Suhu permukaan laut SPL

2.4.1 Suhu permukaan laut SPL

Gunarso 1985 menyatakan bahwa SPL optimum untuk penangkapan cakalang di perairan Indonesia adalah 28,00-29,00 o C. Fluktuasi SPL dan perubahan geografis merupakan faktor penting dalam merangsang dan menentukan pengkonsentrasian schooling ikan. SPL memegang peranan dalam penentuan daerah penangkapan ikan. Menurut Laevastu dan Hela 1970 untuk meramalkan berhasil tidaknya suatu penangkapan ikan harus memperhatikan : 1 Suhu optimum dari semua jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan. 2 Pengamatan hidrografi dan meteorologi untuk memberikan keterangan mengenai isotermal permukaan. 3 Perubahan keadaan hidrografi harus dapat diramalkan. SPL berpengaruh langsung terhadap kehidupan di laut. Pengaruh tersebut meliputi laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologis hewan, khususnya metabolisme dan siklus reproduksi ikan mempunyai kisaran suhu optimum untuk hidupnya. Pengetahuan tentang SPL optimum ini akan bermanfaat dalam peramalan keberadaan schooling ikan, sehingga dapat dengan mudah dilakukan operasi penangkapan. Menurut Nontji 1987 sebaran suhu secara vertikal di perairan Indonesia umumnya mempunyai pola seperti Gambar 4. Pada dasarnya penyebaran suhu secara vertikal dibedakan atas tiga lapisan yaitu lapisan homogen hangat bagian atas, lapisan termoklin bagian tengah dan lapisan dingin bagian bawah. Lapisan termoklin merupakan lapisan antara massa air permukaan yang lebih hangat dengan massa air yang lebih dingin di bawahnya. Lapisan termoklin yang terdapat di bawah lapisan homogen ditandai oleh penurunan suhu yang cepat terhadap kedalaman. Penurunan suhu ini mengakibatkan densitas air meningkat, sehingga lapisan termoklin ini adalah daerah yang mempunyai densitas yang sangat kuat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketebalan lapisan termoklin ini seperti : pertukaran bahang, percampuran massa air oleh gelombang, pergerakan massa air secara mendatar dan gelombang dalam Hela dan Laevestu, 1970. Secara alami SPL merupakan lapisan hangat, karena mendapat radiasi sinar matahari pada siang hari. Akan tetapi karena pengaruh angin, pada lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 meter terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat sekitar 28,00 o C yang homogen, sehingga lapisan tersebut juga lapisan homogen. Lapisan permukaan umumnya memiliki ketebalan kedalaman tertentu sebelum mencapai lapisan yang lebih dingin di bawahnya Gambar 4. A. Lapisan Homogen Hangat 0-100m, B. Lapisan termoklin 100-200m, C. Lapisan Homogen Dingin diatas 200m. Gambar 4 Sebaran vertikal suhu secara umum di Indonesia Nontji, 1987. Suhu optimum berbagai jenis hewan air berbeda-beda tergantung pada spesies, daerah tempat hidup yang dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi. Hampir semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya. Dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, maka akan dapat diduga keberadaan suatu schooling ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan Hela dan Laevestu, 1970. SPL dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menduga keberadaan organisme di suatu perairan, khususnya ikan. Hal ini karena sebagian besar organisme bersifat poikitermik. Tinggi rendahnya SPL pada suatu perairan terutama dipengaruhi oleh radiasi matahari. Perubahan intensitas cahaya akan mengakibatkan terjadinya perubahan suhu air laut baik secara horizontal, mingguan, bulanan maupun tahunan Hela dan Laevestu, 1970. SPL merupakan salah satu parameter penting dari sumberdaya hayati laut ikan. Setiap jenis spesies ikan mempunyai suhu optimum dan mempunyai keterbatasan toleransi terhadap perubahan suhu yang ada Laevestu dan Hayes, 1970. Selanjutnya dikatakan bahwa ikan dapat merasakan terjadinya perubahan suhu yang lebih kecil dari 0,1 o C. Suhu berpengaruh terhadap proses metabolisme ikan yang lebih lanjut akan mempengaruhi aktivitasnya. Ked a la man m Upwelling dan keberadaan front merupakan kondisi laut yang dapat dideteksi dengan penginderaan jauh. Upwelling merupakan penaikan massa air dari bawah lapisan afotik, yang umumnya bersuhu lebih rendah dan kaya akan zat-zat hara, menuju lapisan permukaan. Kombinasi antara adanya cahaya matahari dengan zat-zat hara ini akan meningkatkan kesuburan perairan tersebut, dimana produksi dari fitoplankton meningkat. Keberadaan perairan yang bersuhu lebih rendah daripada perairan di sekitarnya ini, akan dengan mudah terdeteksi oleh sensor satelit. Fenomena upwelling ini kemungkinan bersifat sporadis, tetapi biasanya terjadi secara teratur dengan adanya pengaruh musim Laevestu dan Hayes, 1970.

2.4.2 Klorofil-a