Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN MASA KERJA DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 95 DI KOTA

MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

WAHYU EKO SYAHPUTRA NIM. 111000288

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN MASA KERJA DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 95 DI KOTA

MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

WAHYU EKO SYAHPUTRA NIM. 111000288

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN LAMA KERJA DAN MASA KERJA DENGAN NEUROPATI PERIFER PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 95 DI KOTA MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015 Yang membuat pernyataan


(4)

(5)

ABSTRAK

Neuropati Perifer adalah gangguan pada saraf tepi yang dapat menimbulkan gejala seperti rasa terbakar, nyeri yang dirasakan dingin, tersengat listrik, kesemutan, nyeri seperti ditusuk jarum, matirasa, dan gatal. Penyebab neuropati perifer salah satunya adalah getaran. Getaran yang didapatkan pekerja berasal dari tempat duduk dan setir. Getaran yang memapari tubuh pekerja tidak hanya mengganggu kenikmatan kerja dan menyebabkan kelelahan namun dapat membahayakan kesehatan seperti neuropati perifer.

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square.Populasi penelitian ini adalah seluruh supir angkutan kota trayek 95 kota Medan yang berjumlah 40 orang, dimana sampel penelitian diambil dengan cara total sampel yang berjumlah 40 orang.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel lama kerja memiliki nilai p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015. Untuk variabel masa kerja memiliki nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015.

Pengukuran getaran pada tempat duduk supir didapatkan hasil sebesar 118,64 µm dan pada setir didapatkan hasil sebesar 87,065 µm, dimana menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996 getaran tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak nyaman untuk pekerja.

Neuropati perifer dapat mengganggu kualitas hidup dan mengganggu kenikmatan kerja seseorang dan cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengendalian getaran berupa mengganti bantalan tempat duduk yang sudah tipis dengan yang tebal, menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota, dan memelihara mesin angkutan kota dengan baik.


(6)

ABSTRACT

Peripheral neuropathy is disorder in the edge or periphery of nerve which can cause symptoms such as the feeling of inflammation, cold pain, electric shock, prickling sensation in a part of the body, pain as if pierced by needles, numb, and itchy. One of the causes of peripheral neuropathy is the shaking from the seats and steering wheels. Not only will the work comfort and fatigue of workers who are exposed to this shaking be disturbed but they can also be detrimental to peripheral neuropathic.

The research was an analytic survey with cross sectional design. The data were analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis with chi square test. The population was 40 drivers of urban transportation line 95 in Medan, and all of them were used as the samples, using total sampling technique.

The result of the research showed that the variable of work period was p > 0.05 which indicated that there was no correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015. The variable of the length of service was p < 0.05 which indicated that there was the correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015.

The shaking measurement of the drivers’ seats was 118.64 µm and of the drivers’ steering wheels was 87.065 µm. According to the Decree of the Minister of State for Environment No. 49/1996, this shaking could arouse uncomfortable reaction to workers.

Peripheral neuropathic can disturb one’s quality of life and work comfort. The best way to solve it is by controlling the shaking by changing the thin out seat cushions to the thicker ones, using shock absorber devices and standard suspension in order to lessen the buses’ shaking mechanism and to keep the machines in good condition.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, atas limpahan rahmat dan rezekinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015” sebagai salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa bimbingan, bantuan, dorongan dan partisipasi aktif dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MSselaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku dosen pembimbing I dan Isyatun Mardhiyah, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing, mengarahkan, memberi saran-saran dengan berdiskusi dan memperluas wawasan berpikir dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.

4. Arfah Mardiana Lubis,SPsi, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.


(8)

5. Dosen penguji Bapak dr.Muhammad Makmur Sinaga, MS dan Ibu Umi Salmah, SKM, M.Kesatas masukkannya.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara untuk ilmu dan pengalaman yang telah diberi kepada penulis selama ini.

7. Bapak Ricardo Hutahaean selaku sekretaris PU. Gajah Mada dan Supir-supir angkutan kota trayek 95 atas kerjasamanya.

8. Teristimewa orang tua tercinta, Alm. Lainan Bangun dan Sumarni br. Sitepu yang telah membesarkanku dengan cinta yang tulus, selalu mengajarkanku untuk menjadi pejuang yang tangguh, pantang menyerah, dan atas doanya skripsi ini dapat penulis selesaikan.

9. Kakak-kakak ku tersayang, Banci Muli br. Bangun, Juliana br. Bangun, Leli Aida br. Bangun, Eka Imelda br. Bangun, yang telah memberi doa, semangat, dan tempat berbagi suka dan duka terimakasih untuk segalanya.

10.Seluruh keluarga besar penulis, terima kasih untuk dukungan moril dan doa yang telah di beri.

11.Sahabat-sahabat terbaik (Yudi, Zakaria, Vebrian, Adib, Azmi, Riyadi, Dwiky) atas doa dan dukungannya.

12.Elvira Siregar, Amdyang telah setia menemani, memberi semangat, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

13.Rekan-rekan peminatan K3 (Meutia Reza Syahlefi, Winni Anggraini, Jonri Silaban, Tommy P. Karo-karo, Freddy Rizky Tumanggor, Fahrunnisa Hariningrum) terimakasih atas dukungannya.

14.Pak Yoe Anto Ginting, pelatih vocal terbaikku, terimakasih atas doa dan dukungannya.

15.Bang Ripayandi AJP, pelatih drama musikal sekaligus tempat sharing dalam hal bermusik, terimakasih atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi penulisan, isi, maupun penyajiannya. Penulis dengan penuh kerendahan hati memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015 Penyusun


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... viii

DATAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RIWAYAT HIDUP ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...8

1.3 Tujuan Penelitian ...8

1.4 Hipotesis ...9

1.5 Manfaat Penelitian ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Getaran ...10

2.1.1 Pengertian Getaran ...10

2.1.2 Baku MutuGetaran ...10

2.1.3 Parameter Getaran ...11

2.1.4 Getaran Mekanis ...12

2.1.5 Jenis-Jenis Getaran ...13

2.1.6 Efek Getaran Terhadap Kesehatan ...17

2.2 Pengendalian Paparan Getaran ...20

2.3Saraf ...21

2.3.1Pengertian Saraf ...21

2.3.2 Sistem Saraf ...22

2.4 Saraf Perifer ...23

2.5 Gangguan Neurologis ...24

2.6 Neuropati Perifer ...25

2.6.1 Pengertian Neuropati Perifer...25

2.6.2 Jenis-Jenis Neuropati Perifer...26


(11)

2.6.4 Nyeri Neuropati Perifer...27

2.7 Kerangka Konsep...28

2.8 Definisi Operasional...28

2.8.1 Lama Kerja...28

2.8.2 Masa Kerja...29

2.8.3 Neuropati Perifer...30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian...31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...31

3.2.1 Lokasi ...31

3.2.2 Waktu ...31

3.3 Populasi dan Sampel ...31

3.3.1 Populasi ...31

3.3.2 Sampel ...32

3.4 Aspek Pengukuran ...32

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...35

3.5.1 Data Primer ...35

3.5.2 Data Sekunder ...36

3.6 Teknik Pengolahan Data ...36

3.6.1 Analisis Univariat ...37

3.6.2 Analisis Bivariat ...37

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ...39

4.2 Analisa Univariat ...40

4.2.1 Lama Kerja...40

4.2.2 Masa Kerja ...41

4.2.3 Douleur Neurophatique (DN4) ...41

4.2.4 Tingkat Nyeri ...42

4.2.5 HasilPengukuranGetaranPadaTempatdudukdan Setir..42

4.3 Analisa Bivariat ...43

4.3.1 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati Perifer ...43

4.3.2 Hubungan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer...44

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian...46

5.2 Karakteristik Nyeri Neuropati ...46

5.3 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati Perifer ...47

5.4Hubungan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer ...47


(12)

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ...51 6.2Saran ...51

DAFTAR PUSTAKA ...52 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Uji Validitas Kuesioner Douleur Neurophatique (DN4) ...39

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Kuesioner Douleur Neurophatique (DN4) ...40

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Kerja ...40

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Masa Kerja...41

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Douleur Neurophatique (DN4) ...41

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Usia ... .42

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri...42

Tabel 4.8 HasilPengukuranGetaranPadaTempatDudukdanSetir……….43

Tabel 4.9 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati Perifer...44


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Mengambil Data

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 3. Surat Keterangan Pengukuran Getaran Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Master Pengolahan Data Lampiran 6. Hasil Pengolahan Statistik

Lampiran 7. Gambar Vibration Meter model VI-100 Lampiran 8. Gambar Alat Tes Rasa Raba


(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyu Eko Syahputra

Tempat Lahir : Binjai

Tanggal Lahir : 08Juli 1991

Suku Bangsa : Karo

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm.Lainan Bangun

Suku Bangsa : Karo

Nama Ibu : Sumarni Br.Sitepu

Suku Bangsa : Karo

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat Tahun : SDN 016 Jati Mulya/2004

2. SMP/Tamat Tahun : SMPN 2 Pangkalan Berandan/2007 3. SMA/Tamat Tahun : SMAN 1 Pangkalan Berandan/2010

4. Akademi/Tamat Tahun : S1 Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU/2011

5. Lama Studi di FKM USU : 3 tahun 10 bulan Riwayat Pekerjaan

Tahun 2012 : Pelatih di Medan Talent School Tahun 2014 : Tutor di SMART CLUB Tasbih


(17)

ABSTRAK

Neuropati Perifer adalah gangguan pada saraf tepi yang dapat menimbulkan gejala seperti rasa terbakar, nyeri yang dirasakan dingin, tersengat listrik, kesemutan, nyeri seperti ditusuk jarum, matirasa, dan gatal. Penyebab neuropati perifer salah satunya adalah getaran. Getaran yang didapatkan pekerja berasal dari tempat duduk dan setir. Getaran yang memapari tubuh pekerja tidak hanya mengganggu kenikmatan kerja dan menyebabkan kelelahan namun dapat membahayakan kesehatan seperti neuropati perifer.

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square.Populasi penelitian ini adalah seluruh supir angkutan kota trayek 95 kota Medan yang berjumlah 40 orang, dimana sampel penelitian diambil dengan cara total sampel yang berjumlah 40 orang.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel lama kerja memiliki nilai p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015. Untuk variabel masa kerja memiliki nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan tahun 2015.

Pengukuran getaran pada tempat duduk supir didapatkan hasil sebesar 118,64 µm dan pada setir didapatkan hasil sebesar 87,065 µm, dimana menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996 getaran tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak nyaman untuk pekerja.

Neuropati perifer dapat mengganggu kualitas hidup dan mengganggu kenikmatan kerja seseorang dan cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengendalian getaran berupa mengganti bantalan tempat duduk yang sudah tipis dengan yang tebal, menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota, dan memelihara mesin angkutan kota dengan baik.


(18)

ABSTRACT

Peripheral neuropathy is disorder in the edge or periphery of nerve which can cause symptoms such as the feeling of inflammation, cold pain, electric shock, prickling sensation in a part of the body, pain as if pierced by needles, numb, and itchy. One of the causes of peripheral neuropathy is the shaking from the seats and steering wheels. Not only will the work comfort and fatigue of workers who are exposed to this shaking be disturbed but they can also be detrimental to peripheral neuropathic.

The research was an analytic survey with cross sectional design. The data were analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis with chi square test. The population was 40 drivers of urban transportation line 95 in Medan, and all of them were used as the samples, using total sampling technique.

The result of the research showed that the variable of work period was p > 0.05 which indicated that there was no correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015. The variable of the length of service was p < 0.05 which indicated that there was the correlation between the length of service and the incidence of peripheral neuropathic in the respondents, in 2015.

The shaking measurement of the drivers’ seats was 118.64 µm and of the drivers’ steering wheels was 87.065 µm. According to the Decree of the Minister of State for Environment No. 49/1996, this shaking could arouse uncomfortable reaction to workers.

Peripheral neuropathic can disturb one’s quality of life and work comfort. The best way to solve it is by controlling the shaking by changing the thin out seat cushions to the thicker ones, using shock absorber devices and standard suspension in order to lessen the buses’ shaking mechanism and to keep the machines in good condition.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Proses industrialisasi dan modernisasi kehidupan disertai dengan semakin meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain jelas nampak dari kian bertambahnya dengan cepat penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak. Mesin dan peralatan kerja mekanis tersebut menimbulkan getaran yaitu gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran ini menyebar ke lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis. Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat di tempat kerja dan lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2009) .

Pada umumnya getaran mekanis yang berasal dari suatu mesin atau benda bergerak merupakan sesuatu hal yang tidak disukai,tidak dikehendaki.Ketika mesin atau benda yang bergerak dirancang dan dibuat,biasanya telah dijadikan pertimbangan sejauh mana mesin atau benda bergerak tersebut menimbulkan getaran mekanis. Pada dasarnya getaran mekanis yang terjadi oleh karena beroperasinya mesin atau peralatan yang bergerak bukan bagian dari lingkungan kerja yang sengaja direncanakan atau diciptakan. Selain tidak disukai atau adanya getaran getaran mekanis di luar kehendak manusia,getaran mekanis ternyata dapat menyebabkan efek buruk


(20)

kepada kesehatan dan mengganggu pelaksanaanpekerjaan.Untuk melindungi kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, perlu ditentukan batas paparan getaran mekanis sehingga aman bagi tenaga kerja (Suma’mur,2009).

Transportasi darat merupakan salah satu sektor yang terus mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan jenis kendaraan yang semakin banyak dan arus lalu lintas yang semakin padat. Inovasi dalam bidang ini berjalan terus menerus sesuai kebutuhan manusia akan daya jangkau dan jelajah yang semakin besar. Namun, disisi lain apabila tidak ditangani dengan baik teknologi ini dapat berubah menjadi mesin pembunuh yang sangat berbahaya (Wibowo, 2011).

Ada beberapa faktor dalam lingkungan kerja, salah satunya adalah faktor fisik yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja pada sarana transportasi darat berupa bus adalah paparan getaran yang berasal dari mesin bus. Getaran ini memapari tubuh pekerja. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/Menaker/1999 Menyatakan tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, getaran mekanis adalah gerakan yang teratur dari benda atu sebuah media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Hand Arm Vibration atau getaran tangan dan lengan pada umumnya dihubungkan dengan penggunaan pekakas yang bergetar, dan (2) Whole Body Vibration atau getaran seluruh tubuh, pada umumnya dialami oleh supir atau operator yang duduk pada suatu mesin yang bergetar seperti sarana angkutan


(21)

yangdigunakan di pertanian, transportasi, pertambangan, dan kehutanan (Joubert, 2001).

Angkutan umummerupakan salah satu alat transportasidarat yang menggunakan mesin. Mesin pada angkutan umum letaknya tepat dibawah tempat duduk supir yang merupakan sumber getaran. Angkutan umum yang beroperasi pada trayek tetap di kota Medan terdiri atas mobil penumpang umum (angkutan kota) ,bus kecil , bus sedang dan bus besar. Untuk angkutan umum yang tidak bertrayek dilayani oleh taksi danbecak mesin.Angkutan kota tertua di kota Medan disebut sudako. Sudako awalnya adalah jenis minibus daihatsu S38, lalu muncul daihatsu hijet 55 wide dan diikuti daihatsu hijet 1.000. Karena faktor usia perlahan jenis daihatsu S38 menghilang dan digantikan dengan minibus keluaran lebih baru (Asal usul angkot medan yang disebut sudako, https://greentravelers.wordpress.com) .

Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan,Armansyah lubis menegaskan, operasional angkutan kota tua di Medan tidak ada izinnya, karena Dishub Medan tidak pernah lagi mengeluarkan perpanjangan speksi, bahkan angkutan kota ini tidak pernah melakukan pengujian kendaraan berkala. Seharusnya pengujian angkutan kota dilakukan 6 bulan sekali secara berkala dan diperiksa kelayakan angkutan tersebut mulai dari mesin, rem hingga pengujian emisinya. Hal ini bertujuan untuk kenyamanan supir dan penumpang serta menghindari kecelakaan lalu lintas akibat masih menumpuknya angkutan tua yang sudah tidak layak untuk beroperasi(Angkot Tua Tetap Beroperasi, Sumutpos. Co / angkot-tua-tetap-beroperasi).


(22)

Kenyamanan transportasi tidak lepas dari getaranyangditimbulkan oleh kondisi kendaraan dan kondisi jalan yang dilalui.Getaran yang berasal dari kendaraan di pindahkan ke tubuh manusia melalui kaki, pada saat berdiri maupun duduk,bokong pada saat duduk atau tempat – tempat penyangga pada sandaran kursi. Keseluruhan media getaran diatas, dapat menyebabkan getaran seluruh tubuh(Adhy, 2008).

Pemaparan pada vibrasi dapat menyebabkan akibat negatif yang permanen bila dibiarkan tidak diperiksa dan tidak ditangani. Progress pengaruh negatif dari getaran terhadap kesehatan bersifat lambat, pada awalnya mulai terasa nyeri,saat pemaparan vibrasi berlangsung kontiniu, rasa nyeri berkembang menjadi luka atau penyakit. Nyeri adalah kondisi awal yang diamati dan harus diarahkan dalam rangka menghentikan akibat negatif(Soedirman,2014).

Menurut Kvarnstrom (2003) nyeri yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap berbagai aspek dalam hidup, termasuk diantaranya psikologis dan kapasitas fungsi kehidupan sehari-hari. Nyeri dan derajat beratnya nyeri memiliki hubungan yang bermakna dengan gangguan fisik, fungsi emosional, fungsi peran sosial, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup (Jensen, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adhy Dharma Adly pada tahun 2007, didapatkan hasil pengukuran getaran yang memapari tubuh helper rata-rata sebesar 7,24 m/det2 dan salesmen sebesar 6,12 m/det2. Menurut standar reaksi kenyamanan angka yang diperoleh dapat


(23)

menyebabkan reaksi yang sangat tidak nyaman bagi pekerja. Besarnya keterpaparan helper disebabkan rambatan getaran mesin langsung diterima melalui tempat duduk sebelum merambat menuju tempat duduk salesmen( Adli, 2007).

