auditor dalam penelitiannya. Selain hal diatas, faktor lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah
Ukuran perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar biasanya memiliki peran sebagai pemegang kepentingan yang lebih luas. Perusahaan yang berukuran besar
dapat memberikan informasi yang lebih baik untuk kepentingan investasi karena perusahaan besar cenderung lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga dalam
melakukan pelaporan dapat lebih berhati-hati. Perusahaan-perusahaan besar memiliki tanggung jawab yang lebih luas. Kebijakan-kebijakan yang dibuat
perusahaan besar akan membawa dampak yang besar pula terhadap kepentingan publik dibandingkan perusahaan kecil.Modal kerja dapat dilihat dari perputaran
modal kerja working capital turnover, perputaran persediaan inventory
Universitas Sumatera Utara
5
turnover, perputaran aset asset turnover dan perputaran piutang receivable turnover.Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas di investasikan dalam
komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas.Makin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal
kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat.
Bank Indonesia sebagai pengawas semua bank yang ada di Indonesia menerapkan cara penilaian CAR suatu bank berdasarkan pada laporan keuangan.
Penilaian CAR dengan menggunakan laporan keuangan itulah yang menyebabkan manajer memiliki inisiatif untuk melakukan manajemen laba agar perusahaan
mereka dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh BI. Komite audit merupakan salah satu komponen GCG yang berperan penting
dalam sistem pelaporan keuangan yaitu dengan mengawasi partisipasi manajemen dan auditor independen dalam proses pelaporan keuangan. Komite audit bertugas
membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: i laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, ii
struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, iii pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar
audit yang berlaku, dan iv tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen Komite Nasional Kebijakan Governance 2006. Dengan adanya
komite audit yang efektif diharapkan tindak manajemen laba dapat dibatasi. Penelitian-penelitian di Indonesia yang mengulas tentang karakteristik komite
audit jumlahnya masih sangat terbatas, terutama jika mengambil obyek
Universitas Sumatera Utara
6
perusahaan perbankan. Perusahaan perbankan dianggap memiliki tingkat regulasi yang tinggi highly regulated, seperti yang diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia. Hal ini mendorong dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh komite audit terhadap manajemen laba yang akan lebih menekankan
pada karakteristik komite auditnya.
Handayani dan Rachadi 2009 yang menganalisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Earnings Management
Setiawan dan Siska 2013 meneliti Pengaruh Reputasi Auditor, Dewan Direksi Dan Leverage Terhadap Motivasi Manajemen Laba Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks Syariah Periode 2006-2011 . Reputasi
auditor terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini diperlihatkan dengan p value
0,959 α 0,05 yang berarti H1 ditolak. Leverage terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini diperlihatkan dengan p value
0,000 α 0,05 yang berarti H3 diterima.
Suriyani, Yuniarta, dan Wikrama 2015 meneliti Pengaruh Peran Komite Audit Dalam Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek IndonesiaBEI. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa
Terdapat pengaruh antara komite audit terhadap manajemen laba. Dan Tidak terdapat pengaruh antara leverage terhadap manajemen laba.
Zahara dan Siregar 2009 meneliti Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank Syariah.
Hasil penelitian menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
7
rasioa CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, tetapi tidak signifikan
Hasil-hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten mengenai berpengaruh atau tidaknya auditor terhadap Manajemen Laba dan mengenai
penelitian di Indonesia yang mengulas tentang karakteristik komite audit terhadap manajemen laba jumlahnya masih sangat terbatas terutama jika mengambil obyek
perusahaan perbankan, mendorong penulis untuk meneliti kembali variabel dari penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin menguji dan
mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Capital Adequacy Ratio, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi
Auditor Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2010 - 2013 ”.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah