Tingkah Laku Serta Penyebaran Ikan Cakalang dan Tongkol

Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata Subphylum : Vetebrata Class : Fisces Sub class : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub Ordo : Scombroidea Family : Scombridae Genus : Euthynnus Species : Euthynnus affinis Gambar 3 Ikan tongkol Euthynnus affinis. Ciri-ciri morfologis ikan tongkol Euthynnus affinis, adalah sebagai berikut : 1. Bentuk badan memanjang seperti cerutu atau torpedo. 2. Memiliki dua sirip punggung, yaitu sirip punggung pertana berjari-jari keras 15 dan sirip punggung kedua berjari-jari lemah 13, diikuti 8-10 jari-jari sirip tambahang. Sirip dubur berjari-jari lemah 14, diikuti 6-8 jari-jari tambahang dan terdapat dua lidahcuping interpelvic process diantara sirip perutnya. 3. Badan tanpa sisik, kecuali pada bagian korselet dan bagian rusuknya. 4. Pada batang ekornya, terdapat satu lunas kuat yang diapit dua lunas kecil. 5. Ukuran dapat mencapai panjang 100 cm, tetapi umumnya antara 50-60 cm. 6. Tubuh bagian atas berwarna biru kehitaman serta berwarna putih dan perak dibagian bawahnya. 7. Terdapat ban-ban hitam yang menyerong dan bergelombang, pada bagian atas garis rusuknya, serta noktah-noktah hitam diantara sirip dada dan perut. Tongkol ini, tergolong ikan pelagis besar perenang cepat dengan daerah penyebaran terutama di Samudera Indonesia, Indonesia Timur, Selat Benggala, Teluk Siam, Laut Cina Selatan, Philipina dan perairan Utara Australia Direktorat Jenderal Perikanan, 1979.

2.3 Tingkah Laku Serta Penyebaran Ikan Cakalang dan Tongkol

Distribusi ikan cakalang dan tongkol di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor internal meliputi jenis genetis, umur dan ukuran, serta tingkah laku behaviour. Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam morfologi, respon fosiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, di antaranya adalah parameter oseanografis seperti suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan thermoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan. Kedalaman renang ikan cakalang dan ikan tongkol bervariasi tergantung jenisnya, umumnya ikan cakalang dan tongkol dapat tertangkap di kedalaman 0–40 meter, penyebarannya di perairan tropis sangat dipengaruhi oleh lapisan termoklin. Ikan cakalang umumnya ditemukan di atas lapisan termoklin Laevastu dan Hela, 1970 Ikan cakalang dan tongkol banyak ditemukan pada perairan dengan kecerahan tinggi, dimana mangsanya terlihat jelas. Usaha perikanan cakalang dan tongkol sangat baik dilakukan di perairan dengan tingkat kecerahan 15 meter sampai 35 meter. Di perairan Indonesia Timur tingkat kecerahan dibeberapa fishing ground berkisar antara 10-30 meter Blackburn,1965. Blackburn 1965 menyatakan bahwa tuna dan cakalang ditemukan di sekitar perairan bebas dengan SPL berkisar antara 28,00-30,00 o C dan salinitas 32-35‰. Ikan cakalang sensitif terhadap perubahan suhu, khususnya waktu makan yang terikat pada kebiasaan-kebiasaan tertentu. Ikan cakalang dapat tertangkap secara teratur di Samudera Hindia bagian timur pada SPL 27,00- 30,00 o C Nikolsky 1963 diacu dalam Tadjuddah 2005 menyatakan bahwa sebab cakalang mengadakan migrasi secara bergerombol schooling karena mencari perairan yang kaya akan makanan, mencari tempat untuk memijah dan terjadinya perubahan beberapa faktor lingkungan perairan seperti SPL, salinitas dan arus. Pola migrasi untuk tiap perairan berbeda, di laut Pasifik Utara ikan cakalang bermigrasi pada musim panas ke perairan lain yang terdapat arus Equatorial utara dan ada juga yang bermigrasi ke utara-selatan dalam arus Kuroshio .

2.4 Parameter Oseanografi