Pada efek mekanis,sel - sel jaringan mungkin akan rusak atau metabolismenya terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui syaraf sentral atau langsung pada sistim autonom. Kedua mekanisme ini terjadi secara bersama-sama. Getaran seperti ini dapat mengganggu kenikmatan kerja, pekerjaan terganggu karena kelelahan dan dapat berbahaya terhadap kesehatan seperti neuropati perifer pada nervus medianus didalam terowongan karpal pada pergelangan tangan (Suma’mur, 1996).

Insiden neuropati perifer pada penduduk Amerika diperkirakan diatas 20 juta. Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering pada orang tua. Sebuah survey menemukan bahwa 8-9% penderita yang berobat ke fasilitas kesehatan di Amerika memiliki neuropati perifer baik sebagai diagnosis primer maupun sekunder. Biaya tahunan yang dikeluarkan pemerintah Amerika dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap kerusakan saraf ini mencapai 3,5 miliar dolar ( Wiryana, 2013 ).

Menurut Bennet (1978) dan Tolisson (1998), di Amerika serikat terdapat kira-kira 75-80 juta penderita nyeri kronik, dengan 25 juta diantaranya penderita artritis. Diperkirakan ada 600.000 penderita artritis baru setiap tahunnya. Jumlah penderita nyeri neuropati lebih kurang 1%


(24)

dari total penduduk diluar nyeri punggung bawah. Untuk nyeri punggung bawah sendiri diperkirakan 15% dari jumlah penduduk (Fordyce, 1995). Insidensi maupun prevalensi nyeri akut belum diketahui, tetapi diperkirakan operasi dan trauma penyebab utama nyeri akut (Loeser, 1999).

Di Cina, Chen dkk (2012) melaporkan sebanyak 126 (45,8%) dari 275 pasien pernah mengalami nyeri neuropati dengan durasi bervariasi antara antara 3 bulan sampai 30 tahun. Sebagian besar pasien mengeluhkan intensitas nyeri berat (55,5%) dan intensitas sedang (38,9%), dengan karakteristik nyeri seperti rasa kesemutan (54,8%), rasa seperti terbakar (24,6%), rasa seperti tersetrum listrik (9,5%), rasa seperti ditekan (8,7%) dan seperti tersayat (2,4%) (Patricia,2014).

Berdasarkan penelitian Ernesta Patricia Ginting pada tahun 2014, ada hubungan yang bermakna antara nyeri neuropati dengan terganggunya kualitas hidup penderita Morbus Hansen. Karakteristik nyeri neuropati pada penderita Morbus Hansen didapatkan dengan tipe nyeri terbanyak adalah rasa kesemutan (89,3%), intensitas nyeri terbanyak adalah intensitas ringan (60,7%), lokasi nyeri terbanyak pada telapak tangan dan kaki (75%), dan dengan rata-rata durasinya 5,5 bulan ( Patricia, 2014 ).

Saraf perifer memiliki fungsi yang sangat khusus pada bagian tertentu tubuh, hal ini menyebabkan timbulnya beragam gejala apabila terjadi kerusakan.Penderita akan mengalami rasa kaku, dingin, pedas, gatal, kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum, rasa terbakar, rasa berjalan diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada kaki. Penderita lainnya


(25)

mungkin akan merasakan gejala yang lebih ekstrem seperti nyeri terbakarterutama pada malam hari ( Wiryana, 2013).

Angkutan kota trayek 95 merupakan salah satu jenis angkutan umum tertua yang ada di kota Medan, beradadibawah naungan PU. Gajah Mada yang beralamat di jalan Veteran No.15 Pulo Brayan Bengkel Baru. Angkutan kota trayek 95 adalah minibus jenis daihatsu hijet 1000. Angkutan kota trayek 95 terdiri dari 30 unit dan mulai beroperasi pada tahun 1984.Penumpang angkutan kota trayek 95 terdiri dari anak sekolah dan ibu – ibu yang pergi berbelanja ke pajak.

Angkutan kota trayek 95 memiliki 40 pekerja(supir). Supir angkutan kota trayek 95 mulai mengendarai angkutan kota pukul 05.00-18.00 WIB, berarti supir terpapar dengan getaran selama 13 jam dalam sehari. Jumlah ini berakumulasi setiap harinya. Padahal, lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-8 jam. Rute daripada angkutan kota trayek 95 ini adalah:Pasar IV – Metal – Alumunium –Pasar bengkel – Brayan – Simpang BW(Cemara).Dari survey pendahuluan yang dilakukan, kondisi dari angkutan kota trayek 95 sebenarnya sudah tidak layak beroperasi.Dilihat dari kondisi bantalan tempat duduk supir yang tipis, setir yang sudah tidak memiliki kulit pelapis, pijakan kaki dankondisi mesin yang tidak baik. Hal ini tentu akan memperbesarpemaparan getaran terhadap tubuh supir angkutan kota trayek 95. Disamping itu kondisi jalan yang tidak rata dan berlubang mempengaruhi pemaparan getaran tersebut.


(26)

Semakin lama waktukerja dan masa kerja seseorang dengan terpapar getaran berarti jumlah paparan getaran yang dialami akan berakumulasi setiap harinya, yang akan menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan. Dengan melihat permasalahan diatas peneliti ingin melihatapakahada hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah dianggap penting untuk diteliti, karena dampak getaran yang mungkin tidak disadari oleh supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan, yang mengakibatkan gangguan kesehatan, kemungkinan salah satunya adalah neuropati perifer yang waktu ke waktu akan mempengaruhi derajat kesehatan supir sesuai dengan lama dan masa kerjanya.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat getaran pada tempat duduk supir dan setir pada angkutan kota trayek 95.

2. Untuk mengetahui intensitas nyeri pada supir angkutan kota trayek 95. 3. Untuk mengetahui proporsi nyeri neuropati perifer pada supir angkutan


(27)

4. Untuk mengetahui tipe nyeri terbanyak yang dialami supir angkutan kota trayek 95.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

2.Ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

1.5Manfaat Penelitian

1. Untuk menginformasikan kepada supir dan memberi masukan upaya pencegahan dampak negatif pemaparan getaran terhadap kesehatan.

2. Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.

3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentangpenyakit akibat kerja khususnya tentang neuropati perifer.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Getaran

2.1.1 Pengertian getaran

Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik linear(atas – bawah),maju- mundur,kanan- kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap suatu titik.Getaran dapat terjadi karena adanya efek dinamis berupa gesekan antar bagian mesin atau putaran mesin. Sumber pemaparan biasanya berasal dari peralatan kerja, mesin kendaraan(forklift), mesin gergaji, mesin bor, gerinda dan lain-lain. Getaran yang ditimbulkan oleh peralatan dan mesin yang bergetar dapat memapari tubuh tenaga kerja. Getaran ini akan menjalar pada bagian tubuh yang terpapar, sehingga bagian tubuh yang terpapar getaran dapat ikut bergetar. Menurut T Matoba (1982) lamanya waktu pemajanan perhari dapat meningkatkan keparahan gejala yang diderita pekerja akibat terpapar getaran. 2.1.2 Baku Tingkat Getaran Getaran

BerdasarkanKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.49/KEP/1996Baku tingkat getaran adalah batas maksimal tingkat getaran yang diperbolehkan, sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan.


(29)

Tabel 1.Baku Tingkat Getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan Frekuensi

(Hz)

Nilai Tingkat Getaran, dalam micron (10-6 meter )

Tidak Mengganggu

Mengganggu Tidak Nyaman Menyakitkan

4 <100 100-500 >500-1000 >1000

5 <80 80-350 >350-1000 >1000

6,3 <70 70-275 >275-1000 >1000

8 <50 50-160 >160-500 >500

10 <37 37-120 >120-300 >300

12,5 <32 32-90 >90-220 >220

16 <25 25-60 >60-120 >120

20 <20 20-40 >40-85 >85

25 <17 17-30 >30-50 >50

31,5 <12 12-20 >20-30 >30

40 <9 9-15 >15-20 >20


(30)

63 <6 6-9 >9-12 >12

2.1.3 Parameter Getaran

Pada getaran ada 4 parameter utama,yaitu:frekuensi, akselerasi atau percepatan(accelaration),kecepatan(velocity), dan simpangan(displacement).

a. Frekuensi adalah jumlah satuan getaran yang dihasilkan perdetik. b. Simpangan (displacement) diukur dalam satuan m(meter).

c. Kecepatan(velocity) adalah laju perubahan displacement dalam satuan waktu. Satuan kecepatan adalah(m/detik).

d. Akselarasi (percepatan adalah laju perubahan velocity dalam satuan waktu.Satuan akselarasi adalah ( m/det2).

Parameter yang menyebabkan gangguan kesehatan tubuh akibat terpapar getaran adalah sebagai berikut:

a. lamanya waktu pemaparan

Bila tubuh tenaga kerja terpapar oleh getaran dalam waktu lama, maka gangguan kesehatan yang ditimbulkan akan semakin parah.

b. Frekuensi getaran, satuannya hertz(Hz).

Efek vibrasiterhadap tubuh akan berbeda pada frekuensi yang berbeda.Umumnya frekuensi yang sering dijumpai ditempat kerja adalah 1 Hz- 5000 atau 10.000 Hz.


