5 PEMBAHASAN
5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial
Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei
2007. Rendahnya SPL pada bulan September diduga karena masih adanya pengaruh musim muson timur Juni-Agustus, sedangkan pada bulan Mei
merupakan musim peralihan dimana intensitas penyinaran pada permukaan perairan berlangsung sangat kuat.
Sebaran SPL pada musim barat Desember, Januari dan Februari secara visual menunjukkan SPL hangat terlihat dominan pada sisi timur Sabang dan
suhu dingin terlihat pada sisi barat Sabang dan sisi utara Pulo Aceh. hal ini disebabkan karena masih berpengaruhnya SPL pada musim peralihan timur-
barat yang cenderung lebih dingin. Sebaran SPL secara spasial, massa air dingin cenderung bergerak dari
arah barat daya Pulo Aceh menyusup dari sisi kiri dan sisi kanan sampai ke teluk Benggala bahkan sampai ke Selat Malaka Citra bulan Desember-Januari 2007.
SPL pada bulan Desember 2006, Januari dan Februari 2007 menunjukkan massa air bersuhu hangat yang menjadi karakter musim peralihan timur-barat
terdorong oleh massa air dingin ke arah tenggara sampai ke Selat Malaka seiring datangnya angin muson barat West Munsoon.
SPL pada bulan Januari tahun 2006 dan 2007 di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam didominasi oleh suhu hangat dengan kisaran 25,00-29,00
o
C. Hal ini terjadi karena adanya dinamika perubahan lingkungan walaupun pada
daerah yang sama. Secara spasial juga terlihat bahwa SPL hangat terkonsentrasi di daerah Sabang dan Pulo Aceh dan semakin menurun ke arah
perairan Teluk Krueng Raya Gambar 9. Sebaran SPL pada musim peralihan barat-timur terlihat perbedaan
pergerakannya dengan musim barat. Pada musim ini sebaran SPL menunjukkan telah bercampur antara massa air hangat dan massa air dingin, diduga
disebabkan terjadi perubahan pola pergerakan angin musim yang mendorong massa air permukaan. Sesuai dengan pendapat Nontji 1993 yang menyatakan
bahwa pada musim peralihan barat-timur sekitar bulan April, arus ke timur ini mulai melemah bahkan mulai berbalik arah hingga di beberapa tempat terjadi
olakan-olakan Eddies. Birowo 1983 juga menyatakan bahwa pada musim
pancaroba yaitu dalam bulan April arus sangat berubah-ubah dan sangat sukar ditentukan.
Percampuran massa air hangat dan dingin pada citra bulan Maret, April dan Mei 2007 terlihat pada bagian selatan Sabang namun suhu hangat
cenderung mendominasi pada bagian Selat Malaka. Dari kondisi ini memberikan informasi besarnya pengaruh pergerakan arus permukaan terhadap sebaran
SPL di wilayah penelitian. Sebaran SPL secara spasial ditunjukkan pada Gambar 10 pada musim
peralihan barat-timur Maret, April dan Mei terlihat pola pergerakan SPL yang hangat cenderung terkonsentrasi pada bagian timur Sabang, Hal ini diduga
disebabkan mulai berpengaruhnya sistem arus musim timur yang cenderung membawa massa air bersuhu hangat dari Selat Malaka.
Pada musim timur terlihat perbedaan sebaran SPL dengan musim peralihan barat-timur. Pada musim timur percampuran massa air hangat dan
massa air dingin tidak terlihat lagi berganti dengan massa air hangat yang mulai mendominasi pada hampir seluruh daerah penelitian. Hal ini diduga disebabkan
pada daerah perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam terjadi pengangkatan massa air dari lapisan yang dalam bersuhu rendah sampai dipermukaan. Kondisi
diatas didukung pendapat Boely et al, 1990 diacu dalam Tadjuddah, 2005 yang menyatakan bahwa temperatur terendah ditemui antara bulan Juni sampai
September. Massa air bersuhu dingin ditemui pada sisi utara Sabang dan utara Pulo
Aceh. Pada citra bulan Juni, Juli dan Agustus 2007 khususnya di daerah penelitian hanya bulan Agustus yang sebagian kecil memiliki massa air dingin.
Dari keseluruhan sebaran SPL secara spasial pada musim timur terlihat pola pergerakan SPL di perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam bergerak dari
barat daya ke Selat Malaka dengan membawa massa air yang bersuhu hangat. Gambar 11.
Pada musim peralihan timur-barat terlihat sebaran SPL di sebagian besar perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam memiliki SPL yang lebih dingin. Hal
ini disebabkan pada musim peralihan timur-barat kemungkinan disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, sehingga pemanasan matahari tidak efektif untuk
meningkatkan SPL. Pada musim peralihan timur-barat September, Oktober dan Nopember 2007 ditemukan fluktuasi suhu yang drastis seperti dari bulan
September ke Oktober. Menurut pendapat Hutagalung, 1988 diacu dalam
Tadjuddah, 2005 bahwa suhu air laut terutama di lapisan permukaan sangat tergantung pada jumlah bahang yang diterima dari sinar matahari. Hal ini terkait
dengan munculnya musim peralihan pada bulan September dan Oktober tersebut Gambar 12.
Penentuan kisaran SPL pada daerah penelitian dengan menggunakan hasil citra satelit Aqua MODIS level 3 masih memiliki kelemahan. Luasan sapuan
sensor MODIS yang besar mangakibatkan kisaran SPL yang didapat masih dalam daerah yang luas resolusi rendah sehingga masih banyak terdapat flag
yang harus dihilangkan. Disamping itu, satelit Aqua MODIS mengelilingi bumi pada sore hari sehingga data SPL pada saat untuk menentukan suatu daerah
penangkapan ikan masih kurang akurat karena kegiatan penangkapan ikan tidak hanya dilakukan pada sore hari. Namun demikian, perubahan suhu mingguan di
perairan tropis tidak terlalu signifikan.
5.2 Sebaran Klorofil-a Secara Temporal dan Spasial