(31)

Diukur dalam kecepatan (m/det) atau percepatan(m/det2). 2.1.4 Getaran mekanis

Proses industrialisasi dan modernisasi teknologi selalu disertai mesin -mesin atau – alat mekanis lain yang dijalankan dengan suatu motor. Sebagian dari kekuatan mekanis ini disalurkan kepada tubuh pekerja atau lainnya,maka perlu diketahui lebih lanjut tentang efek buruk dan batas – batas getaran yang aman bagi tenaga kerja. Sebab – sebab dari gejala akibat getaran adalah:

a. Efek mekanis kepada jaringan.

b. Rangsangan reseptor syaraf di dalam jaringan. 2.1.5 Jenis – Jenis Getaran

Ada 2 jenis getaran yang dapat memapari tenaga kerja di tempat kerja yaitu:

a. Hand Arm Vibration

Alat manual yang pada waktu bekerjanya bergetar dan mengakibatkan getaran mekanis pada tangan dan lengan banyak terdapat dan digunakan di perusahaan. Selama pekerjaan dengan alat manual demikian sifatnya hanya sekali atau kadang – kadang saja atau jarang, sedangkan getarannya tidak seberapa, peralatan seperti itu dapat dikatakan tidak akan mendatangkan gangguan kesehatan atau kecelakaan.

Hand Arm Vibration atau getaran lengan tangan, sering disebut juga vibrasi segmental. Getaran jenis ini dapat memapari tubuh pekerja karena


(32)

tangan pekerja. Bagian tubuh yang terpapar adalah lengan dan tangan. Biasanya getaran jenis ini dapat menyebabkan Hand Arm Vibration Syndrome(HAVS) pada frekuensi 5 Hz-1500 Hz,dan sering juga terjadi pada frekuensi 125 – 300 Hz. Peralatan yang dapat menimbulkan terjadinya Hand Arm Vibrationyaitu:mesin gergaji, mesin bor atau martil pneumatik dan lain – lain.

Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir kelainan akibat getaran tangan – lengan masih memungkinkan yang bersangkutan bekerja dengan mesin atau alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal,kelainan yang disebabkan getara tangan – lengan keadaannya memburuk sekali, sehingga kapasitas kerja sama sekali terganggu dan tenaga kerja harus berhenti dari pekerjaannya. Dari sudut kecacatan akibat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding dengan hilangnya perasaan tangan dan tangan yang tidak dapat digunakan sebagai mestinya. Hal ini terutama benar bagi tenaga kerja yang bekerja dengan tangan kanan dan memerlukan ketelitian terutama dengan menggunakan alat kecil yang berputar.Otot – otot menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking,otot – otot interossea (antar tulang) dan fleksor dari jari-jari.

Parameter besarnya resiko bahaya getaran mekanis berfrekuensi rendah adalah tenaga yang disalurkan kepada tangan dan terbesar adalah dari frekuensi 30 Hz. Maka terdapat kesulitan, oleh karena untuk pencegahan dan perlindungan terhadap fenomin Raynaud disyaratkan peredam dengan frekuensi


(33)

tulang dianjurkan frekuensi yang lebih tinggi.Maka dari sudut energi getaran(E = a2w2), dapat ditinggikan frekuensi dengan dikurangi amplitudo.Tetapi peralatan sering memberikan suatu amplitudo minimum, agar kualitas kerja dan hasil kerja tetap pada kondisi yang sebaik-baiknya.

Nilai Ambang Batas getaran mekanis untuk pemaparan tangan –lengan dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah 4 meter/detik2 atau 0,40 gravitasi (SNI 16-7063-2004). Dalam hal intensitas getaran mekanis tangan – lengan melebihi NAB-nya, dapat dilakukan upaya pengendalian dengan mengurangi waktu pemaparan yang diatur menurut nilai percepatan getaran mekanis pada lengan tangan.

Alat untuk mengukur percepatan getaran mekanis pada tangan-lengan yang dikarenakan oleh pekerjaan yang menggunakan mesin atau peralatan yang bergetar adalah akselerometer atau transducer yaitu sensor untuk mengukur percepatan yang disebabkan oleh getaran. Bekerjanya alat pengukur adalah merubah energi percepatan getaran menjadi energi listrik. Kemudian energi listrik dalam bentuk arus menggerakan jarum skala atau alat digital dan dengan demikian perubahan angka yang ditunjukkan jarum dapat langsung dibaca. Sebelum digunakan akseleramator harus dikalibrasi. Frekuensi yang alat tersebut peka untuk mengukurnya adalah 5 -1500 Hz.Akseleramator dipasang pada pegangan tangan atau alat. Pengukuran percepatan dilakukan pada 2 atau 3 sumbu koordinat. Arah percepatan getaran mekanis tangan – lengan diukur


(34)

basisentris. Sistem basisentris menunjukkan arah percepatan pada pegangan alat atau mesin, sedangkan sistem biodinamis menunjukkan arah percepatan pada tangan.

b.Whole Body Vibration

Getaran seluruh tubuh dapat terjadi bila seluruh tubuh dirambati oleh getaran. Getaran akan merambat tubuh pada posisi duduk di kursi, saat berdiri atau pada posisi terlentang di lantai/ tempat yang bergetar. Pada umumnya getaran seluruh tubuh mempunyai frekuensi 1-80 Hz.

Pajanan vibrasi pada seluruh tubuh umumnya disebabkan oleh mesinindustri/konstruksi,pertanian, atau peralatan transportasi, dapat dibagi menjadi:

a. Vibrasi frekuensi rendah, misalnya peralatan transportasi darat(bus,truk,kereta api).

b.Vibrasi frekuensi tinggi, misalnya mesin industri,alat-alat berat(forklift,traktor,traktor roda gigi,derek, skop elektrik, motor gandeng,bulldozer), peralatan transportasi udara/laut(helikopter, kapal laut). c.Syok, peralatan transportasi darat yang berjalan di jalanan yang tidak

rata/berlubang.

Menurut BS (1987) dan ISO(1985) , digunakan standar nilai ambang batas pajanan vibrasi pada seluruh tubuh yang ditransmisikan dari permukaan penyokong benda padat ke tubuh manusia dengan rentang frekuensi 1-80 Hz.


(35)

akan lebih besar maka resultan akselerasinya merupakan hasil penjumlahan vektor ketiga sumbu gerak(ax,ay,az).

Dari eksperimen yang dilakukan, diperoleh fakta efek getaran seluruh tubuh dapat terjadi pada frekeuensi di bawah 20 Hz dan pada frekuensi 100 Hz, tergantung pada faktor amplitudo,akselerasi, durasi dan arah (vertical atau lateral) dari getaran. Sumber yang menyebabkan terjadinya getaran seluruh tubuh adalah kendaraan bermotor seperti forklift,traktor, high dum truck atau berada di sekitar mesin yang bergetar dan lain-lain.

2.1.6 Efek getaran terhadap kesehatan

a. Getaran lengan dan tangan (Hand Arm Vibration)

Tenaga kerja normal yaitu yang tidak mengalami gangguan getaran pada tangannya memperlihatkan sedikit saja penurunan suhu kulit tangan tepat sesudah bekerja mengalami getaran dan suhu kulit tangannya akan naik 1- 2 derajat sesudah terpapar getaran selama 5 menit.

Bila tenaga kerja terpapar oleh getaran lengan tangan,efek dalam jangka waktu pendek yang akan timbul adalah kelelahan dan ketidaknyamanan saat bekerja serta turunnya produktivitas kerja. Pemaparan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya carpal tunnelsyndrome(CTS).

Gejala yang timbul akibat hand arm vibration syndrome adalah: mati rasa yang sifatnya sementara pada ujung jari tetapi tidak mempengaruhi


(36)

aktivitas kerja. Selanjutnya ujung jari memutih, ada rasa sakit jika aliran darah kembali normal.

Para teknisi banyak memberikan perhatian terhadap frekuensi getaran yang menyebabkan fenomin Raynaud.Frekuensi sekitar 30-40 Hz adalah penyebab terjadinya gejala. Fenomin Raynaud tidak timbul pada frekuensi kurang dari 35 Hz. Frekuensi diatas 160 Hz mengakibatkan bukan gejala demikian, melainkan gejala iritasi saraf.

Vibrasi dapat menyebabkan perubahan dalam tendon,otot, tulang dan sendi, dan dapat mempengaruhi sistem saraf. Secara kolektif, efek vibrasi tangan lengan dikenal denganhand arm vibration syndrome(HAVS).

Tenaga kerja yang mengalami HAVS akan mengalami:

a. Serangan pemutihan(blancing) satu jari atau lebih bila juga terpapar dingin. b. Rangsangan nyeri seperti disengat (tingling) dan kehilangan rasa di jari. c. Kehilangan rasa rabaan lembut.

d. Sensasi nyeri dan dingin diantara serangan jari menjadi putih(white finger). e. Kehilangan kekuatan menggemgam.

f. Struktur tulang membentuk kista di jari dan pergelangan tangan.

Perkembangan dari HAVS bersifat bertahan dan keparahan semakin lama semakin meningkat. HAVS mungkin menjadi dapat diamati secara klinis setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Pada pemaparanhand armvibration, maka aliran darah(efek vaskular) akan terkena dan menyebabkan kehilangan


(37)

mengakibatkanwhite finger dalam lingkungan dingin. Keparahan dari sindrom hand arm vibration tergantung dari beberapa faktor seperti karakteristik dari pemaparan vibrasi, pelaksanaan kerja, riwayat perorangan, dan kebiasaan.

Sindrom getaran tangan lengan juga dikenal dengan fenomena raynaud akibat kerja. Fenomena raynaud disebabkan oleh kondisi aliran darah ke ekstremitas terganggu.Faktor lingkungan kerja berperan dalam terjadinya fenomena tersebut, dimana hal ini biasanya berarti terjadinya konstriksi saluran darah di tangan yang mengarah ke gejala seperti nyeri, nyeri seperti disengat, serta pemucatan jari dan ibu jari.

b.Getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration)

Suma’mur (1996) menyatakan bahwa efek dari paparan whole body vibrationberbeda – beda tergantung pada tingkatan akselerasi,frekuensi, dan cara pemaparannya keseluruh tubuh. Secara umum,whole body vibration dapat menyebabkan nyeri, penglihatan kabur dan gemetaran (shakeness) kerusakan organ bagian dalam serta nyeri tulang belakang.

Ada beberapa efek getaran seluruh tubuh terhadap kesehatan,seperti: a. Getaran seluruh tubuh dapat menyebabkan kelelahan, sulit tidur, sakit kepala dan “gemetar” secara singkat setelah atau selama pemaparan. Gejala yang sama terhadap kesehatan tersebut kebanyakan orang setelah mengalami perjalanan panjang dengan mobil atau kapal. Setelah seharian mengalami pemaparan dalam hitungan tahun, getaran seluruh tubuh dapat mempengaruhi tubuh bagian


(38)

b. Orang – orang dibawah usia 20 tahun khususnya rentan terhadap pengaruh-pengaruh getaran.Efek – efek getaran yang merugikan dipertinggi dengan adanya disfungsi otonom, penyakit pembuluh dan syaraf perifer.

c. Efek vibrasi dalam tubuh tergantung dari jaringan. Hal ini didapatkan sebesar–besarnya pada frekuensi alami yang menyebabkan resonansi.Leher dan kepala, pinggul dan perineum, serta kesatuan otot – otot dan tulang terdiri dari jaringan lemah dengan bagian keras bersama, dan beresonansi baik terhadap 10 Hz. Pharynx beresonansi terhadap 13-15 Hz.Getaran – getaran kuat menyebabkan perasaan sakit yang luar biasa.

d. Sistim peredaran darah dipengaruhi hanya oleh getaran – getaran dengan intensitas tinggi. Tekanan darah,denyut jantung, pemakaian oksigen dan volume perdenyut berubah sedikit pada intensitas 0,6 g tetapi berubah banyak pada 1,2 g dengan frekuensi 6-10 Hz. Dari semua alat badan, mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis . Pada frekuensi sampai dengan 4 Hz, mata masih dapat mengikuti getaran – getaran antara kepala dan sasaran, sedangkan untuk frekuensi selanjutnya, tidak dapat lagi mata mengikutinya. Pada frekuensi tinggi, Penglihatan juga terganggu, manakala amplitudo lebih besar dari jarak dua kali retina. Pengaruh getaran dibawah 16 Hz kepada cochlea belum diketahui secara pasti dan masih dalam penelitian.

e. Saat seluruh pekerjaan terpapar, sensitifitas setiap individu beraneka macam terhadap orang per orang.


(39)

Mengenal dan memahami berbagai aspek penyakit akibat kerja sebagai salah satu aspek resiko akibat pekerjaan atau lingkungan kerja, merupakan langkah awal guna meminimalisasi akibat yang tidak dikehendaki. Sikap menunggu atau membiarkan seorang pekerja menderita penyakit akibat kerja, jelas merupakan tindakan yang sangat merugikan (Budiono,2003).

Habsari (2003) Pengendalian yang perlu dilakukan untuk mengurangi paparan getaran mekanis dengan cara pengendalian teknis seperti:

a. Memelihara mesin angkutan kota dengan baik, selalu mengganti bagian bagian mesin yang rusak dan pemberian pelumas yang teratur.

b. Perlu juga diperhatikan kondisi angkutan kota seperti ban harus dipompa dengan baik.

c. Menggunakan alat penahan goncangan shock, suspensi yang standar sehingga dapat mengurangi getaran mekanis angkutan kota.

d. Sedangkan bentukpenyediaan Alat PelindungDiri berupa modifikasi bentuk tempat duduk supir yang berfungsi juga untuk mengurangi paparan getarandirasa sangat dibutuhkan akan tetapi untuk memenuhinya memerlukan biaya yang sangat besar karena harusmendesain ulang bentuk tempat duduk dan menggunakan peredam berupa bantalan yang tebal.

e. Membuat kartu pemeriksaan atau laporan rutin tentang kondisi angkutankota tiap bulan sehingga dapat dipakai untuk pemeliharaan angkutan kota secara berkala. Hal tersebut dapat dihindari kecelakaan dan penyakit akibat kerja


(40)

serta meningkatkan produktivitas kerja sehingga pekerja dapat melakukan aktivitasnya dalam keadaan selamat dan sehat.

2.3 Saraf

2.3.1 Pengertian Saraf

Saraf adalah serat-serat yang menghubungkan organ-organ tubuh dengan sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dan antar bagian sistem saraf dengan lainnya. Neuron kadang disebut sebagai sel-sel saraf meski istilah ini sebenarnya kurang tepat karena banyak sekali neuron yang tidak membentuk saraf.

Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa sinyal sensorik ke sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar. Sinyal tersebut seringkali disebut impuls saraf.

2.3.2 Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem yang terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, dan jaringan kompleks neuron. Sistem ini bertanggungjawab untuk mengirim, menerima, dan menafsirkan informasi dari semua bagian tubuh. Sistem saraf memonitor dan mengkoordinasikan fungsi organ internal dan merespon perubahan dalam lingkungan eksternal. Sistem ini dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.


(41)

motorik) ke sistem saraf pusat. Sel-sel sistem saraf sensorik mengirim informasi ke sistem saraf pusat dari organ-organ internal atau dari rangsangan eksternal. Sel-sel sistem saraf motorik membawa informasi dari sistem saraf pusat ke organ, otot, dan kelenjar. Saraf perifer meliputi 12 saraf kranial, saraf tulang belakang, dan saraf otonom yang mengatur otot jantung, otot-otot di dinding pembuluh darah, dan kelenjar.

Sistem saraf pusat adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem ini adalah salah satu dari dua bagian utama sistem saraf, yang lainnya adalah sistem saraf perifer yang berada diluar otak dan sumsum tulang belakang.

2.4Saraf Perifer

Saraf perifer terdiri dari saraf kranial dan spinal yang menghubungkan otak dan medula spinalis ke jaringan tepi. Medula spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinal yang mengandung campuran serabut-serabut sensorik dan motorik. Dalam saraf tepi, serabut disusun dalam berkas terpisah yang dikenal dengan fascikel. Kurang dari setengah saraf dilapisi oleh lapisan myelin. Serabut-serabut yang tak bermyelin berjalan sepanjang permukaan sel-sel schwann. Tiap sel schwann dikelilingi jaringan serabut-serabut kolagen retikuler, yaitu endoneurium.

Sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonomik. Saraf-saraf tersebut mengandung serabut saraf aferen dan


(42)

kontraksi otot atau sekresi kelenjar sedangkan serabut aferen biasanya menghantarkan rangsang sensorik dari kulit, selaput lendir dan struktur yang lebih dalam (Groot,1997).

Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf tepi yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke sistem saraf pusat. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk kemudian jawaban atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa jawaban atau respon adalah sistem saraf motorik. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (involunter). Jawaban volunter melibatkan sistem saraf somatik sedangkan yang involunter melibatkan sistem saraf otonom. Efektor dari sistem saraf somatik adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar sebasea (Ganong, 2003).

2.5 Gangguan Neurologis Akibat Kerja

Agen – agen yang menyebabkan gangguan neurologis akibat kerja dapat mengenai sistem saraf perifer. Salah satu gangguan neurologis akibat kerja adalah Neuropati perifer yang salah satu penyebabnya adalah getaran.Paparan jangka panjang atau menengah yang tidak terkendali terhadap getaran dapat mengakibatkan gangguan saraf perifer.


(43)

Salah satu gangguan neurologis adalah cedera saraf tepi. Cedera saraf tepi biasanya sebagai akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor, laserasi oleh benda tajam, penetrasi trauma, trauma peregangan, fraktur dan luka tembak. Cedera saraf sebagian besar terjadi pada ekstremitas atas dan sebagian besar mengenai saraf ulnar, radial, dan digital.

Kerusakan saraf akibat trauma tergantung pada jenis, letak serta besarnya cedera pada saraf yang bersangkutan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya cedera saraf tepi, namun tiga penyebab paling sering yang menimbulkan cedera adalah luka terbuka, traksi, patah tulang, serta cedera sendi.

Studi pada 938 pasien di turki dengan cedera saraf dan distribusi cedera saraf menunjukkan bahwa cedera saraf tepi sebesar 1165, cedera Pleksusus Brakhialis sebesar 76, dan cedera Pleksus lumbalis sebesar 7. Cedera saraf yang paling sering adalah cedera saraf ulnar pada ekstremitas atas dan cedera saraf iskhiadikus pada ekstremitas bawah (Eser dkk, 2009).

2.6Neuropati Perifer

2.6.1 Pengertian Neuropati Perifer

Neuropati periferdidefinisikan sebagai kerusakan dari sistem saraf perifer,jaringan saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat) ke setiap bagian tubuh lainnya dan sebaliknya. Kerusakan sistem saraf perifer akan mengganggu koneksi yangvital tersebut.


(44)

Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering pada orang tua. Sebuah survey menemukan bahwa 8 – 9 % penderita yang berobat ke fasilitas kesehatan di Amerika memiliki neuropati perifer baik sebagai diagnosis primer maupun sekunder.

Neuropati perifer dapat diturunkan (herediter) ataupun didapat(acquired). Penyebab dari neuropati periferyang didapat termasuk didalamnya cedera fisik(trauma) pada saraf.

2.6.2 Jenis – jenis Neuropati Perifer

a. Pembagian menurut berat ringannya:

1.Ringan : Jika hanya ada keluhan sensorik subjektif saja.

2.Sedang: Jika ada keluhan sensorik, motorik dan penurunan refleks. 3.Berat : Jika ada keluhan sensorik,motorik, refleks dan atrofi otot b. Pembagian menurut jumlah saraf yang terlibat:

1.Mononeuropati

Gangguan pada satu saraf perifer, dapat terjadi karena adanya gangguan kompressi, lipatan atau tarikan dari jaringan sekitarnya terhadap individu saraf tepi yang bersangkutan, terutama jika ia melalui aluran yang sempit. Penyebab dari neuropati perifer untuk jenis mononeuropati adalah getaran. Contoh mononeuropati yang paling sering terjadi adalah sindrom terowongan karpal. 2.Polineuropati


(45)

2.6.3 Gejala Neuropati Perifer

a. Gangguan Sensorik

Keterlibatan serabut saraf sensorik menyebabkan rasa kaku ,dingin,pedas, gatal dan kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum, rasa terbakar, rasa berjalan diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada kaki.Perasaan – perasaan tersebut pertama kali terasa pada daerah ujung tangan dan kaki. b. Gangguan Motorik

Kelemahan bersifat lower motor neuron.Mula – mula gejala awal pasien kesulitan untuk memutar pintu kunci, membuka kancing baju, memutar tutup botol dan gerakan tangkas lainnya.

2.6.4 Nyeri Neuropati

Nyeri didefinisikan oleh Internasional Association for Study of Pain (IASP), adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Nyeri terdiri atas dua komponen utama yaitu komponen sensorik (fisik) dan komponen emosional (psikogenik). Nyeri bisa bervariasi berdasarkan: waktu dan lamanya berlangsung (transien, intermitten, persisten), intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tajam, tumpul, dan terbakar), penjalarannya (superfisial, dalam, lokal, atau difus). Disamping itu, nyeri pada umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional yang digambarkan sebagai penderitaan.


(46)

menghasilkan disetesia, ketidaknyamanan, dan sensasi yang berbeda dari sensasi nyeri biasa. Jenis nyeri disetesia ini kadang dideskripsikan sebagai sensasi terbakar, kesemutan, rasa kebal/tak dapat merasakan apapun, sensasi seperti ditekan, diperas, dan gatal-gatal dan sering dinyatakan sebagai sensasi yang sangat tidak enak atau bahkan tidak tertahankan.

Nyeri neuropati dapat bersifat konstan dan menetap. Selain nyeri yang terus menerus, juga dapat terjadi nyeri yang tumpang tindih, hilang-muncul (intemiten), nyeri seperti syok, yang seringkali dicirikan dengan sensasi nyeri yang tajam, seperti tersengat listrik/elektrik, mengejutkan, seperti disobek/robek, atau kejang. Pasien dengan nyeri neuropati juga dapat menunjukkan hilangnya sensasi, nyeri yang dipicu, disfungsi simpatis atau motorik, dan abnormalitas refleks. Pasien dengan nyeri yang dipicu kembali (evoked pain) menunjukkan perubahan ambang batas nyeri dan mungkin mengalami hiperalgesia, allodinia, hiperestesia (yaitu peningkatan sensitivitas terhadap stimulasi), dan hiperpatia (misalnya sindroma nyeri yang sangat, ditandai dengan peningkatan reaksi, seringkali eksplosif, terhadap stimulus).

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian LAMA KERJA

MASA KERJA


(47)

2.8 Definisi Operasional 2.8.1 Lama kerja

Lama kerja adalah lamanya seseorang bekerja secara baik pada umumnya 6 – 8 jamsehari.Sisanya(16-18 jam)dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,istirahat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan.Dalam seminggu,seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40 – 50 jam. Lebih dari itu, terlihat kecenderungan tumbuhnya hal – hal yang negatif. Makin lama kerja seseorang, makin besar kemungkinan terjadinya hal – hal yang tak diingini(Suma’mur, 1996).

2.8.2 Masa kerja

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja.

Menurut M.A. Tulus (1992:121) Masa kerja dikategorikan menjadi 3 (tiga) :


(48)

2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun 3. Masa kerja lama : > 10 tahun

Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin sering terpapar getaran dan paparan getaran yang dialami oleh pekerja akan berakumulasi setiap harinya yang akan berdampak buruk terhadap kesehatannya.

2.8.3Neuropati Perifer

Neuropati perifer didefinisikan sebagai kerusakan dari sistem saraf perifer, jaringan saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat) ke setiap bagian tubuh lainnya dan sebaliknya.

Gejala yang umum ditimbulkan oleh neuropati perifer seperti rasa kaku ,dingin,pedas, gatal dan kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum,rasa terbakar, rasa berjalan diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada kaki.Perasaan – perasaan tersebut pertama kali terasa pada daerah ujung tangan dan kaki.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan crossectional untuk mengetahui apakah ada hubungan lama kerja dan masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95.

3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan diPangkalan pasar IV.Adapun alasan mengambil lokasi ini karena pangkalan pasar IV adalah tempat berkumpulnya supir angkutan kota trayek 95.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulanMei - Juni 2015. 3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997).Populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 orang.

3.3.2 Sampel

Padapenelitianini,pengambilansampeldilakukansecaratotalsampel

dimanaseluruhpopulasidijadikansampelpenelitian, karena seluruh supir beresiko mengalami paparan getaran setiap hari dalam waktu yang lama sehingga memungkinkan adanya neuropati perifer pada supir.


(50)

Pengukuran dilakukan dengan cara: 1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan adalah Douleur Neurophatique en 4 question (DN4), yaitu salah satu alat bantu diagnostik untuk menentukan adanya nyeri neuropati, yang menggunakan gabungan antara wawancara dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik ini relatif sederhana dan mudah untuk dikerjakan. DN4 terdiri dari 7 item deskripsi sensoris dan 3 item pemeriksaan disfungsi sensoris. Nilai empat atau lebih menunjukkan suatu nyeri neuropati.

Cara kerja dan peralatan :

a. Lama kerja dan Masa kerja didapatkan dari wawancara dengan pekerja. b. Wawancara dengan pekerja mengenai gejala nyeri yang dirasakan.

c. Mengukur penurunan rasa raba (hipestesi) dengan menggunakan kuas halus. -Pekerja diminta untuk menutup mata pada saat pemeriksaan berlangsung. -Ujung kuas disapukan pada permukaan tangan dan kaki pekerja.

-Pekerja diminta untuk merespon apakah terasa sentuhan tersebut atau tidak.

d. Mengukur penurunan rasa nyeri tekan / tusuk dengan menggunakan jarum pentol. -Pekerja diminta untuk menutup mata pada saat pemeriksaan berlangsung.

-Rangsangan berganti-ganti antara ujung yang tajam dan ujung yang tumpul. -Mintalah responden untuk membedakan bermacam-macam rangsangan tersebut.

-Mulailah dari daerah yang paling terganggu dan bergerak kearah yang normal. Kemudian responden diminta untuk menunjukkan kapan mulai merasakan ketajaman yang lebih jelas, yang perlu dicatat adalah perubahan sensasi. Sensasi ini paling baik dalam menentukan batas gangguan sensorik dibandingkan dengan sensasi yang lain.


(51)

b. Tidak = 0

Kemudian nilai total yang didapatkan dari jawaban responden dikategorikan menjadi 2 yaitu:

a. 0-3 = Nyeri Nosiseptif b. ≥4 = Nyeri Neuropati 2. Pengukuran intensitas nyeri

Intensitas nyeri digunakan untuk mengetahui seberapa parah tingkat nyeri yang dirasakan oleh penderita. Pengukuran intensitas nyeri pada penelitian ini menggunakan Visual Analog Scale (VAS) yang terdiri dari skala 0-10. Angka 0 menunjukkan tidak adanya nyeri dan angka 10 menunjukkan yang paling nyeri.

Cara kerja dan peralatan:

a.Buat garis lurus sepanjang 10 cm dan berikan tanda 0 pada ujung kiri garis dan 10 pada ujung kanan.

b.Instruksikan pada pasien untuk membuat tanda ( I ) yang memotong rentang garis dengan skala 0-10 cm.

c.Ukurlah dengan penggaris dari titik 0 kearah tanda garis yang dibuat pasien. d.Penilaian.

Setelah dilakukan pengukuran, skala pada VAS dikategorikan menjadi : a.0-1 :Tidak nyeri

b.2-3 :Nyeri ringan c.4-6 :Nyeri sedang d.7-8 :Nyeri berat

e.9-10 :Nyeri sangat berat 3. Pengukuran getaran pada kendaraan


(52)

Cara kerja dan peralatan:

a. Pilih sensor atau tranducer untuk getaran seluruh tubuh (sensor piringan hitam).

b. Sambungkan kabel konektor sensor dengan unit vibrationmeter.

c. Posisikan sensor pada titik yang ditentukan(kaki,punggung, atau tempat duduk). d. Pastikan kondisi baterai baik.

e. Hidupkan alat dengan cara menekan bersama –sama tombol “pause” dan “start”. f. Tekan tombol Menu/ Enter untuk memilih setting yang diinginkan.

g. Rekam hasil pengukuran dengan cara manual atau otomatis.

h. Untuk memulai Pengumpulan data secara otomatis tekan tombol “start”-“stop”. i. Untuk menghentikan pengumpulan data sementara tekan tombol “pause”. j. Mengakhiri pengumpulan data tekan tombol “start’-“stop”.

k. Mematikan alat,tekan tombol “Pause” dan “start - stop” bersamaan sampai alat OFF. 3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner dan pengukuran secara langsung. Kuesioner yang digunakan adalah Douleur Neurophatique (DN4). DN4 ini memiliki sensitivitas 84% dan spesitifitas 90% dalam menentukan suatu nyeri neuropati.

Alat ukur DN4 ini dibuat di Perancis dan telah diterjemahkan keberbagai bahasa (Bennet dkk, 2004). Realibilitas DN4 dalam versi bahasa Indonesia sudah cukup pernah dilakukan dan dinyatakan dapat dipercaya (reliable) dengan koefisien kappa 0,86 (Lestari dkk, 2013).

Pengukuran getaran mesin kendaraan dengan menggunakan alat vibration meter Model VI-100. Alat Pengukuran ini juga pernah digunakan oleh Adhy Dharma Adli


(53)

dalam penelitiannya untuk mengukur getaran yang ada pada kendaraan distribusi minuman.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu bila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari orang lain dan tidak dilakukan oleh peneliti sendiri (Budiarto,2002).

3.6 TeknikPengolahanData

Hasilpenelitian iniakandiolah,dimanadari semuadataakan dilakukanpengklasifikasianmelaluibeberapatahapansebagaiberikut:

a. Editingadalahmelakukanpengecekantermasukkelengkapandan kejelasanisidata. b. Codingadalahkegiatanuntukmengklarifikasikandatadanjawaban

menurutkategorimasing–masingsehinggamemudahkanpengolahan data. c. Entryadalahkegiatanmemasukandatayangtelahdidapatkedalam

programcomputeryangtelahditetapkan

d. Tabulatingadalahmerupakanpengorganisasiandatasedemikianrupa

agardenganmudahdapatdijumlah,disusun,danditatauntuk disajikandandiproses. Analisa data merupakan kelanjutan dari tahapan pengolahan data. Data dianalisis dengan menggunakan software computer yaitu SPSS versi 20. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. 3.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel bebas yaitu lama kerja dan masa kerja serta variabel terikat yaitu neuropati perifer.


(54)

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam analisis ini dapat dilakukan pengujian statistik (Notoatmodjo, 2008). Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu lama kerja dan masa kerja serta variabel terikat yaitu neuropati perifer.

Selanjutnya diuji dengan analisis statistik. Uji stastistik yang digunakan adalah uji Chi Square, karena skala variabel berbentuk ordinal. Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% atau taraf kesalahan 0,05. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai observed-nya bernilai nol, dan sel yang digunakan mempunyai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel, dan menggunakan tabel 2x2. Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka dilakukan penggabungan dan dilanjutkan uji alternatifnya yaitu uji fisher.

Dasar pengambilan keputusan yang digunakan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Ini berarti kedua variabel ada hubungan. Akan tetapi jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, berarti variabel tersebut tidak ada hubungan. Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka digunakan koefisien kontingensi.

Menurut Sugiyono (2008), kriteria keeratan hubungan dengan digunakan koefisien kontingensi, yaitu sebagai berikut:

a. 0,00 – 0,199 : hubungan sangat rendah. b. 0,20 – 0,399 : hubungan rendah.

c. 0,40 – 0,599 : hubungan sedang. d. 0,60 – 0,799 : hubungan kuat.


(55)

BAB IV HASIL 4.1 UjiValiditasdanReliabilitas

Dalam penelitian ini,uji coba kuesioner melibatkan 40responden.Berikut hasil dari uji validitas terhadap butir-butirpertanyaanpadakuesionerpenelitianDouleurNeurophatique(DN4). Tabel 4.1 UjiValiditasKuesionerDouleurNeurophatique(DN4)

Korelasiantara Nilai r hitung Nilai r valid Keterangan Pertanyaan 1 dengan total 0.768 0.3 0,768>0,3, valid Pertanyaan 2 dengan total 0.683 0.3 0,638>0,3, valid Pertanyaan 3 dengan total 0.805 0,3 0,805>0,3, valid Pertanyaan 4 dengan total 0.693 0,3 0,693>0,3, valid Pertanyaan 5 dengan total 0.718 0,3 0,718>0,3, valid Pertanyaan 6 dengan total 0.657 0,3 0,657>0,3, valid Pertanyaan 7 dengan total 0.725 0,3 0,725>0,3, valid Pertanyaan 8 dengan total 0.655 0,3 0,655>0,3, valid Pertanyaan 9 dengan total 0.768 0,3 0,768>0,3, valid Pertanyaan 10 dengan total 0.496 0,3 0,496>0,3, valid Sumber: HasilOlahdengan SPSS

Nilaipatokanuntukujivaliditasadalahkoefisienkorelasiyangmendapatnilailebihbesardari 0,3 (SekarandalamAugustine danKristaung, 2013). BerdasarkanhasilujivaliditaspadaTabel 4.1,seluruhnilaikorelasipadapertanyaanpertamahinggapertanyaankesepuluhbernilailebihbesard ari 0,3, sehinggaseluruhpertanyaanbersifat valid.

Uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Noor, 2011). Berikuthasildariujireliabilitasterhadapbutir-butirpertanyaan yang valid.

Tabel4.2UjiReliabilitasKuesionerDouleurNeurophatique(DN4)

Nilai Alpha Cronbach Nilai Kritis Keterangan Kesimpulan


(56)

Jikanilai Alpha Cronbachlebihbesardari 0,6, makakuesionerpenelitianbersifatreliabel (Augustine danKristaung, 2013, Noor, 2011). BerdasarkanTabel 4.2, diketahuibahwanilaiAlpha Cronbachadalah 0,882, yaknilebihbesardari 0,6, makakuesionerbersifatreliabel.

4.2 AnalisisUnivariat

Padaanalisisunivariatdigunakanuntukmenganalisisdatayangtelahdikumpulkansecaradeskriptif dalambentuktabeldistribusifrekuensi.

4.2.1 Lama Kerja

Berdasarkan penelitian lama kerja dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel4.3DistribusiFrekuensi Lama KerjaPadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

Lama Kerja n %

≤ 11 jam per hari 25 62.5

>11 jam per hari 15 37.5

Total 40 100

BerdasarkanTabel 4.3 dapatdilihatbahwasupir yang memilikiwaktu lama kerja≤11 jam per harisebanyak25supir (62,5%), sedangkansupir yang memilikiwaktu lama kerja>11 jam per harisebanyak15supir (37,5%).

4.2.2 MasaKerja

Berdasarkanpenelitian, masakerjadapatdilihatpadatabelberikut.

Tabel4.4DistribusiFrekuensiMasaKerjaPadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Taun 2015

MasaKerja n %


(57)

Total 40 100.0

BerdasarkanTabel 4.4 dapatdilihatbahwasupir yang memilikimasakerja≤ 12 tahun sebanyak22supir (55%), dansupir yang memilikimasakerja> 12 tahunsebanyak18supir (45%). 4.2.3 DouleurNeurophatique(DN4)

Berdasarkanpenelitian, douleurneurophatiquedapatdilihatpadatabelberikut.

Tabel 4.5DistribusiFrekuensiDouleurNeurophatique(DN4)PadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

DouleurNeurophatique (DN4) n %

NyeriNosiseptif 14 35

NyeriNeuropatiPerifer 26 65

Total 40 100

BerdasarkanTabel 4.5dapatdilihatbahwasupir yangmengalaminyerinosiseptifsebanyak 14 supir (35%), sedangkansupir yang mengalaminyerineuropatiperifersebanyak 26 supir (65%).

4.2.4 Usia

Berdasarkanpenelitian, usiadapatdilihatpadatabelberikut.

Tabel4.6DistribusiFrekuensiUsiaPadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

Usia N %

≤ 46 tahun 21 52.5

> 46 tahun 19 47.5

Total 40 100.0

BerdasarkanTabel 4.6dapatdilihatbahwasupir yangtergolongkedalamkelompokusia≤ 46 tahunsebanyak21supir (52,5%), kelompokusia> 46 tahunsebanyak 19supir (47,5%).


(58)

Berdasarkanpenelitian, tingkatnyeridapatdilihatpadatabelberikut.

Tabel4.7DistribusiFrekuensi Tingkat NyeriPadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

Tingkat Nyeri n %

TidakNyeri 8 20

NyeriRingan 13 32.5

NyeriSedang 17 42.5

NyeriBerat 2 5

Total 40 100

BerdasarkanTabel 4.7 dapatdilihatbahwasupir yang tidakmengalaminyerisebanyak 8 supir (20%), nyeriringansebanyak 13 supir (32,5), nyerisedangsebanyak 17 supir (42,5%), dannyeriberatsebanyak 2 supir (5%).

Tabel 4.8HasilPengukuranGetaranPadaAngkutan Kota Trayek 95 Di Kota Medan Tahun 2015

No Objek Hasil Baku Mutu Reaksi

1 TempatDuduk 118,64 µm >60-120 TidakNyaman

2 Setir 87,065 µm >60-120 TidakNyaman

BerdasarkanTabel4.8dapatdilihatbahwaadanyagetaranpadatempatduduksebesar 118,64 µm danpadasetirsebesar 87,065 µm, dimanamenurutbakumutugetaranhasiltersebutdiantara 60-120 µm, yang diartikansebagaireaksi yang tidaknyamanuntukpekerja.

4.3 AnalisisBivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubunganmasing-masingvariabel, yaknilamakerjadanmasakerjadenganneuropatiperiferdantingkatnyeridenganmenggunakanujic


(59)

4.3.1 Hubunganantara Lama KerjadenganNeuropatiPeriferpadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan

Tabel4.9Hubungan Lama KerjadenganNeuropatiPeriferPadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan

Lama Kerja

DouleurNeurophatique (DN4)

Total Nilai p

KoefisienKon tingensi nyerinosiseptif nyerineuropatiperifer

n % n % n %

≤11 jam per hari

11 44 14 56 25 100 0,123 0,237

>11 jam per hari

3 20 12 80 15 100

BerdasarkanTabel 4.9, dapatdilihatbahwadari25supirangkotdengan lama kerja≤11 jam perhari,11diantaranyamengalaminyerinosiseptif(44%),14supirangkotmengalaminyerineuropat iperifer(56%). Diketahuidari15supirangkotdengan lama kerja>11 jam per hari, 3 di antaranyamengalaminyerinosiseptif(20%),12supirangkotmengalaminyerineuropatiperifer(80 %). Perhatikanbahwakarenanilaiprobabilitas, yakni 0,123lebihbesardibandingkan� = 0,05, maka H0 diterima dan �1 ditolak. Iniberartitidakterdapathubungan yang signifikanantaralama kerjadenganneuropatiperifer.Perhatikanbahwanilaikoefisienkontingensiadalah0,237.Sugiyono (2008) menyatakannilaikoefisienkontingensi 0,20-0,399termasukkedalamhubungan yang keeratannyarendah.

4.3.2 HubunganantaraMasaKerjadenganNeuropatiPeriferpadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan

Tabel4.10HubunganMasaKerjadenganNeuropatiPeriferPadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan


(60)

n % n % n % p

≤ 12 tahun

11 50 11 50 22 100 0,028 0,328

> 12 tahun 3 16,7 15 83,3 18 100

Berdasarkan Tabel 4.10, dapatdilihatbahwadari22supirangkotdenganmasakerja≤ 12 tahun,11diantaranyamengalaminyerinosiseptif(50%),11supirangkotmengalaminyerineuropati perifer(50%).Diketahuidari18supirangkotdenganmasakerja>12tahun,3diantaranyamengalamin yerinosiseptif (16,7%), 15supirangkotmengalaminyerineuropatiperifer(83,3%).

Perhatikanbahwakarenanilaiprobabilitas, yakni 0,028lebihkecildibandingkan�= 0,05, makaH1diterimadan�0ditolak.Iniberartiterdapathubungansignifikanantaramasakerjadenganne uropatiperifer.Perhatikanbahwanilaikoefisienkontingensiadalah0,328.Sugiyono(2008)menyat akannilaikoefisienkontingensi0,2-0,99termasukkedalamhubunganyang keeratannyarendah.


(61)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah supir angkutan kota trayek 95 di Kota Medan yang berjumlah 40 orang. Semua supir berjenis kelamin laki-laki. Dari 40 supir yang berumur ≤ 46 tahun ada sebanyak 21 orang (52,5%), berumur > 46 tahun ada sebanyak 19 orang (47,5%). Hal ini menunjukkan bahwa supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan termasuk kelompok usia produktif dan dewasa.

Dari hasil penelitian didapatkan proporsi nyeri neuropati yang cukup tinggi yaitu sekitar 65 %. Hasil ini sesuai dengan penelitian Reis dkk. (2013) mendapatkan proporsi sebesar 66,3 %. Pada beberapa penelitian lain didapatkan proporsi nyeri neuropati yang lebih kecil, diantaranya penelitian oleh Saunderson dkk. (2008) yang mendapatkan proporsi sebesar 29 %; Lasry-Levy dkk. (2011) mendapatkan proporsi sebesar 21,8 %; dan penelitian oleh Houron dkk. (2012) yang mendapatkan proporsi sebesar 17 %.

5.2 Karakteristik Nyeri NeuropatiPadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan

Tipe nyeri terbanyak yang didapatkan pada penelitian ini adalah tipe kesemutan yaitu sebesar 90%. Tipe lain adalah mati rasa atau terasa tebal yaitu sebesar 87,5%, nyeri tersengat


(62)

sedikit yang didapatkan pada penelitian ini adalah tipe yang dirasakan dingin yaitu sebesar 27,5%. Hasil ini sesuai denganpenelitian Chen dkk. (2011) yang juga mendapatkan bahwa sensasi kesemutan merupakan merupakan tipe nyeri yang terbanyak.

Pada penelitian ini sebagian besar subjek mengeluhkan nyeri dengan intensitas tidak nyeri sebesar 20 %, intensitas ringan sebesar 32,5 %, intensitas sedang sebesar 42,5 %, dan intensitas berat sebesar 5 %, sedangkan untuk keluhan nyeri dengan intensitas sangat berat tidak ada subjek yang mengalaminya pada penelitian ini.

5.3 Hubungan Lama Kerja dengan Neuropati PeriferPadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan

Lama kerja adalah lamanya seseorang bekerja dengan baik pada umumnya 8 jam sehari dan 40 jam dalam seminggu. Lebih dari itu dapat menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan seperti penurunan produktivitas kerja, timbulnya kelelahan, penyakit, dan kecelakaan. Makin lama kerja seseorang makin besar kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diingini (Suma’mur, 1996).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden yang bekerja ≤ 11 jam perhari ada 25 orang (62,5 %), sedangkan yang bekerja > 11 jam perharinya ada 15 orang (37,5 %). Berdasarkan uji statistik dengan uji Fisher’s Exact Test didapat p value 0,123> 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

5.4 HubunganMasa Kerja dengan Neuropati PeriferPadaSupirAngkutan Kota Trayek 95 Di Kota Medan

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif apabila semakin lama masa kerjanya maka akan semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan menimbulkan pengaruh negatif apabila


(63)

semakin lamanya masa kerja dapat menimbulkan kebiasaan pada pekerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang berulang-ulang atau bersifat monoton (Tulus, 1992).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden yang memiliki masa kerja ≤ 12 tahun ada 22 orang (55%) dan masa kerja > 12 tahun ada 18 orang (45 %). Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test didapat p value 0,028< 0,05 sehingga dapat dikatakan ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di Kota Medan.

5.5 Hasil Pengukuran Getaran Pada Tempat Duduk dan Setir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik linear (atas-bawah), maju-mundur, kanan-kiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap suatu titik. Getaran dapat terjadi karena adanya efek dinamis berupa gesekan antar bagian mesin atau putaran mesin.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.49/KEP/1996 Baku tingkat getaran adalah batas maksimal tingkat getaran yang diperbolehkan, sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan.


(1)

masakerja * neuropatiperiferCrosstabulation neuropatiperifer Total NyeriNosis eptif NyeriNeur opatiPerife r

masakerja <= 12 tahun Count 11 11 22

% within masakerja

50.0% 50.0% 100.0%

> 12 tahun Count 3 15 18

% within masakerja

16.7% 83.3% 100.0%

Total Count 14 26 40

% within masakerja

35.0% 65.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability Pearson Chi-Square

4.835a 1 .028 .046 .029

Continuity Correctionb

3.481 1 .062

Likelihood Ratio

5.077 1 .024 .046 .029

Fisher's Exact Test

.046 .029

Linear-by-Linear Association

4.714c 1 .030 .046 .029 .025

N of Valid Cases

40

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.30.


(2)

(3)

Gambar 2.JarumPentol


(4)

Gambar 1.Tes Rasa Raba denganJarumPentol


(5)

Gambar 3.PemeriksaanGetaranPadaSetir


(6)